Ramai Ikan Makarel Kalengan Mengandung Cacing, FPIK IPB Keluarkan C-Policy Brief

Dari hasil penelitian BPOM, diduga parasit cacing ditemukan menurut literatur cacing jenis Anisakis simplex lebih sering ditemukan pada makarel

Editor: Yudhi Maulana Aditama
Net
Ikan Makarel 

Larva L3 akan masuk ke saluran pencernaan dan akan mengalami beberapa kali molting dan berkembang menjadi L4 dan menjadi cacing dewasa, yang selanjutnya akan menghasilkan telur (pada mamalia air selanjutnya dikeluarkan bersamaan dg fesesnya). 

A. simplex dapat berpotensi menyebabkan anisakiasis bila masuk pada tubuh inang akhir, baik cacing dewasa hidup maupun larvanya dan berpotensi menyebabkan toksisitas bila cacing tersebut telah mati. 

4. Dalam konteks industri pengolahan hasil perikanan dan  berdasarkan uraian di atas maka, cacing A. simplex diduga berasal dari bahan baku ikan yang tidak berasal dari perairan tropis.  Audit kualitas impor ikan menjadi sangat penting dalam kerangka industri pengolahan ikan di tanah air.  

5. Dalam perspekif pengolahan hasil perikanan, penerapan standar tinggi dengan suhu di atas 70 C maka A. simplex akan mati.

Selain itu, dengan menggunakan azas precautionary approach maka peningkatan standar penanganan bahan baku ikan menjadi sangat penting khususnya dari titik suplai penangkapan ikan ke inlet pengolahannya.

Dengan penerapan sterilisasi komersial yang menggunakan suhu dan tekanan tinggi serta waktu yang lama, seperti yang diterapkan pada proses pengalegan ikan, maka cacing ini pasti mati

Penerapan HACCP from sea to table yang sudah menjadi standar internasional perlu terus ditingkatkan pelaksanaannya baik untuk produk pengolahan hasil perikanan domestik dan eksport.

Hal ini untuk mengantisipasi adanya allergen dari cacing tersebut di mana beberapa studi menunjukkan kemungkinan terjadinya true anaphylactic reaction. 

6. Perlu dicek kembali mekanisme integrasi hulu-hilir terkait dengan kebutuhan industri pengolahan ikan sehingga dapat dijamin pasokan bahan baku ikan yang berkualitas dari perairan Indonesia untuk industri pengolahan ikan nasional.     

7. Kasus ini berpotensi memberikan dampak sosial dan ekonomi yang cukup signifkan. Oleh karena itu dampak ini perlu segera dibuat mekanisme mitigasi kebijakan cepatnya (intermediate policy mitigation) sehingga tidak membuat runtuhnya industri perikanan nasional mapupun turunnya preferensi konsumen terhadap ikan menjadi.  Koridor keamanan pangan tetap terjaga dan konsumsi ikan tetap dapat ditingkatkan. 

8. Kebijakan mitigasi cepat mencakup perlunya kerjasama hulu-hilir sebagai usaha pengetatan persyaratan penanganan ikan sesuai standar mutu kemananan pangan ikani (food safety) yang diimpor untuk mengurangi potensi masih terdapatnya cacing A simplex yang masih hidup atau berkembangnya larva cacing untuk bahan baku industri ikan kaleng atau pengolahan lainnya.  Hal ini dapat dilakukan melalui  pengecekan ikan impor harus diperketat sebelum didistribusikan. Selain itu juga perlu dimasukkannya bebas cacing dalam SNI untuk seluruh komoditas hasil perikanan termasuk Ikan Kaleng sehingga dapat digunakan sebagai rujukan bagi industri. 

9. Perlu segera dilakukan  sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait dengan dampak infeksi A simplex secara bijaksana agar tidak meresahkan dan mengurangi minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan.

Hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi ketergantungan impor kebutuhan bahan baku industri pengolahan (kaleng, pindang), dan perlu penelitian lanjutan kemungkinan berkembangnya A simplex pada perairan tropis.

10. Perikanan seharusnya mampu menjadi salah satu lokomotif ekonomi Indonesia,  negara yang  secara alamiah dikaruniai luas perairan yang besar termasuk sumberdaya ikan di dalamnya. 

Dalam perspektif ini maka konektivitas perikanan dari mulai resources owners, resources producers, resources processors dan resources consumers mestinya menjadi pilar yang harus diatur dan dikelola sehingga sektor perikanan tetap menjadi pilar bagi pertumbuhan ekonomi bangsa saat ini dan masa depan dalam koridor Perikanan Berkelanjutan.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved