Gempa di Lombok
Banyak Dikritik Soal Gempa di Lombok, BNPB: Tak Ada Satupun Negara Sempurna Tangani Darurat Bencana
Berbagai kritik disampaikan ke pemerintah soal bencana di Lombok, hal itu Sutopo Purwo Nugroho buka suara dan membeberkan permasalahannya.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tak ada satupun negara di dunia yang sempurna menangani darurat bencana.
Hal itu disampaikan Sutopo di akun Twitternya yang terverifikasi @Sutopo_PN, Jumat (24/8/2018).
Sutopo tampaknya sedih dengan banyaknya kritik yang datang ke Pemerintah Indonesia soal penanggulangan bencana di Lombok saat ini.
Mulai dari tuntutan status bencana nasional, hingga distribusi bantuan yang lambat di lapangan.
Sutopo menuliskan, sebanyak 555 orang meninggal dunia akibat gempa Lombok selama Agustus 2018.
Dengan rincian, korban meninggal tersebar di Kabupaten Lombok Utara 466 orang, Lombok Barat 40 orang, Lombok Timur 31 orang, Lombok Tengah 2 orang, Kota Mataram 9 orang, Sumbawa Besar 5 orang, dan Sumbawa Barat 2 orang.
Ia juga mengungkap, Pemerintah telah mencairkan dana Rp985,8 miliar untuk penanganan darurat dan kemanusiaan bencana gempa Lombok.
"Yang terdiri dari Rp557,7 miliar melalui BNPB dan Rp428,1 miliar melalui Kementerian/Lembaga. Ini di luar bantuan yang sudah disalurkan BNPB sekitar Rp100 milyar," tulisnya.
Untuk penyaluran distribusi bantuan logistik, diakuinya masih ada kendala kecepatan sehingga belum tersalurkan semua.
"Bantuan logistik untuk korban gempa Lombok terus berdatangan. Ada kendala kecepatan penyaluran distribusi bantuan karena luasnya wilayah terdampak, akses jalan rusak, sulit dijangkau, pengungsi tersebar. Personil & kendaraan ditambah. Aparat desa & camat membantu distribusi," tulisnya.
Meski begitu, pihak pemerintah terus memastikan agar distribusi itu bisa segera sampai dengan berbagai cara.
"Helikopter TNI dikerahkan untuk membantu distribusi bantuan korban gempa Lombok khususnya ditujukan ke daerah-daerah yang jauh dan akses sulit dijangkau," katanya.
Bahkan untuk akses yang sulit dijangkau, TNI mengirimkan bantuan dengan sepeda motor bahkan berjalan kaki.
"Aparat TNI dikerahkan mengirim bantuan ke desa-desa terpencil yang sulit dijangkau dgn kendaraan roda 4. Banyak desa-desa di Lombok Utara & Lombok Timur di bukit dan daerah yang aksesnya sulit sehingga dijangkau dgn sepeda motor. Bahkan ada bantuan yang diantar dgn jalan kaki," jelasnya.
Ia juga merinci, sebanyak 390.529 orang masih mengungsi akibat gempa Lombok.
"Pengungsi tersebar di Kab. Lombok Utara 134.235 orang, Lombok Barat 116.453 orang, Lombok Timur 104.060 orang, Lombok Tengah 13.887 orang, Kota Mataram 18.894 orang. Pengungsi masih memerlukan bantuan logistik," tandasnya.
Sutopo juga mengatakan, menangani bencana, apalagi yang dampaknya luas seperti di Lombok ini bukan hal yang mudah.
"Sudah ada koordinasi tapi masih banyak masalah di lapangan. Masih banyak yang harus diperbaiki/ditingkatkan. Nangani bencana, apalagi dampaknya luas spt di Lombok itu tidak mudah. Ada dinamika. Kekurangan itu pasti ada," jelasnya.
Untuk itu, kata dia, tidak ada satupun negara di dunia ini yang sempurna menangani bencana, termasuk Indonesia.
• Milad Rizieq Shihab ke 53 Tahun, Ini Doa Fadli Zon
• Link Live Streaming SCTV Timnas U-23 Indonesia vs Uni Emirat Arab (UEA), Pukul 16.00 WIB
Sutopo kemudian mencontohkan bencana di USA saat Badai Katrina tahun 2005 dan Tsunami Sendai di Jepang tahun 2011.
"Tak ada satupun negara di dunia, sempurna menangani darurat bencana. Pasti ada kekurangan. USA saat Badai Katrina 2005, koordinasi pusat-daerah kacau. Presiden terlambat menerima laporan. Jepang saat tsunami Sendai 2011 juga banyak masalah. Saat ini pengungsi masih di shelter," tandasnya.
