Fakta Unik Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert, Pernah di Australia Bela Tim Konglomerat Indonesia

Penulis: yudistirawanne
Editor: Yudistira Wanne
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Patrick Kluivert dan Shin Tae-yong menjadi sorotan dan pembicaraan publik. Keduanya sempat menukangi BrisbaneRoar di Australia.

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Nama Patrick Kluivert dan Shin Tae-yong menjadi sorotan dan pembicaraan publik.

Kedua nama tersebut mencuat usai PSSI memberi pernyataan resminya.

Ya, PSSI baru saja mengumumkan pemberhentian Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia, Senin (6/1/2025) lalu.

Saat itu, Erick Thohir tak secara gamblang mengungkapkan alasan jelas pemecatan pelatih asal Korea Selatan tersebut. 

Sampai akhirnya bola liar pun mulai mengarah saat Arya Sinulingga menyebut soal peristiwa sebelum pertandingan Timnas Indonesia vs China. 

"Shin Tae-yong diberi kemewahan dalam naturalisasi, 14 pemain pada zamannya Erick Thohir itu, levelnya makin lama makin tinggi, pengelolaan pemain ini agak beda," kata Arya dikutip dari tvOne, Rabu (8/1/2025).

Usai pemecatan Shin Tae-yong, PSSI menyiapkan penggantinya.

Meski baru akan diumumkan pada 12 Januari 2025 mendatang, namun sosok pelatih anyar Timnas Indonesia telah diketahui.

Pelatih anyar Timnas Indonesia itu hampir dipastikan dinakhodai Patrick Kluivert.

Terlepas dari itu, fakta unik dirangkum TribunnewsBogor.com terkait sosok Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert.

Keduanya tercatat pernah berada di Australia membela tim Brisbane Roar FC.

Rekam jejak Shin Tae-yong

Dikutip dari laman resminya, Brisbane Roar Football Club (FC) awalnya memiliki nama Queensland Roar pada 2005. 

Mereka berasal dari klub Hollandia-Inala yang didirikan imigran Belanda di Australia pada awal 1960-an. 

Queensland Roar didirikan untuk mengikuti kompetisi A-League yang baru dimulai. 

Klub Queensland Lions menjadi pemilik pertama tim ini setelah mendapatkan lisensi dari Federasi Sepak Bola Australia (FFA). 
Namun, karena Queensland Roar telah mengikuti A-League, Queensland Lions menarik tim putra senior mereka dari kompetisi tersebut. 

Dikutip dari Kompas.com, Senin, eks pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong pernah membela Queensland Roar pada 2005. 

STY bahkan sempat menjadi asisten pelatih Queensland Roar setelah pensiun sebagai pemain karena cedera. 

Klub bola yang bermarkas di Stadion Suncorp di Brisbane, Queensland, Australia ini kemudian mengubah namanya menjadi Brisbane Roar pada 2009. 

Sejak saat itu, Brisbane Roar ikut mengembangkan sepak bola di Queensland, dengan mendirikan Brisbane Roar Academy bermitra dengan Football Queensland. 

Shin Tae-yong

    2005-2008: Queensland Roar (asisten)
    2008-2012: Seongnam Ilhwa Chunma
    2014: Korea Selatan (interim)
    2014-2017: Korea Selatan (asisten)
    2015-2016: Korea Selatan U-23
    2016-2017: Korea Selatan U-20
    2017-2018: Korea Selatan
    2020-2025: Indonesia, Indonesia U23, Indonesia U20, Indonesia U17

Rekam jejak Patrick Kluivert

Serupa dengan Shin Tae-yong, Patrick Kluivert juga tercatat sempat berada di klub Brisbane Roar.

Dia berada di tim tersebut sebagai asisten pelatih.

Di Brisbane Roar, Patrick Kluivert Asisten pelatih Brisbane Roar mulai 1 Januari 2010.

Hanya saja, Patrick Kluivert hanya dapat lima bulan di sana.

Kebersamaannya dengan Brisbane Roar berakhir pada 30 Juni 2010.

Diketahui, Kluivert meniti karier kepelatihan setelah pensiun di LOSC Lille pada 1 Juli 2008. 

Pekerjaan pertama yang dikerjakannya adalah menjadi pelatih penyerang klub AZ Alkmaar hingga Juni 2009. 

Dia tercatat pernah bergabung dengan beberapa tim, dengan jabatan beragam, termasuk Direktur Olahraga di Paris Saint-Germain.

Dia mengawali kariernya sebagai pemain sepak bola dengan bergabung ke akademi klub Ajax saat umurnya 15 tahun. 

Setelah enam tahu di tempa di klub Belanda tersebut, dia bergabung dengan AC Milan. 

Kemudian, seperti dilansir Transfermarkt, dia sempat membela Barcelona, Newcastle United, Valencia, PSV Eindhoven dan terakhir pensiun di LOSC Lille pada 1 Juli 2008. 

Patrick Kluivert

    2008-2010: AZ Alkmaar (asisten)
    2010: Brisbane Roar (asisten)
    2010-2011: NEC (asisten)
    2011-2012: Jong Twente
    2012-2014: Belanda (asisten)
    2015-2016: Curaçao
    2016: Ajax (pemuda)
    2018-2019: Kamerun (asisten)
    2021: Curaçao (interim)
    2023: Adana Demirspor
    2025: Indonesia?

Pemilik Brisbane Roar 

Perubahan nama menjadi Brisbane Roar diikuti dengan proses akuisisi oleh klub sepak bola Queensland Lions. 

Diberitakan TBG Australia (17/1/2024), beberapa pihak memiliki saham klub tersebut pada 2009, salah satunya adalah pendiri klub, Lawrence Oudendyk. 

Queensland Lions lalu menarik diri dari kepemilikan klub karena tekanan finansial. 

Brisbane Roar kemudian diambil alih Emmanuel Drivas, Emmanuel Kokoris, Claude Barade, dan Serge Barade. 

Dua tahun kemudian, para pemilik saham klub itu menyerahkan lisensi kepemilikan Brisbane Roar ke Federasi Sepak Bola Australia (FFA). 

Federasi itu lalu mengambil alih kendali klub. Konglomerat Indonesia, Grup Bakrie kemudian membeli 70 persen saham Brisbane Roar dari FFA pada 2011. 

Setahun kemudian, Grup Bakrie mengakusisi penuh klub itu.

 

Berita Terkini