Kabar Bendung Katulampa Jebol Hoax, Polisi Telusuri Pelaku Pembuat Pesan Broadcast
Dalam pesan tersebut disampaikan, Jakarta kemungkinan mengalami banjir akibat Bendung Katulampa jebol.
Penulis: Mohamad Afkar Sarvika | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Mohamad Afkar Sarvika
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TIMUR - Belakangan ramai diperbicangkan di media sosial bahwa Bendung Katulampa Bogor dilaporkan jebol.
Tak sedikit pula beredar broadcast atau pesan berantai di WhatsApp dengan isi yang tak jauh berbeda.
Dalam pesan tersebut disampaikan, Jakarta kemungkinan mengalami banjir akibat Bendung Katulampa jebol.
Pesan tersebut sudah ramai beredar sejak Senin (20/11/2017).
Namun hingga saat ini pesan tersebut masih juga beredar di media sosial.
"Hati-hati katulampa jebol, Jakarta kemungkinan bisa banjir, kalau ada keluarga yang kerja di wilayah jabodetabek kabarin, diperkirakan air sampai jakarta 6 jam lagi info dari temen yg di bogor barusan kira2 sejam yg lalu...jadi untuk malam ini klo bisa balik ke rumah jangan terlalu malam..perkiraan 6 jam air sampai jakarta," begitu isi pesan broadcast tersebut.
Menanggapi hal itu, Kepala Jaga Bendung Katulampa, Andi Sudirman menegaskan bahwa pesan tersebut adalah tidak benar alias hoax.
Dia berujar bahwa Bendung Katulampa tidak jebol.
Begitu pun dengan Tinggi Muka Air (TMA) sejak Senin kemarin terbilang normal.
"Itu hoax, Bendung Katulampa aman, TMA sempat berstatus siaga 3, tapi itu hari Sabtu," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Rabu (22/11/2017).
Dikatakannya, sejak pesan tersebut tersebar luas, banyak pihak yang menghubungi dirinya untuk mengklarifikasinya.
"Iya sampai ada dari polsek datang ke sini hanya untuk memastikan Bendung Katulamoa dalam keadaan normal, tidak jebol," jelasnya.
Sementara itu terpisah, Kapolsek Bogor Timur, Kompol Marsudi Widodo menyayangkan atas beredarnya pesan yang tidak benar itu.
"Karena sudah meresahkan masyarakat, terutama yang bertempat tinggal di Jakarta," katanya.
Dia menambahkam bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan upaya pencarian terhadap pelaku pembuat pesan tidak benar itu.
"Ya kita coba cari pelakunya siapa, dampaknya kan bikin khawatir masyarakat, dan pesan itu menyebar dengan cepat," pungkasnya.
