IPB University

Upaya IPB University Wujudkan Desa Rendah Karbon di Cibanteng, Olah Sampah Makanan Jadi Pakan Ikan

Editor: Tsaniyah Faidah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ormawa Reesa IPB University membuat program desa rendah karbon di Desa Cibanteng, Kabupaten Bogor. Dalam program ini, sampah makanan diolah menggunakan bio composter maggot black soldier fly (BSF).

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Mahasiswa IPB University terus wujudkan desa rendah karbon di Cibanteng, Bogor.

Melalui Program Penguatan Kapasitas (PPK) Organisasi Mahasiswa (Ormawa) Reesa, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, melanjutkan kontribusinya dalam mewujudkan pertanian terpadu rendah karbon.

Ormawa Reesa yang diketuai Aditia Handoyo di bawah bimbingan Dr Meti Ekayani ini membuat program desa rendah karbon di Desa Cibanteng, Kabupaten Bogor.

Program ini merupakan salah satu program kolaborasi antara Departemen ESL, ormawa Reesa, Desa Cibanteng dan PT SMI.

PT SMI merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki kepedulian besar terhadap pembangunan rendah karbon.

Salah satu fokusnya adalah transisi dari blue infrastructure menjadi green infrastructure.

“Salah satu upaya mewujudkannya adalah dengan mendanai pengadaan sarana prasarana dan pelaksanaan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat beserta program turunan dari ekonomi sirkularnya, di desa Cibanteng Kabupaten Bogor,” ujar Dr Meti.

Menurutnya, hal ini dilakukan untuk mendukung penurunan emisi dan perubahan iklim yang akhir-akhir ini makin nyata terjadi.

Dalam program ini, sampah makanan (food waste) di Desa Cibanteng diolah menggunakan bio composter maggot black soldier fly (BSF).

“Hasil maggotnya untuk pakan ikan dan hasil pupuk kasgotnya untuk urban farming. Ini adalah konsep ekonomi sirkular dari pangan kembali ke pangan, yang ditangkap oleh desa Cibanteng sebagai salah satu program ketahanan pangan desa,” imbuhnya.

Kades Cibanteng, Warso sangat mendukung program ini dengan memberikan bantuan bibit ikan nila yang ditabur di kolam pertanian terpadu Desa Cibanteng.

Menurutnya, pembangunan pilot project pertanian terpadu tersebut diinisiasi oleh Subari, salah satu ketua RT di Desa Cibanteng, yang didampingi oleh tim PPK Ormawa Reesa IPB University.

“Ke depan diharapkan program-program serupa dapat diadopsi dan direplika di wilayah lain. Inisiasi-inisiasi kegiatan green atau rendah karbon oleh aparat desa lainnya tidak hanya dilakukan di lingkup RW di Desa Cibanteng, namun juga desa-desa lain,” imbuhnya.

Ia menambahkan, program ketahanan pangan desa adalah program yang diwajibkan oleh pemerintah kepada setiap desa.

Pemerintah menetapkan 20 persen dari anggaran dana desa untuk program ketahanan pangan.

“Di desa kami, ada 9 dari 10 RW yang melaksanakan program ketahanan pangan. Program tersebut meliputi peternakan domba, budidaya ikan dan Kelompok Wanita Tani (KWT) budidaya tanaman, sayuran, buah dan lain-lain. RW 8 fokus dalam budidaya ikan yang terpusat di RT 6 dan RT 4,” jelasnya.

Program tersebut, lanjutnya, membuat integrated urban farming. Salah satunya melalui pemanfaatan sampah organik untuk budidaya maggot yang dijadikan sebagai pakan ikan.

“Pembuatan kolam ikan didanai oleh PT SMI dan ditopang dengan sumberdaya dari PPK Ormawa Reesa IPB University. Sedangkan bibit ikan nila sebanyak 25 kg (500 ekor) dari dana desa ketahanan pangan,” tandasnya.

Berita Terkini