Mahasiswa IPB Kembangkan Kacang Tunggak Bahan Baku Alternatif Tempe

Setiap satuan percobaan terdiri dari 60 tanaman sehingga populasi tanaman secara keseluruhan adalah 1.200 tanaman.

Penulis: Soewidia Henaldi | Editor: Soewidia Henaldi
Istimewa/Pertanian.com
Kacang Tunggak 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortilkultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Feri Vircue Zandroto melakukan penelitian tentang evaluasi produksi beberapa varietas kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.) Walp.) di dataran rendah.

Penelitian di bawah bimbingan Dr Ir Heni Purnamawati, M.Sc Agr dan Juang Gema Kartika S.P, M.Si.

Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Leuwikopo, Dramaga, Bogor beberapa waktu lalu.

Teknik penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan empat ulangan dan lima varietas sebagai perlakuan yang terdiri dari varietas (KT-1, KT-2, KT-6, KT-8, dan KT-9).

Setiap satuan percobaan terdiri dari 60 tanaman sehingga populasi tanaman secara keseluruhan adalah 1.200 tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh varietas terhadap daya tumbuh tanaman, luas daun,  jumlah bunga per tandan, panjang polong, serta rasio biji dan kulit polong tanaman kacang tunggak.

Secara umum hasil biji kering dari kelima varietas sebanding.

Varietas KT-8 memiliki jumlah bunga per tandan paling tinggi sehingga mempengaruhi jumlah polong dan biji kering yang dihasilkan.

Varietas KT-2 umumnya memiliki kapasitas source yang kuat pada karakter luas daun serta kapasitas sink yang kuat pada karakter panjang polong dan rasio biji dan kulit polong.

Karakter yang berkorelasi positif terhadap hasil biji kering kacang tunggak adalah jumlah bunga (7 MST), jumlah polong per tanaman, bobot polong kering per tanaman, bobot biji kering per tanaman, bobot seratus biji, indeks panen, serta rasio biji dan kulit polong.

Menurut Feri, permintaan kedelai sangat tinggi di Indonesia.

Produksi kedelai nasional tahun 2015 mencapai 963.183 ton.

Produksi kedelai nasional mengalami defisit 1,5 juta ton biji kering.

Diperlukan diversifikasi pakan untuk mengurangi ketergantungan ini melalui penggunaan bahan pangan lokal yaitu kacang tunggak.

"Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.) Walp.) merupakan salah satu sumber pangan lokal yang berpotensi menjadi alternatif bahan baku tempe. Kacang tunggak dapat diolah menjadi tempe dengan kualitas baik tanpa dicampur dengan kedelai. Tempe kacang tunggak mengandung 33 gram protein, 2 gram lemak, 53 gram karbohidrat, 3 gram serat dan 1 gram abu," katanya.

Produksi kacang tunggak masih rendah karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengolah dan memanfaatkannya, terbatasnya areal penanaman dan rendahnya produktivitas.

"Padahal potensi kacang tunggak cukup tinggi mencapai 1,5 - 2,0 ton per hektar, tergantung varietas, lokasi, musim tanam dan teknologi budidaya yang diterapkan. Potensi produksi kacang tunggak masih jarang di Indonesia. Oleh karenanya itu kami mengevalusi produksi kacang tunggak di beberapa wilayah khususnya dataran rendah," ujarnya.

Budidaya kacang tunggak di Indonesia tersebar di berbagai zona ekologi mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi, beriklim kering hingga beriklim basah.

Daerah penyebaran kacang tunggak di Indonesia meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, sebagian Kalimantan, Sumatera, Maluku dan Papua.

Berbagai faktor memepengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman ini.

Sehingga penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan aspek morfologi kacang tunggak dan pengaruh varietas terhadap produksi biji kacang tunggak. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved