Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Wahyu Topami
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Keberadaan warung di kawasan Puncak Bogor kerap menjadi sorotan wisatawan lantaran mematok harga hingga berkali-kali lipat dari harga aslinya.
Meski tak semua, namun masih saja ditemukan ada pedagang nakal yang membuat kapok wisatawan yang datang ke Puncak Bogor karena getok harga.
Disisi lain, rupanya ratusan warung yang kini tersebar di kawasan Puncak Bogor ini rupanya sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
Salah satunya yakni Warung Rindu Puncak yang berlokasi di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ade Abdul (67) pemilik Warung Rindu Puncak bercerita jika dirinya sudah lebih dari 30 tahun berjualan di jalur Puncak Bogor.
"Saya jualan dari tahun 1986," ujarnya pada TribunnewsBogor.com, Kamis (16/11/2023).
Lebih lanjut Ade menceritakan kalau warung di Kawasan Puncak Bogor sudah ramai sejak 1982, yang mana pada tahun tersebut turis asing pun sudah berbondong-bondong datang ke Puncak.
"Tahun 1982 juga udah ramai puncak mah, turis-turis itu bukan hanya turis timur tengah, mancanagera juga udah banyak. Tempat nginepnya daerah Tugu semua," lanjutnya.
Untuk para pedagang sendiri, Ade menjelaskan kalau pada tahun 1980-an itu kebanyakan yang berjualan di Jalan Raya Puncak Bogor ialah karyawan perkebunan teh.
Mereka sudah membuka lapak jualan di jalur Puncak Bogor untuk menambah penghasilannya.
"Kebanyakan yang bisa jualan di sini tuh ex perkebunan dulu, karena dapat gaji tidak terlalu besar, gajinya hanya gaji serabutan. Kan kerja di perkebunan mah sampai siang, setelah bekerja di perkebunan itu, jam 4 sore lah jualan gitu sampai jam 12 malam kebanyakan," paparnya.
Selain itu, Ade juga turut mengenang masa-masa kejayaan berjualan di Jalan Raya Puncak.
Ia bercerita kalau 18 tahun ke belakang dalam sehari jagung bakar yang dijualnya itu bisa habis 50 kilogram perharinya.
"Ramai-ramainya jualan itu 2005 sampai 2018, itu ramai banget jagung aja bisa habis 50 kilogram perhari," katanya.
Saat ini jagung bakar yang dijualnya itu alami penurunan yang sangat drastis, dirinya hanya mampu menjual 10 kilogram jagung bakar saja perharinya.
Menurutnya hal tersebut terjadi karena semakin banyaknya tempat wisata di Puncak Bogor.
"Faktornya ya karena makin banyak pariwisata di puncak, pengujung tersebar, dulu mah ke puncak nongkrongnya ke warung," terangnya.
Selain mengenang masa-masa kejayaan, Ade juga bercerita kalau sebelum adanya jalan tol para pejabat tinggi provinsi Jawa Barat yang akan melangsungkan kegiatan di Jakarta, pernah mampir di warung Rindu Puncak miliknya.
"Dulu pejabat Provinsi dari Bandung mau ke Jakarta kan lewat sini, dulu mah pernah ada yang mampir. Waktu gubernurnya Dede Yusuf, pernah mampir ke sini itu pohonnya masih ada (di belakang warung)," kata dia.
Saat ini Ade hanya bisa mengenang kenangan manis puluhan tahun lalu, baik persoalan pendapatan maupun kunjungan dari pejabat.
"Cuman begitu ada jalur tol, Cipularang sampai ke Jakarta itu jadi sepi," tutupnya.