Ujian Nasional 2016
Dosen IPB Posting 'Tragedy of The Commons' di Facebook Soal Kebocoran UN di Bogor
"TRAGEDY OF THE COMMONS," tulisnya mengawali curhatannya.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Soewidia Henaldi
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Vivi Febrianti
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Ernan Rustiadi memposting soal dugaan kebocoran Ujian Nasional (UN) di Kota Bogor lewat media sosial facebook.
Dalam postingan di FB, Ernan Rustiadi, mencurahkan isi hatinya mengenai kebocoran soal Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di sekolah anaknya.
Melalui akun facebooknya bernama Ernan Rustiadi, Dosen Fakultas Pertanian IPB mengungkapkan kejadian yang menimpa anaknya beberapa waktu lalu.
"TRAGEDY OF THE COMMONS," tulisnya mengawali curhatannya.
Dalam curhatannya, Ernan mengatakan, anaknya yang duduk di bangku kelas III SMA Negeri 1 Bogor di "bully" oleh teman-temannya karena tidak mau menerima bocoran soal yang diberikan oleh gurunya.
Curhatannya itu diposting pada tanggal 9 April 2016, dan disukai oleh 302 pengguna facebook, dan telah dibagikan sebanyak 398 kali.
Curhatannya itu, banyak dikomentari oleh netizen, yang mengatakan salut dengan keberanian Ernan memposting hal tersebut di media sosial.
"Keren bapak, saya bangga sekali punya Dosen seperti Pak Ernan full wishdom. Mudah2 pejabat berwenang negri ini segera menghukum berat orang2 yang menolak kejujuran. khususnya dalam dunia pendidikan," kata pemilik akun facebook Mahfudhoh Putri.
"Miris bacanya Pak," kata @Reza Adhiatma.
"Jika boleh tahu, Pak Ernan Rustiadi, bukannya soal UNBK berbeda-beda?," tanya @Anto Dwi Anggoro.
Ernan pun menjawab pertanyaan tersebut.
"Betul mas Anto Dwi Anggoro. Disini ada 5 versi soal ujian dan kelimanya sdh tersedia bocoran2nya," kata dia.
Ia juga bahkan memposting sebuah gambar yang memperlihatkan postingan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, yang mengakui bahwa soal UNBK sudah hari Senin dan Selasa sudah banyak diketahui siswa.
"Bpk/Ibu Wali kls XII perlu diketahui bahwa soal hari Senin dan Selasa sebenarnya sudah masuk keserver Sek (sudah disinkronisasi) karena soal UNPBT ditengarai banyak diketahui oleh peserta UNBK maka soal Senin dan Selasa akan diganti (server akan disinkronisasi lagi) oleh sebab itu Bpk/Ibu wali kls harap memberi informasi kepada siswa jangan hanya belajar dari bocoran soal UNPBT saja tetapi harus belajar soal yg lain karena ada kemungkinan besar akan berubah," bunyi tulisan tersebut.
Berikut isi curhatan Ernan Rustiadi di akun facebooknya.
"Percayalah, "kejujuran dan integritas di dunia pendidikan" adalah barang publik yg paling berharga dimiliki bangsa ini.
Ketika kita gagal mempertahankannya maka kita sama2 akan gagal memanen generasi penerus hasil dari proses berkualitas.
Anakku duduk di bangku kelas 3 SMA I Bogor, saat ini tengah menempuh ujian nasional, berbasis komputer (UNBK) begitu risau.
Bbrp hari lalu pulang ujian menangis karena setelah ujian hari itu dia mencocokan jawaban dg teman2nya, jawabannya tdk sebaik teman2nya yang memiliki bocoran soal.
Dia khawatir masuk dalam kelompok bernilai terburuk karena teman2nya sdh memilik bocoran jawaban.
Malam ini dia meminta pertimbanganku apakah besok di hari minggu perlu mengikuti saran gurunya utk mengambil bocoran soal yg akan dibagikan guru di sekolahnya?
Sebagai mantan dekan di IPB yg terlibat dalam seleksi mahasiswa baru, saya tahu betul tidak ada perguruan2 tinggi besar yang mau dibodohi dengan menggunakan hasil ujian UN dalam seleksi mahasiswanya, karena nilai UN tdk konsisten dengan indikator2 prestasi siswa lainnya.
Anakku menjadi lebih tenang karena kedua orangtuanya mendukung anaknya untuk memilih kejujuran.
Namun masalah berikutnya sekarang dia di "bully" banyak teman2nya karena sbg minoritas dia jadi sasaran ejekan karena dianggap "sok" jujur.
Saya akui, saya menceritakan ini ke khalayak umum tanpa melakukan pencarian fakta di lapangan.
Tapi cerita ini sdh diketahui oleh khalayak banyak sejak lama.
Pihak yang berwenang di negeri ini terus membiarkan kejadian ini terulang.
Inilah tragedi atas harta (barang publik) yang terlalu berharga untuk kita diamkan tergerus waktu, harta itu adalah "kejujuran dan integritas di dunia pendidikan".
Dalam kapasitas sy sbg orangtua saya pertaruhkan kejujuran itu di rumah sendiri.
Para pejabat yang berwenang, dengan kapasitasnya masing2 ayolah bertindak. Cegahlah guru2 ikut larut dalam ketidakjujuran. Tindak tegas para pembocor soal jawaban....Ayo bertindak."
Terkait postingan di media sosial tersebut, hingga saat ini belum ada penjelasan dari Ernan Rustiadi.(*)