Kartu Kuning Zaadit

Saingi Ketenaran Ketua BEM UI, Ini Beda Antara Obed Kresna, Ardhi Ray dan Zaadit Taqwa Di Mata Najwa

Dari hasil diskusi pada acara tersebut, sosok Obed dan Ardhi disebut-sebut langsung menyalip ketenaran Zaadit.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
Instagram
Obed Kresna, Ardhi Rasy dan Zaadit Taqwa 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Tak hanya Ketua BEM (Universitas Indonesia) UI Zaadit Taqwa, Presiden Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Obed Kresna dan Presiden KM (Institut Teknologi Bandung) ITB Ardhi Rasy juga tak kalah tenar.

Keduanya kini ikut jadi perbincangan hangat publik baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Hal itu terjadi ketika keduanya hadir di acara Mata Najwa bersama Zaadit dan presma kampus lainnya.

Di acara tersebut juga hadri dua perwakilan eksekutif, yakni Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia (Dikti) Muhammad Nasir dan Kepala Staff Kepresidenan Moeldoko.

Baca: Begini Reaksi Alumni UI Soal Surat Permintaan Maaf Dari Asisten Dosen Untuk Zaadit

Sedangkan dari pihak legislatif, ada Adian Napitupulu dari fraksi PDI Perjuangan, Desmond Mahesa dari fraksi Gerindra, dan Ahmad Yohan dari PAN.

Dari hasil diskusi pada acara tersebut, sosok Obed dan Ardhi disebut-sebut langsung menyalip ketenaran Zaadit.

Keduanya tak kalah ramai dibicarakan netizen.

Mengapa?

Simak uraiannya berdasarkan rangkuman TribunnewsBogor.com di bawah ini.

Baca: Sempat Tuding Zaadit Dapat Nilai 0, Begini Klarifikasi Asisten Dosennya

1. Saat Orasi

Pada saat orasi, Zaadit maju ke depan panggung dengan penuh percaya diri dan senyumnya yang khas.

Zaadit mengawali orasinya itu dengan melakukan kilas balik tentang peran pemuda dalam Kemerdekaan Republik Indonesia.

"Kemerdekaan tahun 1945 bisa jadi tidak terjadi apabila golongan muda tidak menculik orang-orang tuanya," ujarnya sambil mengacungkan tangan.

Ia lalu menyorot tiga tuntutannya yang sudah berulang kali ia sampaikan di beberapa kesempatan.

"Kartu Kuning ini adalah sebuah peringatan untuk Pak Jokowi bahwa masih yang belum diselesaikan," ujarnya.

"Dan hari ini adalah satu momen untuk kita menunjukan bahwa mahasiswa selalu berada di garis paling depan untuk menyuarakan suara masyarakat, untuk menjadi mitra kritis pemerintah," ujarnya lagi.

Sementara itu, hal berbeda tampak diperlihatkan oleh Obed Kresna.

Baca: Zaadit Taqwa Dapat Surat Terbuka Lagi dari Mahasiswa Di Jepang, Bahasanya Halus Tapi Isinya Menohok

Ia berjalan ke samping Najwa sambil tertunduk lalu kemudian tersenyum dan menyapa penontong dengan 'Rakyat Indonesia'.

Di orasinya itu, ia menyorot soal pendidikan secara utuh, dimana mereka yang memiliki kemampuan finansial yang mampu mengakses pendidikan.

Obed juga menyoroti suasana ruang kelas saat ini yang bukan lagi mengedepankan logika kemanusiaan melainkan logika persaingan.

"Kondisi itulah yang menyebabkan kita muda diadu domba oleh hal-hal yang sebenarnya sepele, hal-hal identitas seperti Suku, Ras, Agama," katanya.

Obed bahkan mengajak para mahasiswa untuk bersatu dalam kebinekaan.

Baca: Video Banjir di Meikarta Bikin Heboh Netizen, Motor Sampai Didorong-Dorong

"Saya mengajak temen-temen dengan semangat kebinekaan, kita tidak boleh lagi terpecah belah hanya karena identitas, hanya karena perbedaan golongan," tutupnya.

Berbeda dengan keduanya, Ardhi menyampaikan orasinya dengan menyoroti hak Zaadit dalam menyampaikan pendapat yang malah berujung bully.

Kemudian ia juga sempat menyindir soal sorotan Zaadit tentang dwifungsi ABRI.

Ia pun menutup orasinya dengan mengucapkan merdeka sebanyak tiga kali.

2. Saat Disindir Belum Pernah ke Asmat

Saat disindir belum pernah ke Asmat, Zaadit menjawabnya dengan tersenyum.

