TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Terduga pelaku pembunuhan Dea Permata Karisma (27), wanita muda asal Purwakarta tengah diburu pihak kepolisian.
Sosok terduga pembunuh Dea belakangan diungkap oleh sang ibu.
Ternyata sebelum meninggal dunia, Dea sempat menceritakan deretan teror yang diterimanya selama tiga bulan.
Dari sanalah Dea mengungkap sosok terduga penerornya.
Sosok peneror tersebut disinyalir adalah orang yang sama yakni yang membunuh Dea.
Diwartakan sebelumnya, Dea Permata Karisma ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya di Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada Selasa (12/8/2025) siang sekira pukul 12.30 Wib.
Nyawa Dea tak berhasil diselamatkan lantaran tubuhnya penuh dengan luka tusukan.
Terkait dengan kematian Dea yang memilukan, sang ibu, Yuli Ismawati (55) menceritakan curhatan terakhir korban.
Rupanya sejak bulan Mei 2025, Dea sering mendapatkan teror.
"(Dea cerita soal) teror, teror di chat gitu. Anak saya bercerita sih ke orangtuan. Sampai (peneror) sempat mengintai. Posisinya ngintai di belakang situ sama di sini. Ada dua atau tiga orang (pengintai) pakai masker," ungkap Yuli dilansir TribunnewsBogor.com dari video Tribun Priangan, Rabu (13/8/2025).
Baca juga: Geger Tewasnya Dea di Purwakarta, Sempat Dapat Teror via WA dan Ngadu ke Polisi, Tapi Terlambat
Kerap dapat teror ancaman pembunuhan, Dea pun menuruti saran ibunya yakni untuk pasang CCTV.
Dea juga kabarnya sempat lapor ke polisi namun tak dapat respon memuaskan.
Hingga akhirnya Dea bercerita ke Yuli soal terduga sosok penerornya.
Sosok peneror tersebut adalah orang yang menyuruh Dea untuk menjauhi temannya.
Awalnya kata Yuli, Dea pernah membantu seseorang masuk kerja saat Dea masih jadi HRD di perusahaan swasta di Purwakarta.
Ternyata kebaikan Dea itu membuat peneror misterius tersebut marah.
Peneror itu lalu meminta Dea untuk menjauhi orang yang dulu dibantunya.
Padahal kata Yuli, Dea dengan orang yang ditolongnya itu tidak terlalu dekat.
"Tiba-tiba dia (Dea) dapat ancaman. Dulu kan dia (Dea) pernah menolong orang untuk bekerja di pariwisata. Enggak tahu masalahnya apa, anak saya disuruh menjauhi itu orang, padahal sebatas teman karena dia (Dea) cuma menolong," cerita Yuli.
Jejak pelaku di TKP
Peristiwa tewasnya Dea pertama kali diketahui oleh pembantunya.
Fakta tersebut diungkap oleh tetangga dekat Dea, Salbiah.
Kepada awak media, Salbiah menceritakan detik-detik saat Dea dibunuh sosok misterius.
Mulanya pada Selasa pagi, Salbiah sempat bertemu dengan Dea saat hendak belanja.
"Tadi sekitar jam 10 saya mau beli sayur, bu Dea juga mau keluar mau belanja. Ketika jam 11 lebih saya pulang, bu Dea juga pulang. Berturut-turut mungkin bu Dea dulu baru saya," ujar Salbiah.
Setelah itu, Salbiah kembali bertemu Dea yang sedang makan.
Kala itu kata Salbiah, cuaca sedang mendung mau turun hujan.
"Selang itu, saya ketemu di bawah, dia (Dea) lagi makan. Saya sapa 'bu lagi makan?". (Kata Dea) 'iya bu sini, saya mau buru-buru ini mau hujan. Saya jemuran juga banyak'. Saya terus turun ke bawah," kata Salbiah.
Tak berselang lama, Salbiah terkejut dengan teriakan pembantu Dea yang mengabarkan soal peristiwa pembunuhan.
"Pembantunya dari atas lari ke sini (bilang) 'ibu, ibu, bu Dea dibunuh'. Kita juga kaget ya kita langsung pada ke atas semua," imbuh Salbiah.
Langsung ke TKP guna melihat kondisi Dea, Salbiah tersentak.
Sebab Salbiah ngeri melihat ada jejak kaki darah di depan pintu.
"Saya baru mau nginjak pintu, di belakang tuh yang jalur mau ke dapur, ada jejak kaki udah ada darah gitu. Saya enggak berani, takut juga," ungkap Salbiah.
Melihat jejak kaki tersebut, Salbiah menduga itu adalah jejak terduga pelaku.
Artinya pelaku diduga meninggalkan petunjuk penting di TKP.
"Ada tapak kaki aja yang mau arah ke dapur," kata Salbiah.
"Diduga kaki pelaku?" tanya wartawan.
"Ya mungkin juga. Kayak bekas kaki ini, habis nginjak darah buat jalan-jalan gitu, jadi ada bekasnya (terduga pelaku)," pungkas Salbiah.
Dea Permata Karisma merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 27 tahun.
Sebelum jadi IRT, Dea tadinya merupakan HRD di salah satu perusahaan swasta di Purwakarta.
Sehari-hari Dea tinggal bersama sang suami namun lebih banyak menghabiskan waktu bersama pembantunya.
Hal itu karena suami Dea yang bekerja di Perum Jasa Tirta (PJT) II sering pulang malam.
Rumah Dea berbeda lokasi dan berjauhan dengan orangtuanya.
Sosok Dea dikenal sebagai pribadi yang ramah dan supel.
"(Dea) Orangnya ramah, supel, sama siapa juga ketawa. Biasa sama ibu-ibu sini juga ramai, alhamdulillah bergaul dia," kata Salbiah.
Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News
Ikuti saluran Tribunnews Bogor di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t