Asal Mula Guling, Jaman Dulu Dianggap Sebagai Pengganti 'Gundik'

Di kalangan masyarakat Indonesia, guling hanya dimiliki golongan atas atau priyayi.

Penulis: Ardhi Sanjaya | Editor: Soewidia Henaldi
Net
Ilustrasi 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Ardhi Sanjaya

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Tidak banyak yang menyadari soal awal muasal guling, 'si teman' tidur. 

TribunnewsBogor.com mencoba untuk merangkum beberap sumber yang menyatakan asal mula adanya guling.

Seperti yang dilansir dari kusukatidur.com, ada beberapa istilah untuk menggambarkan guling.

Seperti Dutch Wife yang dikenal dalam sebuah novel, yang bercerita keberadaan guling dalam masa penjajahan Belanda.

Saat masa menjajahan Belanda,  guling dianggap sebagai pengganti 'Gundik' yang setia menemani di atas kasur tanpa harus dibayar.

Berawal dari kisah tersebut, guling juga ditemukan dalam Sastra Jawa dan Sastra Melayu yang merupakan buatan dari Belanda.

Ditambah lagi nama Dutch Wife ini diberikan langsung oleh Rafles yang saat itu menjabat sebagai Letna Gubernur Jendral Hindia.

Diambil dari Wikipedia, guling adalah salah satu alat yang digunakan untuk tidur khas masyarakat Indonesia dan negara-negara Asia Timur lainnya.

Guling biasanya diisi oleh kapas, bulu unggas, dan sebagainya.

Selain itu ada pula guling yang terbuat dari anyaman bambu.

Di Indonesia, guling lahir dari kebudayaan Indisch abad ke-18 atau 19, dan merupakan kebiasaan peninggalan dari masa kolonialisme.

Di kalangan masyarakat Indonesia, guling hanya dimiliki golongan atas atau priyayi.

Pemakaian guling menjadi semakin populer karena antara lain orang suka meniru gaya hidup priyayi. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved