Dulu Petugas Palang Pintu Kereta Kini Wakil Kepala Stasiun, Begini Kisahnya!
Paling sedih tuh harus pisah sementara dengan keluarga
Penulis: Lingga Arvian Nugroho | Editor: Suut Amdani
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH - Herry Susanto (43) Wakil Kepala Stasiun Bogor mengawali karir nya di PT KAI sebagai juru lansir.
Dirinya mengatakan, tak pernah terpikir sebelumnya akan menjabat sebagai wakil kepala Stasiun Bogor.
"Untuk mimpi aja enggak, dulu kan cuma jadi juru lansir, apalagi mikir bakal jadi wakil kepala Stasiun Bogor," ujar Herry Susanto.
Selain menjadi seorang juru lansir di Semarang, Herry yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Stasiun Bogor, pernah menjadi petugas palang pintu perlintasan.
Proses perjalanan Herry dari menjadi juru lansir hingga sampai menjadi wakil bukanlah proses yang cepat.

TribunnewsBogor.com/Lingga Arvian
Herry mengatakan, hampir selama empat tahun ia bekerja menjadi petugas palang pintu.
Selanjutnya karir terang pun mulai terlihat, walaupun hanya menjadi petugas penjual tiket.
"Waktu itu dari penjaga palang pintu saya naik jadi petugas penjual tiket, ya dari situ seneng juga bisa naik jabatan, walau hanya menjadi petugas tiket," ujarnya.
Selanjutnya herry mengemban tugas di stasiun kecil di Semarang, hingga akhirnya pada 16 bulan yang lalu dirinya diangkat sebagai Wakil Kepala Stasiun Bogor.
Namun meski demikian Herry mengakui bahwa tugas dan tanggung jawabnya pun semakin besar.
Selain itu selama bertugas di Bogor, Herry harus jauh dari kekuarganya untuk sementara.

TribunnewsBogor.com/Lingga Arvian
"Yang paling sedih tuh harus pisah sementara dengan keluarga, tapi bagaimana pun ini merupakan tanggung jawab sebuah profesi," katanya.
Selama bertugas di Bogor, ia harus meninggalkan dua orang anak perempuannya yang berumur sembilan dan lima tahun.
Saat bertugas di Bogor, Herry sempat tinggal di Cilebut.
Namun karena jarak yang terlalu jauh, Herry memutuskan untuk tinggal di dalam Stasiun Bogor.
"Saya pernah indekos di Cilebut, tapi karena terlalu jauh saya akhirnya memutuskan untuk tinggal di Stasiun, agar bisa terus memantau aktivitas di Stasiun Bogor," katanya.
Dalam proses panjang perjalanan karirnya Herry percaya bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan dengan kejujuran dan rasa syukur pasti akan mendatangkan hasil.
Selain itu sebagai petuhas Kereta Api dia dituntut harus teliti dan disiplin.
"Yang terpenting dalam bekerja adalah jujur dan bersyukur, selain itu teliti dan disiplin, dari situ kita bisa belajar menjalani setiap prosesnya," ujar Herry.

