Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Puluhan Ribu Pasukan Jepang Mati Sia-sia saat Akhir Perang Dunia II, Begini Ceritanya

Pada 17 Agustus, datang perintah langsung dari Kaisar kepada Panglima Tentara Kwangtung untuk mengakhiri perang.

Editor: Yudhi Maulana Aditama
Wikipedia
ILUSTRASI Tentara Australia dalam sebuah pertempuran di era Perang Dunia Kedua 

Dari arah Mongolia Luar dipimpin Jenderal Kavaleri Issa Pliev, dan Jenderal Maxim Purkayev yang diserahi front kedua di sepanjang Sungai Amur dan Ussuri.

Awal Agustus 1945, persiapan invasi telah rampung. Sebelumnya, tatkala Jerman Nazi menyerbu Soviet, Moskwa takut sekali jika Jepang sampai menyerangnya juga dari halaman belakangnya.

Untungnya Soviet memiliki spion ulung di Tokyo, Dr.Richard Sorge, yang memperoleh informasi strategis bahwa Jepang tidak akan menyerang Soviet dari Manchuria.

Sehingga Stalin dapat memusatkan seluruh kekuatan hanya untuk menahan invasi Hitler. Informasi yang tak ternilai ini akhirnya dibayar mahal oleh Sorge yang tertangkap oleh Kempetai dan dihukum gantung.

Panglima Kangtogun atau Tentara Kwantung, Jenderal Otozo Yamada, memerintahkan bertahan mati-matian. Dengan demikian terkadang taktik berani mati seperti yang dilakukan di Pasifik, juga ditunjukkan pasukan Jepang di Manchuria.

Namun karena kekuatan yang tak seimbang dan juga udara sepenuhnya dikuasai Soviet, Jepang pun terdesak terus. Meski kadang mampu memukul mendur pasukan Soviet.

Tatkala Tokyo mengumumkan takluknya tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus, timbul kebingungan di kalangan pasukan Jepang yang masih bertempur hebat melawan Tentara Merah.

Tapi mereka memutuskan untuk berperang terus.

Pasalnya Yamada meskipun mendengar pidato Kaisar mengenai kalahnya Jepang, menghendaki adanya konfirmasi tertulis.

Pada 17 Agustus, datang perintah langsung dari Kaisar kepada Panglima Tentara Kwangtung untuk mengakhiri perang.

Perintah tertulis ini dibawa langsung oleh seorang anggota keluarga kekaisaran, yang isinya meminta Jenderal Yamada merundingkan penyerahan dengan pihak Soviet.

Kastaf Tentara Kwangtung Jenderal Shunroku Hata lalu terbang ke markas Marsekal Alexander Vasilevsky, panglima tertinggi Soviet untuk kampanye di Manchuria.

Tanggal 19 Agustus, empat hari sesudah Jepang resmi menyerah, barulah dokumen penyerahan Jepang di Manchuria ditandatangani. Namun mundurnya penyerahan Jepang dalam waktu dua hari itu ternyata harus dibayar mahal secara sia-sia.

Pasalnya dari kedua belah pihak telah kehilangan puluhan ribu nyawa pasukan.

Menurut pihak Soviet, pertempuran terakhir dalam PD II mengakibatkan 83.737 pasukan Jepang tewas (Jepang menyebutkan 21.000), dan 594.000 lainnya tertawan termasuk 148 Jenderal.

Sumber: Intisari
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved