Derita Gadis Penderita Tumor
Gadis Penderita Tumor Bercita-cita Jadi Atlet
Ia mengikuti turnamen lomba lari saat masuk sekolah menengah pertama (SMP)
Penulis: Yudhi Maulana Aditama | Editor: Suut Amdani
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudhi Maulana
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH - Meski hanya bisa tergolek lemah di kasur, Sela Karmenia (17) masih memiliki mimpi untuk masa depannya.
Ia memiliki cita-cita menjadi atlet olahraga.
"Saya senang olahraga, pengen jadi atlet," kata Sela Karmenia dengan suara pelan kepada TribunnewsBogor.com, Sabtu (14/11/2015).
Dulu, Sela Karmenia termasuk anak yang lincah dan aktif.
BACA: Setiap Hari Penderita Tumor Ini Menangis, Menahan Rasa Sakitnya
Ia mengikuti turnamen lomba lari saat masuk sekolah menengah pertama (SMP).
Kini, ia tidak bisa bermain dengan teman-temannya karena kondisi tubuhnya yang lemah.
Tubuhnya kurus, dan berat badannya hanya sekitar 25 kilogram saja.
Nafasnya juga terengah-engah karena terasa sesak.
Ibu Sela, Ade Sobariah mengatakan Sela sudah putus sekolah sejak kelas satu sekolah menengah atas (SMA).
"Dia sekolah di SMA YP 17 di Gunungbatu. Tapi karena ia sakit, dia langsung berhenti sekolah," katanya.
Rumahnya berada di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kebon Kelapa RT 01/04, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat.
Saat masih bersekolah Sela memang sering bermain layaknya anak laki-laki.
Ia juga dikenal tomboy oleh teman-temannya.
Tak tahan
Sela Karmenia hanya bisa menangis bila rasa nyeri dan sakitnya timbul akibat tumor di selangkangannya.
Hampir setiap malam ia merasakan nyeri di kakinya.
Tubuh kurusnya yang lemah tidak bisa berbuat banyak bila ia ingin melakukan sesuatu.
"Setiap hari dia selalu nahan sakit, sampai nangis. Kadang nangisnya sampai ngejerit kalau sakit banget," kata ibu.
Selama ini ia hanya mengandalkan obat penghilang rasa nyeri dan antibiotik yang dibeli di apotek.
Kadang, bila harus memindahkan posisi kakinya, Sela juga merasa kesakitan.
Kaki kirinya yang bengkak membuat anaknya susah untuk bergerak.
"Kalau dia pipis juga dia suka ngerasa nyeri. Kasihan saya ngelihatnya," kata Ade.
Sela kini belum menjalani pengobatan kembali karena keterbatasan biaya.
Terakhir, Sela menjalani pengobatan pada 17 September 2015 lalu.
Terbatas dana
Sela Karmenia (17), gadis remaja yang terkena tumor terpaksa harus menghentikan pengobatannya karena keterbatasan biaya.
Ayah Sela, Kasman (40) hanya bekerja sebagai penjaga sekolah di Sekolah menengah pertama Negeri (SMPN) 5 Kota Bogor.
"Saya dari tahun 2000 jadi penjaga sekolah. Sampai sekarang status saya masih pegawai honorer," kata Kasman.
Lanjutnya, penghasilan per bulannya masih di bawah upah minimum regional (UMR) Kota Bogor.
Sebulan ia rutin menerima gaji sebesar Rp 1.050.000.
Sementara, untuk biaya pengobatan anak ketiganya ini cukup besar, sekitar Rp 500 ribu sekali berobat.
"Alhamdulillah anak saya pakai BPJS, tapi tetap untuk ongkos ke RSCM kan cukup lumayan juga, ya Rp 500 ribu lah sekali jalan," kata Kasman.
Untuk menyiasatinya, ia kadang meminjam dari koperasi sekolah, lalu dibayar tiap bulan dengan dipotong gaji.
"Kadang juga ada donatur yang suka ngasih. Ya saya cukup terbantu," terangnya.
Kini, Sela Karmenia hanya tergolek lemah di kasur.
Berdasarkan diagnosa dokter, Sela menderita tumor di bagian selangkangan.
Awalnya kaki kirinya membengkak, mulai dari selangkangannya hingga betis.
Ibu Sela, Ade Sobariah (45) mengatakan, kondisi anak ketiganya ini mulai lemah saat didiagnosa menderita tumor.
"Berat tubuhnya terus turun, terakhir ditimbang beberapa bulan lalu hanya 28 kilogram, sekarang hanya 25 kilogram," ujarnya.
Ade menceritakan awalnya Sela merasakan sakit di pangkal paha kirinya bulan Februari 2015 lalu.
"Jadi waktu itu dia lagi main sama temennya, katanya sih ketendang. Dia memang anaknya tomboy. Dia mulai mengeluh sakit, akhirnya saya
putuskan untuk diurut dulu," katanya.
Setelah diurut, rupanya sakitnya tak kunjung sembuh.
Anaknya malah sering merasa kesakitan, dan pangkal paha kirinya juga mulai membengkak.
Akhirnya, dia memutuskan untuk membawa ke sebuah klinik di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Saat disana, awalnya didiagnosa anak saya kena TB tulang. Terus dirujuk lagi ke PMI Kota Bogor karena kondisi anak saya makin lemah. Saat dirongent di PMI, ternyata ketahuan anak saya menderita tumor," ujarnya.