Pilpres 2019
Bakal Negosiasi Dengan Parpol, Gatot Nurmantyo: 'Saya Siap Menjadi Presiden'
Menurutnya, salah satu bentuk pengabdiannya adalah maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2019.
Penulis: Damanhuri | Editor: Damanhuri
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Nama mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo kerap kali disebut-sebut sebagai salah satu kandidat kuat jika maju dalam pemilihan presiden (Pilpres) ditahun 2019 mendatang.
Barisan relawan pendukung Gatot Nurmantyo menjadi calon presiden pun terus bermunculan.
Meski sudah pernsiun dari dinas Kemiliteran, namun hal itu tak membuat namanya dilupakan oleh rakyat.
Sejumlah masyarakat pun masih menyimpan tanda-tanya terkait kabar bakal majunya Gatot di Pilpres tahun depan.
Sebab, belum terdengar pernyataan resmi dari Gatot soal dirinya bakal maju di Pilpres 2019.
Namun, kali ini Gatot Nurmantyo memberikan pernyataannya terkait kesiapannya untuk maju dalam Pilpres 2019.
TribunnewsBogor.com melansir Kompas.com, setelah pensiun dari dinas kemiliteran, dirinya masih tetap akan mengabdikan diri kepada bangsa dan negara.
Baca: Bu Guru dan Perjaka Pingsan di Dalam Mobil dan Mulutnya Berbusa, Warga Panik Lihat Ini di Bajunya
Menurutnya, salah satu bentuk pengabdiannya adalah maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2019.
"Pengabdian itu bisa menjadi presiden sampai menjadi warga negara biasa. Itu pengabdian," ujar Gatot saat menjadi narasumber acara Satu Meja Kompas TV bertajuk "Jalan Politik Sang Jenderal", Senin (23/4/2018) malam.

Gatot menegaskan, sebagai seorang prajurit TNI, saat ini dirinya memang telah pensiun secara administrasi.
Namun, sebagai prajurit, ia menegaskan harus siap jiwa dan raga untuk mengabdi kapan pun dibutuhkan.
"Saya katakan apabila republik ini memanggil dan rakyat menghendaki, saya siap menjadi presiden," kata Gatot.
"Tetapi, ada sambungannya karena sebagai seorang prajurit saya pensiun secara administrasi, tetapi sebagai prajurit sampai kapan pun jiwa raga saya siap mengabdi. Saya katakan itu pengabdian saya tidak akan surut. Mulai dari presiden sampai warga negara pengabdian saya itu," ucapnya.
Baca: Tangisan Lirih Istri Wakapolres Labuhanbatu Saat Lihat Jasad Suaminya Untuk Yang Terakhir Kali
Belum adanya kendaraan politik untuk membawa Gagot menuju kursi panas Pilpres 2019 menjadi kendala tersediri.
Gatot mengaku hingga saat ini belum ada partai politik yang menyatakan akan mendukung atau mengusungnya maju di pilpres 2019.
"Kendaraan (parpol) belum ada, masih santai-santai saja, yang menentukan presiden itu nanti Allah SWT," katanya.

Meski demikian, jika pun ada parpol yang mengusungnya maju di Pilpres 2019, ia tidak akan langsung menerima begitu saja tawaran dari parpol.
"Saya belum punya partai pengusung, apabila ada partai yang mau mengusung saya tidak langsung mau. Kita negosiasi," ujar Gatot saat menjadi narasumber acara Satu Meja Kompas TV bertajuk 'Jalan Politik Sang Jenderal', Senin (23/4/2018) malam.
Gatot melanjutkan, negosiasi yang dilakukan berupa penentuan kabinet dengan partai pendukung.
"Negosiasi bahwa penentuan kabinet dilakukan sejak sekarang dengan partai koalisi. Dengan perjanjian ada kabinet-kabinet cadangan, kabinet 1, 2, 3 dari partai masing-masing," ucapnya.
Baca: Masuk Rumah Sakit Jiwa Setelah Tembak Mati Adik Ipar, Begini Kondisi Kompol Fahrizal Sekarang
Menurut Gatot, negosiasi tersebut harus dilakukan agar pemerintahan bisa berjalan secara efektif dan efisien jika dirinya terpilih sebagai presiden.
Ia mencontohkan perbedaan antara pemerintahan Presiden Joko Widodo dan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Gatot menilai saat ini terlalu banyak campur tangan partai politik sehingga berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi roda penerintahan.
Hal berbeda terjadi saat pemerintahan dipegang oleh Presiden SBY.
Gatot mengatakan, sebagai pimpinan tertinggi partai pemenang membuat SBY mampu menerapkan secara benar sistem kabinet presidensiil.
"Sekarang ini saya melihat bahwa terlalu banyak campur tangan partai sehingga garis komando ini kadang-kadang tidak efisien," tandasnya