Taman Corat Coret di Bogor
Komunitas Mata Kiri, Siap 'Sindir' Pemerintahan Bima Arya Lewat Gambar Mural
Paling sering gambar tentang sindiran politik, atau untuk menyemangati orang
Penulis: Ardhi Sanjaya | Editor: Bima Chakti Firmansyah
Laporan wartawan TribunnewsBogor.com, Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR UTARA - Komunitas mural di Kota Bogor yakni Mata Kiri, menyatakan akan mengkritisi pemerintahan Bima Arya Sugiarto melalui mural.
Terlebih saat ini sudah ada wadah bagi pecinta seni mural untuk mengekspresikan karyanya di Taman Corat Coret.
Ketua Komunitas Mata Kiri, Raka Nasution, komunitasnya mengaplikasikan isu sosial, pemerintahan dan politik dalam bentuk gambar.

TribunnewsBogor.com/Ardhi Sanjaya
Berbagai kebijakan yang kontroversial hingga isu hangat di kalangan masyarakat, menjadi ide utama dari komunitas ini.
"Paling sering gambar tentang sindiran politik, atau untuk menyemangati orang, pesan moral atau malah isu yang lagi booming," katanya.
Komunitas yang sudah terbentuk sejak tahun 2014 lalu tersebut berkembang dengan pesat.
"Kami kelompok gabungan, kalau dikumpulin yang aktif itu ada sekitar 1200 orang anggotanya," ujar Raka.
Karya anak muda ini bukan tanpa hasil, sekitar setahun lalu, saat Pemerintah Kota Bogor menggelar pameran di Balaikota Bogor, satu dambar hasil karya anggota dibeli oleh kolektor.
"Saya lupa harganya, cuma nominalnya sampai puluhan juta," ujarnya.
Tak sampai disitu saja, fokus dalam konsep gambar yang penuh pesan tersirat, komunitas ini pun mendapat pengakuan dari komunitas di berbagai daerah.
"Sudah sering karya anak-anak Bogor selalu mendapat pengakuan dari komunitas di daerah lain," paparnya.
Komunitas ini tak melulu membuat gambar di tembok saja, setiap berkumpul selalu ada pembinaan dan pendidikan bagi para anggota.
"Kami selalu sharing, mau bikin gambar apa, nyusun konsep, sampai saling belajar bikin gambar baru," ujarnya.
Merasa Dirugikan Atas Aksi Vandalisme
Aksi vandalisme atau coret-coret disembarang tempat, bukan hanya membuat lingkungan kotor dan merusak pemandang, tapi juga merusak karya seni.
Vandalisme yang kerap dilakukan oleh oknum masyarakat ini, sangat berbeda jauh dengan karya 'coret-coret' penyuka grafiti.
"Kami gambar dengan konsep, pasti ada pesan yang kami sampaikan lewat gambar itu," kata Ketua Komunitas Mata Kiri, Raksa Nasution, kepasa TribunnewsBogor.com.
Gambar yang menarik dengan paduan warna ciamik, membuat karya yang dihasilkan sedap dipandang.
Goresan cat yang dibubuhkan pun tidak disembarang tempat.
"Kami selalu izin sama yang punya tembok, tidak asal nemu tembok kosong lalu kami gambar," kata Raksa.
Penyaluran inspirasi lewat karya berbentuk gambar yang dikonsep rapi dan mematuhi segala prosedural yang berlaku, tak jarang dirusak oleh oknum.
"Kami sudah gambar, tiba-tiba dicoret sama orang, kadang dicoretnya sama nama sekolah gitu," ujarnya.
Maka itu, dengan adanya taman ini, bukan hanya komunitas saja yang dapat menggunakan, tapi juga semua kalangan.
"Memang belum tentu dapat mengurangi aksi vandal, cuma setidaknya sekarang sudah ada wadah buat kami dan yang lain yang hobi gambar," kata Raka.