Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Gara-gara tidak Jual Premium, SPBU Ini Sempat Dilempari Jerigen oleh Warga

Lebih lanjut dia mengatakan, sejak awal tahun 2016 pihaknya sudah tidak lagi menjual premium dan solar.

Penulis: Damanhuri | Editor: Soewidia Henaldi
TribunnewsBogor.com/Damanhuri
SPBU 34-16818 di Jalan Sabilillah, Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor sejak 7 bulan tidak menjual Premium. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Damanhuri

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CITUREUP - Sudah sekitar tujuh bulan SPBU 34-16818 yang berlokasi di Jalan Sabilillah, Desa Citeureup, Kecamatam Citeureup, Kabupaten Bogor tidak melayani penjualan bahan bakar bersubsidi jenis premium.

Hal ini dilakukan pengelola SPBU setelah keluarnya surat edaran dari pemerintah yang melarang SPBU menjual BBM bersubsidi kepada warga yang menggunakan jerigen.

"Daripada ribet dan bermasalah, lebih baik kami stop saja pasokan premium," kata Tedi Mulya, pengawas SPBU 34-16818 kepada TribunnewsBogor.com, Kamis (28/7/2016).

Lebih lanjut dia mengatakan, sejak awal tahun 2016 pihaknya sudah tidak lagi menjual premium dan solar.

"Saat ini dari tiga pompa, ditempat kami cuma ada Pertamax dan Pertalite saja," kata dia.

Diakui Tedi, sejak pasokan premium sudah tidak lagi ada di SPBUnya, banyak warga yang protes dan meminta agar premium kembali disediakan.

"Terus terang saja warga pernah sampai demo melempari jerigen kosong ke tempat kami, tapi kalau aturan pemerintah melarang menjual premium ke jerigen ya lebih baik kami enggak jual premium," katanya.

Menurutnya, sejak pasokan premium distop, penjulan ditempatnya menurun drastis.

Padahal, kata dia, banyaknya konsumen di SPBU nya itu merupakan warga yang bermukim di Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Sukamakmur yang banyak membeli untuk dijual eceran.

Tedi melanjutkan, aturan itu berdasar pada surat pemberitahuan dari PT Pertamina yaitu SPBU hanya boleh menyalurkan BBM premium dan solar untuk pengguna akhir, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 191/2014.

Selain itu SPBU juga dilarang keras menjualnya kepada pembeli dengan jerigen dan drum untuk dijual kembali ke konsumen.

"Kalau masih ada premium sehari itu rata-rata 14.000 liter habis, soalnya banyak warga dipegunungan sana yang menjual bensin eceran. Kalau sekarang paling cuma 6.000 liter pertalite sehari soalnya minat mayarakat menggunakan pertalit masih kurang dibanding premium," ujarnya.

Sementara itu, Imam (42) salah seorang konsumen di SPBU tersebut lebih memilih menggunkan Pertamax dibandingkan Pertalite.

"Harganya juga cuma beda dikit, lebih baik pertamax sekalian. Soalnya disini kan tidak jual premium," kata dia saat mengisi bahan bakar untuk sepeda motornya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved