Nyepi 2018
Suasana Di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Bogor Jelang Nyepi 2018
Bagi warga yang bukan beragama Hindu tidak diperkenankan masuk kawasan tersebut tanpa surat tembusan ke pihak pura.
Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Ardhi Sanjaya
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, TAMANSARI -- Sehari menjelang perayaan Nyepi 2018, Pura Parahyangan Agung Jagatkartta, Gunung Salak, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor belum didatangi banyak orang.
Pantauan TribunnewsBogor.com, Jumat (16/3/2018) pukul 15.50 WIB, baru beberapa orang saja yang datang dengan busana Umat Hindu ke kawasan tempat ibadah ini.
Bagi warga yang bukan beragama Hindu tidak diperkenankan masuk kawasan tersebut tanpa surat tembusan ke pihak pura.
Jero Mangku Khayangan Jagat Parahyangan Agung Jagatkartta, I Made Sadnja (73), mengatakan bahwa nanti malam di pura tersebut akan berdatangan umat Hindu untuk melakukan ritual 'Berjapah'.
"Nanti malem, setelah sore lah banyak yang dateng, kalau di Islam itu berdzikir ya, kalau di kita itu Berjapah, kalau di Islam pakai tasbih, kita pakai Genitri, kita hitungannya 108, mau berapa kali itu sesuai kemampuan ya, silahkan, tak ada batasan," ujar Sadnja kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (16/3/2018).
Ia menjelaskan berjapah tersebut berisi puji-pujian yang sering dilontarkan pada saat beribadah dimana jumlah umat Hindu yang datang dari berbagai daerah untuk berjapah pada tahun 2017 lalu mencapai ratusan.
"Itu puji-pujian, mantram-mantram yang biasa kita lontarkan pada saat kita sembahyang, tahun kemaren banyak sekali, ratusan, banyak kita, tapi kita tak bisa diprediksi, di sini tergantung alam, soalnya berjapah juga bisa di rumah, kalau mau lebih khusyuk lagi ya ke pura," ungkapnya.
Sampai saat ini pun terpantau satu demi satu umat Hindu mulai berdatangan serta Sadnja sebagai Mangku dengan berbusana putih pun menyambut dengan hangat kedatangan mereka.