Baca: TERPOPULER - Sosok Presma Obed dan Ardhi Saingi Pamor Zaadit, Ini Fakta Menariknya

Ia mengatakan kalau dirinya membaca apa yang ada di pemberitaan media, dan itu dirasa cukup untuk menggambarkan kondisi sebenarnya yang ada di sana.

Sementara itu, Obed menanggapinya dengan mengatakan kalau mahasiwa memiliki basis ilmu komunikasi masing-masing.

Ia justru meminta bahwa kritik yang disampaikan jangan dilihat dari identitasnya.

"Apa yang diakui pemerintah juga harus diapresiasi oleh mahasiswa, tapi jangan sampai melihat bahwa kritik yang kita sampaikan itu tidak berdasar meski kita memang belum pernah kesana," katanya.

"Kita semua melakukan kritik itu berbasis ilmu pengetahuan kita masing-masing, mohon kritik itu tidak dilihat dari identitasnya, siapa yang mengatakannya, tapi dari keberpihakannya, dari bagaimana cara kita mengkritik, metode apa yang digunakan," tambahnya.

Sementara Ardhi, dirinya menjawab kalau mahasiswa juga kerap kali terjun langsung ke lokasi untuk mengawal suatu isu.

Ia mencontohkan saat dirinya datang langsung ke lokasi kereta cepat beberapa waktu lalu.

Baca: Begini Reaksi Alumni UI Soal Surat Permintaan Maaf Dari Asisten Dosen Untuk Zaadit

3. Closing Statement

Najwa saat itu memberikan pertanyaan seputar peran mahasiswa di masyarakat yang juga menjadi closing statement/ penutup di acara Mata Najwa.

Pertanyaan ini Najwa tunjukkan pada kelima wakil mahasiswa yang hadir di sana.

"Bagaimana memastikan menjaga idealisme, independensi, kemurnian, tidak ditunggangi oleh pihak manapun untuk kepentingan politik praktis?" tanya Najwa.

"Apa peran yang bisa dijalankan saat ini?" imbuhnya.

Zaadit mendapatkan kesempatan pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Baca: Sempat Tuding Zaadit Dapat Nilai 0, Begini Klarifikasi Asisten Dosennya

Pria yang mengenakan jas almamater kuning itu mengatakan bahwa mahasiswa harus selalu ada di garis terdepan guna menyambungkan lidah masyarakat.

"Kemudian dikemas dengan cara-cara intelektual dan disampaikan secara langsung kepada pemerintah," ungkap Zaadit di depan para penonton Mata Najwa.

Dia juga menambahkan, hal tersebut dilakukan agar pemerintah dapat mendengarkan suara masyarakat dan menindaklanjutinya ke dalam sebuah solusi.

Jawaban berbeda justru dilontarkan oleh Obed Kresna.

Di awal, dia menegaskan bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami perpecahan.

"Orang yang seringkali mengkritik pemerintah dianggap anti pemerintah dan orang yang mendukung pemerintah dikatakan sebagai pro pemerintah," ungkap Obed.

Baca: Ditanya Tanggapan This Is My War SBY, Setya Novanto : Hehehe . . .

Setelah itu, dia menjelaskan bahwa peran mahasiswa di sini adalah sebagai aktor penengah/ perantara.

"Mahasiswa harus menjadi intermediary actor (aktor perantara -red), di mana dia bisa menjadi jembatan bagi keduanya," jelasnya.

Obed pun kemudian menjelaskan alasan seorang mahasiswa bisa menjadi aktor perantara antar dua kelompok yang disebutkan tadi.

"Yaitu rasa kemanusiaan yang dibangun melalui hasil belajar kami hidup bersama masyarakat, ngobrol di angkringan, burjo, dan sebagainya," terang Obed.

Di akhir, Obed menjelaskan sekali lagi bahwa beberapa langkah yang dia sebutkan tadi merupakan cara belajar untuk 'menghirup bau' masyarakat.

Setali tiga uang, Ardhi setuju dengan apa yang diungkapkan oleh Obed.

Ardhi meminta pemerintah tidak menganggap bahwa kritik yang disampaikan merupakan sebuah sikap kontra pada pemerintah.

Ia juga mengatakan kalau kritik yang disampaikan oleh para mahasiswa ini bukan hanya sebuah peringatan namun mereka meminta bertemu dengan pemerintah.

Baca: Hari Ini ! Indonesia Lawan India dan Jepang di Perempat Final BATC 2018

Mendekati puncak acara, Zaadit mencoba untuk mengutarakan unek-uneknya.

"Yang saat ini kami sampaikan itu hanyalah puncak-puncak dari gunung es permasalahan di Indonesia," katanya.

Belum selesai bicara, Zaadit sudah dipotong oleh Najwa Shihab karena durasi acara sudah hampir selesai.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved