Anak Korban Bom Surabaya Ingin Main di Mobil Pengangkut Jenazah Ayahnya, 'Kenapa Ayah Ada di Peti?'
Bayu merupakan salah satu korban bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela Jl Ngagel Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Penulis: Damanhuri | Editor: Damanhuri
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Hampir sekitar 10 hari jasad Aloysius Bayu Rendra Wardana di ruang jenazah RS Bhayangkara.
Aloysius Bayu merupakan salah satu korban tewas dalam serangan bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Jenazah Bayu baru bisa di ambil oleh pihak keluarga pada Selasa (22/5/2018) sejak terjadi ledakan bom bunuh diri oleh pelaku teroris.
Isak tangis keluarga pun langsung pecah ketika polisi melakukan proses serah terima jenazah korban kepada pihak keluarga.
Melansir Surya.co.id, sepupu almarhum yakni Ny Martono yang datang ke RS Bhayangkara Surabaya untuk melakukan serah terima jenzah pun tak kuat membendung air matanya.
Tangis wanita itu kita keras ketika peti jenazah yang berisi jasad Aloysius Bayu dibawa dan dimasukkan ke dalam mobil ambulans.
"Sabar, yang kuat," tutur dr Andi Fanny sambil memeluk erat Ny Martono yang terus menangis.

Bahkan, Ny Martono pingsan lantaran tak kuat menahan sedih yang dirasakannya.
Anggota keluarga dan petugas RS Bhayangkara pun menggendongnya ke mobil.
Tak lama kemudian, ambulans yang membawa jenazah almarhum Bayu meninggalkan RS Bhayangkara.
Jenazah dibawa ke rumah duka di Jl Gubeng Kertajaya Surabaya guna disemayamkan.
Jenazah Aloysius Bayu memang lebih dari sepekan berada di RS Bhayangkara Surabaya hingga akhirnya diserahkan kepada keluarga.
Jenazah Bayu baru diserahkan, lantaran tim dokter forensik dan DVI butuh ketelitian dan kecermatan dalam melakukan identifikasi.
Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin menjelaskan, proses identifikasi Bayu butuh waktu, sebab tim dokter forensik dan DVI melakukan identifikasi secara detail terhadap tubuh Bayu.
"Ini karena butuh waktu untuk pemeriksaan DNA yang bersangkutan (Bayu). Ciri-ciri sudah tidak bisa dikenali lagi, sehingga kita harus memastikan, salah satunya dengan tes DNA," kata Mahfud di ruang jenazah RS Bhayangkara, Selasa (22/5/2018).

Bayu merupakan salah satu korban bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela Jl Ngagel Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Dia yang merupakan relawan gereja berusaha menghadang laju motor pelaku yang berusaha menerobos masuk gereja.
Saat menghadang motor pelaku itulah, Bayu terkena ledakan bom.
Tubuhnya sulit dikenali lagi lantaran ledakan bom cukup keras.
Menurut Machfud, kondisi tubuh Bayu yang sudah sulit dikenali inilah yang membuat tim dokter forensik dan DVI bekerja keras melakukan identifikasi.
Tubuh Bayu harus dilakukan tes DNA secara detail dan menyeluruh.
"Begitu selesai tes DNA, kami langsung menyerahkan ke keluarganya," ungkapnya.
Namun, ada pemandangan yang cukup mengiris hati dari putra pertama mendiang Aloysius Bayu Rendra Wardhana.
Saat itu, putra almarhum yakni Corbelius Aaron merengek ketika melihat mobil jenazah yang terparkir didepan rumah.
Bahkan, bocah lelaki itu merengek ingin bermain di mobil jenazah yang mengantarkan jenazah sang ayah pada Selasa (22/5/2018).
Mobil jenazah Ario, yang dipesan khusus keluarga untuk mengantar jenazah Aloysius Bayu itu memang masih terparkir di dekat rumah.
"Mobil, mobil, mobil," kata bocah kecil berumur sekitar 2 tahun 9 bulan itu meminta seorang keluarga untuk mengantarnya seperti dilansir Surya.co.id.
Meski sudah diajak masuk ke dalam rumah untuk berada di dekat peti mati sang ayah, Corbelius Aaron, meminta kembali bermain di mobil jenazah sambil merengek.
"Aaron memang tanya terus ayahnya di mana. Kenapa ayahnya ada di dalam peti? Kami tidak ingin membohongi dia, keluarga menceritakan ayahnya sudah bersama Tuhan Yesus, dan menjadi malaikat. Ayah akan selalu melindungi ibu, Aaron, juga adiknya mesti tidak terlihat," kata Galih Wardhana, adik Aloysius Bayu memberikan pengertian kepada Aaron.