Tempat Baru Buat Healing! Bukit Manik Indonesia Tawarkan View Super Aesthetic di Pamijahan Bogor

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kabupaten Bogor kembali menghadirkan tempat wisata alam yang tengah mencuri perhatian wisatawan.

Namanya Bukit Manik Indonesia, kawasan wisata baru di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, yang menawarkan panorama alam menakjubkan dari ketinggian 1.036 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Resmi dibuka pada 15 Januari 2025, Bukit Manik Indonesia menghadirkan harmoni antara alam, kenyamanan, dan nuansa petualangan.

Dikelilingi hamparan sawah dan hutan hijau, tempat ini menjadi pilihan tepat bagi wisatawan yang ingin melepas penat sambil menikmati udara sejuk khas Bogor.

Tak hanya menawarkan pemandangan indah, kawasan ini juga memiliki berbagai spot foto kekinian yang menarik perhatian anak muda.

Mulai dari jembatan kaca, jembatan warna, jembatan jarring, hingga jembatan gantung yang langsung menghadap ke Lembah hijau.

lihat foto

Semua dirancang agar pengunjung bisa menikmati keindahan alam sekaligus mengabadikan momen terbaik mereka.

Bagi wisatawan yang ingin lebih lama menikmati suasana, tersedia juga area glamping yang menawarkan pengalaman bermalam di tengah alam terbuka.

Tak jauh dari area tersebut, terdapat kafe KopiKop, tempat untuk bersantai sambil menikmati secangkir kopi hangat dan juga makan ringan ditemani panorama perbukitan yang menenangkan.

Pengelolaan Bukit Manik Indonesia dilakukan oleh koperasi BMI Group, yang melibatkan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja utama.

Proses pengembangannya dilakukan secara bertahap dengan mengusung kolaborasi dan pemberdayaan ekonomi lokal.

Menurut Kamaruddin Batubara (50) sebagai Presiden Direktur Koperasi BMI Group mengatakan, kehadiran Bukit Manik Indonesia tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga bagian dari Gerakan Sosial Koperasi.

Dengan berbelanja di kawasan ini pengunjung turut berkontribusi dalam mendukung gerakan koperasi yang kini memiliki lebih dari 300 ribu anggota di Indonesia.

Selain menjadi destinasi wisata, Bukit Manik juga diharapkan dapat menjadi sentra ekonomi baru di Desa Gunung Sari.

Kedepannya, pengelola berencana menghadirkan berbagai produk oleh-oleh khas lokal hasil kolaborasi dengan masyarakat setempat.

Baca juga: Ngadem Paling Estetik di Tempat Wisata Kebun Raya Bogor, Healing Sekaligus Belajar Alam

Soal harga tiket masuk Bukit Manik Indonesia tergolong terjangkau.

Pengunjung hanya perlu membayar Rp15.000 per orang untuk menikmati keindahan alamnya.

Sementara bagi yang ingin mencoba spot jembatan berwarna, cukup melakukan pembelian minimal Rp35.000 di kafe KopiKop.

Fasilitas yang tersedia pun terbilang lengkap.

Di kawasan ini terdapat toilet bersih, mushola terpisah untuk pria dan wanita, aula besar untuk kegiatan bersama, serta area istirahat yang langsung menghadap ke Lembah dan pegunungan.

Semua ini dirancang untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung, baik untuk rekreasi keluarga, nongkrong Bersama teman, maupun acara komunitas.

Sejak pertama kali buka, Bukit Manik Indonesia mendapat sambutan positif dari masyarakat.

Banyak wisatawan datang dari luar daerah Bogor untuk menikmati keindahan alamnya.

Salah satu pengunjung, Ananda Nur Alfiyana (20) asal Depok, mengaku kagum dengan pesona tempat wisata ini.

“Awalnya kaget karena harus trekking sedikit, tapi semua terbayarkan ketika sampai di atas. Pemandangannya indah sekali, cocok banget buat healing dan foto-foto,” ujarnya.

Tak hanya menawarkan panorama memukau, pelayanan ramah dari pengelola serta kebersihan area juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Jadi, bagi Anda yang sedang mencari tempat wisata alam untuk melepas penat, menikmati udara segar, sekaligus berburu spot foto Instagramable, Bukit Manik Indonesia bisa jadi pilihan tepat.

Lokasinya berada di Kampung Lokapurna, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Meski tergolong baru, Bukit Manik Indonesia terus berbenah dan berinovasi.

Pengelola berencana menggelar event wisata, festival lokal hingga kegiatan koperasi berskala nasional maupun internasional di masa mendatang.

(Fifi Sulistiawati Dewi/Institut Ummul Quro Al Islami Bogor)