VIdeo Sopir Bajaj Diusir Saat Masuk Hotel Bintang 5, Penumpangnya Penghuni Hotel Geram

Tapi siapa sangka, saat didepan lobby justru kami diusir oleh pegawai hotel Le Grandeur.

Penulis: Yudhi Maulana Aditama | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Facebook

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Sebuah video sopir bajaj dan penumpangnya yang merupakan tamu hotel tengah viral di media sosial.

Video tersebut diunggah pemilik akun Facebook bernama Jericho Prasetyo, yang merupakan penghuni hotel bintang 5 di Jakarta.

Dalam unggahannya itu, ia meluapkan kekecewaaannya karena bajaj yang ia tumpangi diusir saat ingin turun di depan lobby.

Berikut kisah lengkapnya.

"Sangat disayangkan hotel mewah bintang5 Le Grandeur, Mangga2, Jkt, melarang Bajaj msk di lobby dpn hotel.

Kami sbg tamu merasa tersinggung & sgt tdk nyaman diperlakuan dg kasar, tanpa ada rasa hormat baik kpd kami sbg tamu maupun kpd Bapak Bajaj yg sdh lanjut usia. Pihak hotel sgt tdk menghargai kami dg cara mengusir dg tdk sopan & sangat kasar.

Kejadian bermula dari keinginan anak kami untuk naik bajaj, krn di Semarang tdk ada bajaj. Maka kami berinisiatif untuk mencari bajaj untuk anak kami pergi jalan2 keliling sekitar hotel naik bajaj.

Kami memesan Bajaj & langsung kami bayar lunas agar bapak Bajaj senang mengantar kami & anak-anak keliling sekitar hotel.
Ternyata bapak Bajaj tsb senang dg tips yg kami kasih, maka Bapak Bajaj mengantar kami keliling mangga2

Stlh smp dpn hotel, bpk Bajak tdk berani masuk lobby, kami minta bapak bajaj msk & antar kami smp msk dpn lobby hotel.
Karena berencana mau ajak anak-anak berfoto didepan bajaj.

Tapi siapa sangka, saat didepan lobby justru kami diusir oleh pegawai hotel Le Grandeur. Tanpa basa-basi, tanpa permintaan maaf & penjelasan yg baik pegawai Hotel Le Grandeur tanpa mempedulikan kami sbg tamu hotel. Pegawai tersebut terus menyuruh Bajaj pergi dari lobby. Adapun didpn hotel tidak ada tanda larangan bg Bajaj untuk masuk Lobby Hotel.

Sangat ironis sekali bhw Pemprov DKI melestarikan Bajaj sbg aset daerah & mjd maskot / sbg ciri khas kota jakarta. Namun oleh Hotel Le Grandeur, Jakarta sgt tidak dihormati keberadaannya.

Padahal dalam Bajaj ada tamu hotel, seharusnya pihak hotel mempertimbangkan kembali peraturannya, karena ini menyangkut budaya seni Jakarta. Anak saya tidak akan minta naik bajaj jika bajaj itu ada di kota Semarang. Namun karena Bajaj adalah seni atau ciri khas kota Jakarta maka kami naik Bajaj bukan karena mau pergi ke suatu tempat, tapi kami naik Bajaj karena ingin merasakan nikmatnya naik kendaraan khas kota Jakarta tersebut.

Kami dtg ke Jakarta krn tujuan wisata bukan bisnis, shg Jakarta sudah seharusnya memikirkan wisata, termasuk Bajaj sbg sebuah daya tarik wisata selain Ancol, Monas, dll.

Perlu dipertimbagan kembali oleh pihak Hotel Le Grandeur melarang Bajaj masuk lobby, karena perijinan Hotel ada dibawah Dinas Pariwisata, sehingga pihak hotel harus tau mana yg berhubungan dg wisata, mana yang sekedar bisnis semata.

Ini kekecewaan kami thd Hotel Le Grandeur kami angkat agar dpt mjd kritikan bagi Pihak Managemen Hotel Le Grandeur & jd masukan jg bg Pemprov DKI untuk memperlakukan Bajaj bukan sbg kendaraan umum biasa tapi sbg ciri khas kota Jakarta dg tujuan wisata.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved