Pengamen Tewas Ditusuk
Ternyata Ikhsanudin Sering Tidur di Jalan, Bukan Karena Diusir, Tapi Kontrakannya Sempit
Meski sudah mengiklashkan Ikhsan, namun rasa tidak terimanya sering kali timbul saat ia mengingat ikhsan tewas dengan luka tusuk
Penulis: Lingga Arvian Nugroho | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR SELATAN - Ikhsanudin atau yang akrab disapa Anoy oleh rekan-rekannya itu sangat sayang dengan ketiga adiknya.
Siti adik ikhsan yang baru duduk di bangku 11 SMA itu memceritakan tentang kenangan dirinya akan kakanya yang tewas ditusuk itu.
Dengan berlinang air mata, Siti menceritakan bahwa kakaknya sangat baik pada adik-adiknya.
Setiap pulang mengamen, Ikhsan sering kali membagikan hasil mengamennya itu kepada adik adiknya.
"Kadang AA dapat Rp 100 ribu nanti di bagi ke adik-adiknya, hampir setiap pulang ngamen aku dikasih jajan," ujar Siti sembari mengusap matanya.
Dengan mata yang masih lebam dan air mata yang masih terus mengucur Siti pun sangat merasa kehilangan kakaknya.
Dengan nada suara terbata-bata bercampur isak tangis Siti mengatakan bahwa ia akan terus merindukan kakaknya.
"Iya pasti kangen banget sama AA, tadi malam aku mimpi lihat AA senyum pakai jaket hitam," ujar Siti sembari tertunduk.
Kesan yang sama pun diceritkan oleh Neneng Kurniasih (41) ibunda Ikhsan.
Neneng menceritakan bahwa Ikhsan pernah bekerja sebagai montir di bengkel, namun hanya beberapa bulan saja.
Bahkan IKhsan pun pernah beberapa tahun kerja di Jakarta menjadi pelayan di restoran.
Dari penuturan Neneng, Ikhsan sering kali memberi seluruh penghasilannya kepada sang ibunda.
"Wakti masih kerja setiap bulan dia ngasih ke saya, dia paling cuma ngmbil Rp 50 ribu aja," ujar Neneng.
Ikhsan dan kelurganya sudah beberapa kali berpindah kontrakan.
Hal tersebut dikarenakan mereka terus mencari kontrakan yang murah.
Bukan hanya itu, karena kontrakannya yang sempit, Ikhsan kerap kali menginap di rumah kawannya ataupun di jalan.
"Iya Ikhsan sering tidur di luar atau nginep di rumah temannya, mungkin dia kasihan sama adik-adiknya kalau tidur di rumah kan sempit banget, tapi saya sering bilang Ikhsan enggak apa-apa tidur di rumah aja bareng-bareng, adiknya enggak apa-apa kok," ujar Neneng sambil terus berlinang air mata.
Meski sudah mengiklashkan Ikhsan, namun rasa tidak terimanya sering kali timbul saat ia mengingat ikhsan tewas dengan luka tusuk.
Menurut Neneng, Ia mendapat informasi bahwa ikhsan terkena luka tusuk di bagian dada sebelah kiri dengan menggubakan obeng.
"Itu lubangnya besar, karena mengkin obeng kan benda tumpul jadi dipaksakan sampai dikoyak agar tembus," ujar Neneng.
Neneng menambahkan Ia hanya bisa pasrah dan menerima hingga pelaku dapat ditangkap.
"Saya orang sederhana, orang enggak punya, saya hanya bisa pasrah dan menerima, ya kalau ketemu pelakunya Alhamdulillah saya minta di hukum seberat beratnya," ujar Neneng yang tak bisa menahan tangis.
Ikhsanudin (21) pemuda yang berprofesi sebagai pengamen tewas dengan luka tusuk di bagian dada sebelah kiri.
Kejadian tersebut terjadi di depan Living Plaza Jalan Raya Tajur, Minggu (4/9/2016) pukul 03.30 WIB dini hari.
Hingga sore tadi Senin (5/9/2016) TribunnewsBogor.com, sudah mencoba mengkonfirmasi ke pihak Polsek Bogor Selatan untuk menanyakan perkembangan kasus tersebut, namun belum ada keterangan yang didapat.
Sebelum Ditemukan Tewas, Ikhsanudin Sempat Ucapkan Ini pada Adiknya
Kepergian Ikhsanudin (21), pemuda yang tewas dengan luka tusuk di bagian dada sebelah kiri meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarganya.
Kejadian tersebut terjadi di depan Living Plaza Jalan Raya Tajur, Minggu (4/9/2016) pukul 03.30 WIB dini hari.
Neneng Kurniasih (41) Ibunda dari Ikhsan merasakan kehilangan atas kepergian anaknya.
Saat dutemui oleh TribunnewsBogor.com, Senin (5/9/2016), di kediamannya di Kampung Babakan Indah Kelurahan Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Ibunda Ikhsan masih terbayang anak pertamannya itu.
Neneng pun menceritakan sehari sebelum ikhsan meninggal sempat bercanda dengan ketiga adik perempuannya.
Bahkan Siti, adik Ikhsan mengatakan kakanya itu sempat meminta pendapat tentang penampilannya itu.
"Jadi AA itu pukul 22.00 WB sebelum keluar rumah, sempat mandi, terus ngaca, sisiran pakai minyak wangi, pas gitu dia bilang ke aku, neng AA ganteng gak, sekali aja dong ganteng yah AA," ujar Siti menceritakan tentang kakaknya dengan mata berkaca-kaca.
Bukan hanya itu, bahkan Ikhsan sempat berkata hal aneh beberapa hari sebelum kepergiannya.
Ketika itu ada saudaranya yang meninggal dan saat mendengar kabar itu Ikhsan pun berkata hal yang aneh kepada adiknya.
Kalimat yang diucapakan itu terdengar seperti mengisyaratkan kematiannya.
"Iya waktu itu tuh ada saya terus adiknya, dia bilang nu meninggal teh terus we batur, ari AA irahanya, makam teh jang batur we hungkul ngke jang uranga aya teu nya,( yang meninggal teh terus saja orang lain, kalau saya kapan, terus nanti ada gak makam buat saya," ujar Neneng sambil terus berlinang air mata.
Dan ada lagi yang terus diingat oleh Neneng, saat itu karena kondisi sedang hujan Ikhsan dilarang untuk keluar rumah, namun menurut Ikhsan saat Malam Minggu sering kali mendapat uang banyak dari hasil ngamen.
"Kalau Malam Minggu biasanya ramai mah, dapat uang banyak, nanti ikhsan pulangnya pagi ya mah, Sebelum berangkat Ikhsan ngomong gitu, eh taunya pas pagi-pagi ada yang gedor rumah ngasih kabar Ikhsan kena tusuk," cerita Neneng yang tak kuasa menahan tangis.
Meski seorang pengamen namun Ikhsan selalu berpenampilan rapi dan bersih.
Ia pun dikenal sebagai anak yang baik dan mudah bergaul.
"Ikhsan itu orangnya baik, kalau meninggal saya Ikhlas tapi kenapa harus ditusuk, itu yang saya gak terima, semoga bisa ketemu pelakunya dan mendapat hukuman setimpal," tutur Neneng.
