Ungkap Kebocoran Data Pengguna Facebook, Inilah Sosok Wylie, Programmer Jenius Yang Sempat Idap ADHD
Christopher Wylie (28), atau akrab disapa Wylie, mendadak ramai diperbincangkan di media massa.
Penulis: khairunnisa | Editor: khairunnisa
Cambridge Analytica menawarkan layanan untuk bisnis dan partai politik dan mengklaim dapat menggabungkan analisis prediktif, ilmu perilaku, dan teknologi periklanan berbasis data.
Hal itu dilakukan untuk melengkapi klien mereka dengan data dan wawasan yang diperlukan untuk mendorong kampanye.
Perusahaan itu kemudian menjadi tokoh kunci operasi digital selama kampanye pemilihan Presiden AS Donald Trump pada tahun 2016.
Menurut Guardian, Cambridge Analytica mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk platform media sosial seperti Facebook, dan pollingnya sendiri.
Ini memiliki kantor di New York, Washington DC, London, Brasil dan Malaysia.
Steve Bannon, yang berada di dewan Cambridge Analytica dari 2014 hingga 2016, memimpin fase terakhir kampanye pemilihan Trump dan kemudian menjabat sebagai kepala strategi di Gedung Putih.
Baca: Disebut-sebut Seorang Transgender, Teman Lucinta Luna Beberkan Fakta Lain : Pernah Pinjam Pembalut ?
Wylie mengatakan kepada Guardian bahwa Bannon yang saat itu ketua eksekutif jaringan berita "kanan-atas" Breitbart adalah bosnya.
Dalam sebuah wawancara dengan Washington Post pada hari Selasa (20/03/2018), Wylie, yang jabatannya saat itu adalah direktur penelitian Cambridge Analytica, mengatakan Bannon terlibat dalam strategi perusahaan.
Ia juga menyetujui pengeluaran hampir US $ 1 juta untuk memperoleh data, termasuk Facebook profil, kembali pada tahun 2014.
Cambridge Analytica secara diam-diam memperoleh data dari 50 juta pengguna Facebook.
Data itu ternyata dikumpulkan melalui aplikasi Facebook tes kepribadian yang dirancang oleh akademisi Universitas Cambridge yang disebut Aleksandr Kogan, dengan bantuan Wylie.
Dilansir KompasTekno dari CNBC, akun Facebook Wylie di-suspend atas kejadian ini.
Ia mengklaim jika akun WhatsApp dan Instagram, yang juga berada di bawah Facebook, ikut ditangguhkan meskipun perwakilan WhatsApp sempat membantah hal ini.
Wylie menjelaskan konsekuensi membeberkan informasi pribadi di media sosial.
"Di media sosial, Anda mengurasi diri Anda sendiri, Anda menaruh banyak informasi tentang siapa diri Anda di satu tempat, yang dapat ditangkap dengan mudah lalu dijalankan melalui algoritma yang akan mempelajari siapa diri Anda," ujarnya.
Wylie mengaku menyesal terjerumus dalam skandal ini.
"Saya menyesal. Perkara itu jelas tidak etis karena Anda memainkan psikologi semua negara bagian di AS tanpa mereka tahu dan mengerti," aku pria asal Kanada ini.
Baca: Ungkap Perselingkuhannya Dengan Donald Trump, Mantan Model Playboy Ucapkan Ini Pada Melania