Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Polemik Kartu Kuning Jokowi, Ternyata Begini Lho Sejarah Kartu Kuning dan Merah di Dunia Sepakbola

Suatu hari, dia berhenti di perempatan jalan. Melihat lampu lalu lintas, dia kemudian mendapatkan ide.

Penulis: Yudhi Maulana Aditama | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Kolase TribunnewsBogor

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Gebrakan Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa dengan memberikan hadiah kartu kuning untuk Jokowi seakan menjadi bola liar yang terus bergulir.

Berbagai pihka juga mulai meniru cara Zaadit dalam mengkirtisi pemerintah, seperti Fahri Hamzah yang juga mengacungkan kartu merah bahkan saat menghadiri Musyawarah Kerja Nasional Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KA-KAMMI).

"Jangan salah arah bangsa ini. Kalau salah arah keluarkan saja pemainnya," kata Fahri dikutip dari Kompas.com.

Fahri mengatakan, nantinya akan ditentukan bagaimana langkah KA-KAMMI untuk menggerakkan arah bangsa Indonesia.

"Belum tahu apakah kartu kuning atau kartu merah yang dikeluarkan. Tapi semua sudah ada di kantongnya masing-masing," kata Fahri.

Tak hanya itu, saat Fahri berbicara di podium, beberapa peserta Mukernas KA-KAMMI di barisan depan mengacungkan kartu kuning ke udara.

Peserta acara kembali dibuat heboh.

Baca: Orasinya Di Mata Najwa Dianggap Lebih Santun dari Zaadit, Presiden Mahasiswa UGM Jadi Idola Baru

Selain itu, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional ( PAN) Amien Rais menilai kartu kuning yang diacungkan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UI Zaadit Taqwa terhadap Presiden Joko Widodo belum cukup.

Amien mengatakan jika itu adalah dirinya, maka dia akan memberikan kartu merah.

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengeluarkan kartu merah saat membuka acara Mukernas KA-KAMMI di Jakarta, Sabtu (3/2/2018).
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengeluarkan kartu merah saat membuka acara Mukernas KA-KAMMI di Jakarta, Sabtu (3/2/2018). (KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA)

"Kalau saya bukan kartu kuning, saya kasih kartu merah (untuk Jokowi)," kata Amien usai menghadiri diskusi ' Kartu Kuning' dan Gerakam Mahasiswa Zaman Now' yang digelar di Kantor DPP PAN, Jakarta, Rabu (7/2/2018) dikutip dari TribunJakarta.com.

Amien menilai kartu merah tepat diberikan ke Jokowi, apalagi menjelang pemilu presiden 2019.

Ia berharap Jokowi tak melanjutkan kepemimpinannya sampai dua periode.

"Jadi dikeluarkan dari lapangan demokrasi, dicari yang lebih unggul, lebih bagus," kata Amien.

Dibalik polemik kartu kuning atau kartu merah untuk Jokowi,  pemberian kartu itu memang terinspirasi dari peraturan dalam sepakbola.

Baca: Bertemu Jokowi Tanpa Kartu Kuning, Ini Sosok Ardhi Rasy Presma ITB yang Bikin Para Mahasiwi Meleleh

Wasit akan dibekali dua kartu, yakni kartu kuning dan kartu merah yang akan diberikan sewaktu-waktu kepada para pemain bila melakukan pelanggaran.

Kartu kuning artinya memberi peringatan keras kepada pemain yang melakukan pelanggaran cukup keras namun tetap bisa melanjutkan permainan.

Kartu merah artinya memberikan sanksi kepada pemain yang melakukan pelanggaran keras dan langsung dikeluarkan dari permainan.

Berintermezo sedikit, ternyata kartu kuning dan merah ini tidak langsung dikenal begitu sepakbola modern muncul.

Dikutip dari Kompas.com, kartu merah dan kuning baru diperkenalkan pada Piala Dunia 1970.

Namun, inspirasinya muncul pada Piala Dunia 1966, pada perempat final antara tuan rumah Inggris dan Argentina.

Adalah Rudolf Kreitlein, wasit asal Jerman yang memimpin pertandingan saat itu.

Ken Aston
Ken Aston (KenAston.org)

Karena melakukan pelanggaran keras, kapten Argentina, Antonio Rattin, dikeluarkan oleh Kreitlein.

Namun, Rattin tak paham apa maksud wasit asal Jerman itu. Dia pun tak segera meninggalkan lapangan.

Wasit Inggris yang ikut bertugas di pertandingan itu, Ken Aston, kemudian masuk ke lapangan.

Dengan sedikit modal bahasa Spanyol, dia merayu Rattin untuk meninggalkan lapangan.

Pasalnya, wasit yang memimpin pertandingan, Rudolf Kreitlein, memutuskan begitu.

Karena hanya tahu bahasa Jerman dan Inggris, ia kesulitan menjelaskan keputusannya kepada Rattin.

Baca: Mas Kamu Minum Susu Gemesku Ya?, Percakapan Pria dan Wanita Ini Bikin Heboh

Karena kasus ini, Ken Aston kemudian berpikir. Harus ada komunikasi universal yang bisa langsung diketahui semua orang, ketika wasit memberi peringatan kepada pemain atau mengeluarkannya dari lapangan.

Dengan demikian, wasit tak perlu harus membuat penjelasan dengan bahasa yang mungkin tak diketahui pemain.

Suatu hari, dia berhenti di perempatan jalan. Melihat lampu lalu lintas, dia kemudian mendapatkan ide.

Kemudian, dia mengusulkan agar wasit dibekali kartu kuning dan merah. Kartu kuning untuk memberi peringatan keras atau sanksi ringan kepada pemain yang melakukan pelanggaran.

Adapun kartu merah untuk sanksi berat, dan pemain yang melakukan pelanggaran berat itu harus keluar dari lapangan.

Ide itu diterima FIFA. Pada Piala Dunia 1970, kartu kuning dan merah kali pertama digunakan.

Baca: Zaadit Galang Dana Untuk Ke Asmat, Ternyata Kini Jumlahnya Fantastis, Netizen : Kapan Berangkatnya?

Ironisnya, sepanjang Piala Dunia 1970 tak satu pun pemain yang terkena kartu merah. Hanya kartu kuning yang sempat dilayangkan sehingga kartu merah tak bisa "pamer diri" pada Piala Dunia 1970.

Meski ide tersebut datang dari wasit Inggris, negeri itu tak serta merta menerapkannya di kompetisi mereka.

Kartu merah dan kuning baru digunakan di kompetisi sepak bola Inggris pada 1976. Pasalnya, wasit kemudian terlalu mudah mengeluarkan kartu dan diprotes banyak pemain.

Oleh sebab itu, penggunaannya sempat dihentikan pada 1981 dan 1987.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved