Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Kecelakaan Tambang

Relawan Tak Kuat Lagi Tembus Longsoran Baru di Lubang Kunti

Longsor susulan di dalam lubang tambang emas itu membuat warga menyerah

Penulis: Ardhi Sanjaya | Editor: Suut Amdani
TribunnewsBogor.com/Ardhi Sanjaya
Mesin blower berdiameter sekitar 60 cm milik Basarnas yang dipasang di lubang kunti, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Kamis (29/10/2015). 

Laporan wartawan TribunnewsBogor.com, Ardhi Sanjaya

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, NANGGUNG - Longsor susulan masih terjadi di Lubang Kunti, Kamis (29/10/2015) pukul 14.00 WIB saat sukarelawan mencari 12 penambang tanpa izin yang tertimbun longsor.

"Ambruk besarnya bukan main, 10 menit saja sudah kelabakan nafas saya," kata Baron sukarelawan tim evakuasi.

Baca juga: Relawan Menyerah, Jerit Tangis Pun Pecah

Longsor susulan di dalam lubang tambang emas itu membuat warga menyerah.

"Itu pintunya saja sudah tertutup semua, mau diperbaiki akan memakan waktu banyak," kata Baron seorang sukarelawan.

Belasan sukarelawan kehabisan tenaga.

"Kami selaku warga sukarelawan, menyerah," kata seorang warga dalam musyawarah di area Lubang Kunti, Gunung Butak,
Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Menurut relawan, sisa korban yang belum dievakuasi berada di balik reruntuhan longsor.

Tim dari Kepolisian, TNI, Basarnas, belum mengeluarkan solusi lain dalam proses evakuasi tersebut.

Bau Busuk

Selain rawan, lubang yang menimbun 12 penambang liar juga sudah mengeluar bau busuk dan asam yang cukup menyengat.

Proses evakuasi yang dilakukan oleh masyarakat pun dihentikan sementara untuk menunggu alat tambahan.

Bau busuk dan zat asam yang menyengat dari dalam lubang kunti, blok longsoran, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyulitkan proses evakuasi.

"Bau sekali di dalam, saya tidak kuat," kata seorang penambang, Jek (48) seorang relawan.

Kurangnya pasokan udara dari blower dan mesin ganset di luar lubang, membuat sirkulasi udara sangat buruk.

"Panas juga di dalam," ujarnya.

Selain itu, jalur yang ada di dalam lubang ini pun sangat rawan.

"Saya tidak berani, ini harus disangga pakai kayu," katanya.


TribunnewsBogor.com/Ardhi Sanjaya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved