Cap Go Meh 2018
Tradisi Sayat Lidah Untuk Tolak Bala, Tulisan Dari Tinta Darah Dipercaya Punya Banyak 'Khasiat'
Sebelum melakukan sayat lidah, peserta atau yang disebut dengan nama Tangsin, akan melakukan puasa terlebih dahulu.
Penulis: Aris Prasetyo Febri | Editor: Yudhi Maulana Aditama
"Karena dimasuki oleh roh leluhur, maka Tangsin akan menulis menggunakan bahasa dewa," kata Arifin.
Oleh karena itu, umat Tionghoa percaya tulisan yang digoreskan leluhur melalui tangsin dapat menolak bala.
Arifin menceritakan kadang ada orang yang meminta kesembuhan atas penyakitnya, maka kertas kuning dengan darah itu dibakar kemudian diseduh dan diminum oleh orang yang sakit.
Supaya rumahnya aman dan nyaman, Arifin menuturkan ada yang menaruh kertas itu di atas rumah.
Bahkan dari cerita Arifin, ada yang minta kertas kuning itu untuk disimpan di dalam kantongnya sebagai pegangan untuk jaga diri dari hal-hal yang jelek.
"Kembali kepada keyakinan masing-masing, sebernya lebih kepada supaya percaya diri kali ya," ungkap Arifin.
Dari pantauan TribunnewsBogor.com, banyak masyarakat yang datang untuk menyaksikan secara langsung adegan sayat lidah oleh Tangsin.
Bahkan agar sampai di bagian depan, pengunjung harus berdesakan dengan yang lain.
Pihak panitia penyelenggara melarang anak usia dibawah sepuluh tahun untuk menyaksikan hal tersebut.
Ketika Tangsin berdoa, seseorang dibelakangnya membakar kertas doa dan memutar-mutarkannya di dekat punggung dan kepala Tangsin.
Tak berapa lama Tangsin mulai kemasukan roh halus dan bergerak seperti menari.
Di atas meja tersedia berbagai peralatan seperti pisau, kertas kuning, kuas, mangkuk, dupa, dan sesaji.
Terlihat dua Tangsin menggunakan sebilah pedang untuk menyayat lidahnya.
"Ya ampun itu darahnya keluar, serem banget, ga sakit apa ya," ujar Rina salah satu penonton tradisi sayat lidah.