Kementerian PPPA Terima 3600 Laporan Kekerasan Terhadap Anak, 3 Persennya Alami Kekerasan Seksual
selain di Kota-kota besar di kawasan Indonesia timur juga merupakan wilayah rentan terhadap kekerasan anak.
Penulis: Lingga Arvian Nugroho | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR UTARA - Kekerasan terhadap anak sangat rentan terjadi di lingkungan masyarakat.
Bahkan pada tahun 2016 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia menerima sebanyak 3600 lebih laporan kekerasan terhadap anak.
Asisten Deputi Perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi Kementerian PPPA, Rini Handayani data tersebut merupakan laporan yang diterima oleh kementerian.
"Jadi kita dikementerian itu mencatat data terlapor yang masuk, dari 3600 laporan tersebut tiga persen diantaranya anak-anak yang mendapatkan kekerasan seksual," katanya usai mengikuti Advokasi dan Sosialisasi Perlindungan Anak Dari Kekerasan Anak dan Ekploitasi Anak di Kecamatan Bogor Utara, Selasa (17/10/2017).
Rini menambahkan bahwa dari survei yang dilakukannya pada 2016 lalu, dari 19 anak laki-laki 1 orang diantaranya mendapatkan kekerasan seksual.
"Dari hasil survei yang kita ambil dari populasi 900 ribu anak, satu dari 19 anak laki-laki mendapatkan kekerasan terhadap anak dan satu dari 12 anak perempuan juga mengalami kekerasan terhadap anak," katanya.
Rini pun menjelaskan bahwa selain di Kota-kota besar di kawasan timur juga merupakan wilayah rentan terhadap kekerasan anak.
Hal itu dikarenakan masih ada tradisi yang mendidik anak dengan kekerasan adalah hal yang wajar.
"Selain di kota besar di wilayah timur merupakan wilayah yang juga rentan terhadap kekerasan," katanya.
Melihat banyaknya kondisi tersebut, pihaknya pun terus gencar melakukan berbagai cara untuk mencegah kekerasan terhadap anak.
Satu diantaranya adalah dengan mengadakan advokasi dan sosialisasi.
Karena menurut Rini mengatasi kekerasan terhadap anak tidak bisa dilakulan oleh pemerintah saja.
Namun diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak.
"Fenomena kepada kekerasan anak seperti fenomena gunung es, Jadi yang dilaporkan adalah yang tidak terlaporkan, upaya pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, selain melakukan sosialisasi dan akselarasi, kita juga punya program prioritas yaitu akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhiri perdagagan orang, akhiri kesenjangan ekonomi perempauan," katanya.
Untuk melihat apakah program tersebut berhasil mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak, pihaknya pun akan melakukan survei pada akhir tahun nanti.
