Kembali ke Masjid

Sejarah Masjid Keramat Empang di Bogor, Dibangun dari Pohon Besar yang Kerap Disembah

Penulis: Reynaldi Andrian Pamungkas
Editor: Vivi Febrianti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Keramat Empang di Jalan Lolongok RT 2/4, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Minggu (17/4/2022).

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Reynaldi Andrian Pamungkas

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR SELATAN - Masjid Keramat Empang Bogor atau Masjid An Nur yang berlokasi di Jalan Lolongok RT 2/4, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, ternyata menyimpan banyak sejarah di dalamnya.

Marbot Masjid Keramat Empang Bogor, Syarif, menceritakan bahwa Masjid ini konon dibangun dengan menggunakan satu buah pohon yang sangat besar.

"Dulu, katanya di daerah Empang sini ada sekelompok orang yang menyembah pohon, lalu pohon itu menjadi mistis, dan akhirnya ditebang oleh Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas," ucapnya kepada TribunnewsBogor.com, Minggu (17/4/2022).

Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas adalah seorang ulama besar yang berasal dari Hadramaut, Yaman dan beliau juga merupakan orang yang membangun Masjid An Nur atau Masjid Keramat Empang Bogor ini.

Pada tahun 1318 Hijrah atau 1897 Masehi, Masjid Keramat Empang Bogor ini dibangun dengan harapan untuk menyatukan umat muslim yang sedang dikembangkan oleh Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas.

Hingga pada tanggal 26 April 1933, Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas wafat dan dimakamkan di area Masjid Keramat Empang Bogor ini.

Pada komplek pemakaman ini, bukan hanya makam Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas saja, di sana juga terdapat makam dari anak-anaknya, murid dan para ulama besar.

Beberapa anak-anaknya yang dimakamkan di tempat tersebut, antara lain Al Habib Mukhsin bin Abdullah Al Athas, Habis Zen bin Abdullah Al Athas, Habib Abu Bakar bin Abdullah Al Athas, Habib Husen bin Abdullah Al Athas dan Sarifah Nur binti Abdullah Al Athas.

Lalu ada juga makam dari murid Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas, yaitu Habib Alwi bin Muhammad bin Tohir dan ada juga makam ulama besar, yakni Habib Abdurrohman bin Ahmad Assegaf, beliau yaitu pimpinan pondok pesantren Al-Busro, Depok.

Hingga kini, kepengurusan Masjid Keramat Empang Bogor diteruskan secara turun-temurun, yang di mana saat ini sudah mencapai generasi ketujuh, yaitu Habib Abdullah, yang merupakan anak buyutnya.

Selain itu, peninggalan lainnya dari Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas adalah sebuah rumah yang berada di depan Masjid Keramat Empang Bogor, yang juga dihuni oleh penerus dan keluarganya.

Pria yang sudah menjadi Marbot selama 30 tahun ini mengatakan bahwa setelah berpulangnya Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas, bangunan dan interior Masjid ini tidak ada yang diubah sama sekali.

"Malah masih ada interior aslinya dari awal tahunnya dibangun dan masih dipakai sampe sekarang, Alhamdulillah awet," katanya.

Dalam Masjid yang berukuran 10 x 10 meter ini, di dalamnya masih terdapat bangunan dan interior aslinya, yaitu kaca jendela yang berwarna merah dan biru, mimbar masjid, tembok, empat pilar yang terletak di dalam masjid dan dua buah menara masjid.

Masjid Keramat Empang di Jalan Lolongok RT 2/4, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Minggu (17/4/2022) (TribunnewsBogor.com/Reynaldi Andrian Pamungkas)

Pada tahun 1897, madjis ini didesain dan dipantau langsung pembangunannya oleh Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas.

Masjid ini juga dibangun menyerupai Masjid An Nur yang berada di Yaman.

Menurutnya, karena wilayah ini bernama Empang, jadi sebelum dibangunnya masjid, area ini merupakan pesawahan dan kolam.

Selama ini, untuk renovasi guna mempercantik dan penambahan area masjid dilakukan sejak tahun 1990, yaitu menambah area bangunan masjid, yang di mana dibuatkan teras masjid.

Pada area Masjid yang mampu menampung 200 jamaah ini terdapat majelis dan tempat sholat terpisah bagi perempuan.

Marbot asal Cipaku ini menambahkan bahwa Masjid Keramat Empang Bogor ini aslinya hanya sebesar 10 x 10 meter saja, yang di mana bangunan selebihnya hanya tambahan yang baru dibangun selama 30 tahun kebelakang.

"Paling dicat ulang aja kalo yang udah benar-benar kusam, bangunan aslinya yang lain kalo misalkan sudah tidak layak atau kusam ke depannya belum tau mau diapain, masih pengen bangunan aslinya soalnya, kayunya aja masih kuat ini Alhamdulillah," pungkasnya.

Berita Terkini