Ini Suka Duka Sopir Ojek Online Wanita, Tergiur Pendapatan Rp 10 Juta Sebulan

Pernah diusir dan diteriaki ojek Lain

Penulis: Yudhi Maulana Aditama | Editor: Suut Amdani
Tribunnewsbogor.com/Yudhi Maulana Aditama
Mardiana (37) tak ragu memilih berkarir menjadi sopir ojek online meski rasa khawatir kerap menghantuinya. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudhi Maulana

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR UTARA - Meski identik dengan laki-laki, tapi pekerjaan sebagai tukang ojek online tetap ia lakoni.

Mardiana (37) tak ragu memilih berkarir menjadi sopir ojek online meski rasa khawatir kerap menghantuinya.

Ia gabung ke dalam perusahaan ojek online, Gojek sejak Agustus 2015.

Untuk bergabung menjadi sopir ojek online tak dia tempuh dengan cara yang mudah.

"Waktu itu saya ikut recruitment di GBK Jakarta. Saya berangkat subuh dan harus ngantri sampai sore dan saat itu saya gak megang hape," katanya kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (19/4/2016).

Lanjutnya, alasan utama ia menjadi seorang sopir ojek online karena alasan ekonomi.

Sejak tahun 2013, ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaanya sebagai marketing di sebuah perusahaan leasing.

Ia keluar karena tengah dalam kondisi hamil anak kedua.

Tak berselang lama, suaminya juga keluar dari pekerjaannya karena kontraknya tidak diperpanjang.

Karena kondisi perekonomian keluarga yang makin menurun, akhirnya ia memutuskan untuk mencari pekerjaan.

"Kebetulan saya lihat di televisi dan di berita kalau penghasilan jadi ojek online itu gede, bisa sampai Rp 10 juta-an. Dari situ saya tergiur dan coba untuk ngelamar," ungkap wanita yang tinggal di Cilebut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini.

Selain itu, pengalamannya sebagai marketing membuat dirinya terbiasa untuk bekerja di lapangan.

Ia pun diterima sebagai sopir ojek online, padahal saat itu ada ribuan pesaing yang ingin bergabung.

Sebulan pertama bertugas, ia mondar-mandir di wilayah Jakarta.

Hingga akhirnya ia bertugas di wilayah Bogor agar dekat dengan rumahnya.

Selama bertugas, ada saja perlakuan yang tak menyenangkan ia terima dari tukang ojek pangkalan.

Beberapa kali ia diteriaki oleh tukang ojek pangkalan saat mengantar penumpang.

Bahkan, ia juga pernah diusir saat beristirahat.

"Waktu itu saya nganterin penumpang dari Bogor ke wilayah Depok. Saat ingin arah balik, saya beristirahat dulu di sebuah mal, kebetulan ada sopir Gojek juga di situ. Nah gak lama kita disamperin sama security di situ dan ngusir kita," katanya.

Tak hanya mengusir, petugas security tersebut juga malah mengintimidasi dengan perkataan yang cukup kasar.

Ia pun tak terpancing emosi dan menghadapinya dengan tenang, kemudian mengalah dan meninggalkan lokasi.

Adalagi pengalaman dirinya saat mengantar anak sekolah di kawasan Cibinong.

Kebetulan, di depan gang sekolah penumpangnya ada pangkalan ojek.

Setelah menurunkan penumpangnya di depan sekolah, ia dihampiri oleh tukang ojek pangkalan.

Ia pun ditegur agar tidak mengambil penumpang.

"Padahal saya belum ada atribut saat itu, cuma helm aja. Tiba-tiba saya ditegur katanya gak boleh ambil penumpang dari dalem. Akhirnya saya coba jawab dengan ramah sambil minta maaf, dan akhirnya saya pergi. Deg-degan iya tapi setelah itu lega, adrenalinnya kerasa," tuturnya.

Meski sering mendapat perlakuan tak menyenangkan, ia bersyukur karena belum pernah mengalami intimidasi secara fisik.

Untuk mengakali agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan, kadang ia menyembunyikan jaket perusahaannya.

Atau, helm Gojeknya disimpang dikantong plastik hitam agar tak ketahuan.

"Jaketnya saya balikin, terus kalau untuk helm penumpang saya pakai helm diganti pakai helm biasa," ungkapnya.

Selain itu, di antara komunitas Gojek-nya, sering berbagi informasi soal wilayah yang dianggap rawan.

"Jadi kita suka bagi informasi, jadi kalau disebut zona merah itu kita harus agak hati-hati, karena ojek pangkalannya gak begitu nerima. Nah paling kalau ada orderan ke sana kadang saya gak ambil atau gak kita gak pake atribut," ungkapnya.

Selama ini, ia merasa bangga menjadi sopir ojek online.

Ia bangga karena bisa melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan pria, tapi bisa ia kerjakan dengan baik.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved