TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Siapa yang tak mengenalĀ Budi Sudarsono? Ia adalah mantan penyerang timnas Indonesia yang juga mantan pemain Persija paling tokcer.
Bersama Budi Sudarsono, Persija Jakarta sukses meraih gelar perdana di kancah Liga Indonesia.
Tak hanya itu, berkat prestasi apiknya di Persija, Budi Sudarsono juga serta berkesempatan berseragam timnas Indonesia.
Hal itu terjadi pada Liga Indonesia musim 2000-2001 saat Persija Jakarta menjadi juara.
Meski kala itu masih berstatus pemain muda yakni 22 tahun dan sempat jadi cadangan, Budi Sudarsono mampu menjadi top skor Persija di akhir musim.
Budi Sudarsono bahkan berada di urutan kedua daftar top skor Liga Indonesia 2001.
Nama Budi Sudarsono satu tingkat di bawah pemain Barito Putera, Bako Sadissou.
"Jadi top skor di Persija,
saya super sub sampai 19 gol," kata Budi Sudarsono saat nostalgia dengan Hamka Hamzah mengenai karirnya di Persija Jakarta seperti dilansir TribunJakarta.com dari Youtube Capt Hamka, Rabu (30/3/2022).
Baca juga: Persija Jakarta Tak Bertaji di Liga 1 2021, Pendiri The Jakmania Blak-blakan Penyebabnya
Dapat julukan spesial dari Jakmania
Selain gelar juara dan main di timnas, satu hal yang membuat Budi Sudarsono tak bisa melupakan Persija Jakarta yakni sambutan hangat yang diberikan Jakmania kepadanya.
Bahkan, julukan ' ular piton' yang melekat pada Budi Sudarsono berasal dari Jakmania.
"Piton itu dari suporter Persija dari The Jak," cerita Budi Sudarsono mengenai julukannya itu kepada Hamka Hamzah.
Saat itu, Budi Sudarsono begitu mengagumi penyerang asal Brazil, Ronaldo yang dikenal memiliki gocekan mematikan.
Itu menjadi motivasi Budi Sudarsono untuk bisa memiliki gocekan yang meliuk nan mematikan layaknya ular piton ketika sedang menyerang targetnya.
"Saya dulu kalau main ga gocek pemain itu ga puas. Ibaratnya kayak makan sayur tanpa garam," tutur si 'ular piton'.
Bahkan karena memang lebih suka menggocek, Budi Sudarsono mengaku tak terlalu fasih untuk bermain dengan teknik satu kali sentuhan.
"Pertama kali di timnas main kucing kucingan itu saya ga mahir.
Aksi Budi Sudarsono saat berusaha melewati lawannya di Stadion Cendrawasih, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (10/4/2019).
Saya sukanya kontrol dan dribling.
Saya bawa bola dari kotak 16 kita sampai kotak 16 lawan sering, makanya dijuluki ular piton," tutur Budi Sudarsono.
Pindah ke Persija keputusan tepat
Budi Sudarsono menuturkan, keputusannya pindah ke Persija adalah sesuatu yang tepat.
Sebab, selain merasakan gelar juara, saat bermain di Persija, Budi juga mendapatkan kesempatan perdana berseragam timnas Indonesia senior.
"Keputusan saya kala itu tepat pindah ke Persija.
Karena belum satu musim di Persija sudah di timnas dan waktu itu persaingan di Persija ketat sekali hampir semua pemain timnas," papar pemain berjuluk ular piton itu.
Dalam kesempatan itu, Budi Sudarsono juga menuturkan bahwa perjalanannya hijrah dari Persebaya Surabaya ke Persija pada musim 2000-2001 itu tak mudah.
Baca juga: Sudah Khianati Persija, Kecewanya Atep ke Persib: Balik ke Bandung Malah Tak Dihargai
Selain diserang pendukung Persebaya karena pindah ke klub rival, Budi Sudarsono menyebut proses perpindahan pemain di kala itu juga cukup ribet.
"Saya semusim di Persebaya ke Persija.
Pindahnya juga ga semudah sekarang, harus ada surat keluar dan ada biaya transfernya walapun kontraknya sudah selesai," tutur pemain yang selalu mengenakan nomor punggung 13 itu.
Jebolan santriĀ
Lahir dan besar di Kediri, Jawa Timur, Budi Sudarsono sudah sejak kecil akrab dengan ilmu agama.
Meski tak mengenyam pendidikan formal di pesantren, lingkungannya yang banyak terdapat pesantren membuat Budi Sudarsono banyak mempelajari ilmu agama.
"Kita ga mondok tapi memang lingkungan kita sudah pondok.
Jadi sehari-hari kita memang mainnya di pondok, tidur di pondok di Kediri," ujar Budi Sudarsono saat menceritakan masa mudanya kepada Hamka Hamzah.
Melansir dari Youtube Capt Hamka pada Selasa (29/3/2022), Budi Sudarsono menuturkan tradisi di lingkungan tempat tinggalnya memang mengharuskan seorang anak untuk mondok di pesantren.
"Karena bapak menyarankan pondasi agama harus nomor satu, makanya harus mondok.
Kita mau main bola orangtua ga masalah yang penting mondok dulu nanti baru terserah mau kemana," tutur Budi Sudarsono.
Baca juga: Jauh Sebelum Nadeo dan Witan, Jebolan Santri Ini Lebih Dulu Diandalkan Timnas Di 2 Edisi Piala Asia
Karenanya, setelah beberapa tahu mondok untuk mendapatkan pemahaman agama, Budi Sudarsono barulah memantapkan pilihannya berkarir di sepak bola.
Mantan pesepak bola tanah air, Budi Sudarsono saat berbincang dengan Hamka Hamzah. (Youtube Capt Hamka)
Dia awalnya merantau ke Jakarta untuk mewujudkan mimpinya itu.
Namun rupanya Jakarta kala itu tak bersahabat dengannya hingga akhirnya Budi Sudarsono memilih pindah ke Surabaya, Jawa Timur.
Di kota pahlawan itulah, Budi Sudarsono memulai karir sepak bolanya hingga kemudian menjadi pemain profesional.
Mantan pesepak bola tanah air, Budi Sudarsono saat berbincang dengan Hamka Hamzah. (Youtube Capt Hamka)
"Di Jakarta untuk masuk ke level pro susah karena SSB jarang, akhirnya saya pulang ke Surabaya.
Saya seleksi ikut internal Persebaya di junior akhirnya terpilih ke senior dan ikut ke PON dan juara," papar pemain spesialis nomor punggung 13 itu.
Hamka Hamzah yang pernah setim dengan Budi Sudarsono mengakui pemain berjuluk ular piton itu merupakan sosok yang taat beragama.
Dia mengakui pernah belajar mengaji kepada Budi Sudarsono.
Selain itu, Hamka Hamzah memuji solidaritas yang dibina begitu baik antara Budi Sudarsono dan rekan-rekannya semasa di pesantren dahulu.
Hal itu terlihat dari selalu ada yang menyambut Budi Sudarsono dimanapun termasuk saat berada di luar negeri.
"Dimana-mana pasti ada sodaranya mas Budi, kok bisa," tanya Hamka Hamzah kepada seniornya itu."Kita ada komunitas yang dari pondok itu.
Jadi meski sudah keluar pondok ga lupa dengan teman-teman," tutur Budi Sudarsono.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Budi Sudarsono Cerita Kenangan Manisnya Bersama Persija, Dapat Julukan 'Ular Piton' dari Jakmania,