Mako Brimob Rusuh
Anggota DPR Minta Pemerintah Lacak Jaringan Teroris di Media Sosial, 'Batasi Ruang Gerak Mereka'
"Pemerintah harus melacak dan memonitor jaringan komunikasi para pelaku teror, baik di media sosial maupun jaringan komunikasi lainnya,"
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Anggota Komisi I DPR Charles Honoris meminta pemerintah melacak jaringan komunikasi para teroris.
Hal ini disampaikan Charles menanggapi rusuh yang terjadi di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
Saat kerusuhan tersebut, salah satu napi melakukan siaran langsung lewat media sosial.
Rekaman siaran langsung itu pun kini sudah tersebar luas di dunia maya.
Baca: Baru Tiba Dari Yordania, Kapolri Bersama Rombongan Datangi Mako Brimob
Baca: Marah Gara-gara Makanan, Begini Kondisi Abu Afif Napi Teroris Pemicu Kerusuhan di Mako Brimob
"Komunikasi live broadcast di media sosial yang sempat dilakukan para napiter dari dalam Mako Brimob adalah upaya menghidupkan sel tidur dan mendorong pelaku teror lainnya untuk ikut bersama-sama melawan negara," kata Charles kepada Kompas.com, Kamis (10/5/2018).
"Oleh karenanya, pemerintah harus melacak dan memonitor jaringan komunikasi para pelaku teror, baik di media sosial maupun jaringan komunikasi lainnya," tambah dia.
Untuk mencegah kemungkinan serangan susulan oleh kelompok pelaku teror, Charles mengusulkan agar pengamanan instalasi strategis negara, termasuk kantor-kantor kepolisian ditambah.
Baca: Begini Suasana Haru Iptu Sulastri, Korban Sandera Teroris, Rayakan Ulang Tahun di Rumah Sakit
Baca: Selain Roy Kiyoshi 4 Seleb Cantik Ini Punya Indera Keenam, Nomor 4 Kisahnya Dibuat Film Horor
Ia juga menilai, akan lebih baik jika napi kasus terorisme sebaiknya ditempatkan di lapas dengan keamanan maksimum, seperti Lapas Batu dan Nusakambangan.
"Ini untuk membatasi ruang gerak dan ruang komunikasi mereka," ujarnya.
Charles mengapresiasi Polri yang sudah melakukan proses penegakan hukum dengan benar dan intensif dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama.
Ia juga mengaku salut dengan tim negosiator yang sudah berhasil melepaskan sandera Bripda Iwan Sarjana tanpa ada satu pun senjata yang menyalak.
Dalam situasi penyanderaan, kata dia, proses negosiasi dan keselamatan nyawa sandera memang harus dikedepankan.
"Terlepas dari keberhasilan itu, perbaikan terhadap pemasyarakatan napi terorisme harus segera dilakukan agar insiden serupa tidak terjadi lagi," ucap Charles.
Baca: Berawal Cinta Lokasi, Ini Dia Potret Istri Rhoma Irama, Sudah 34 Tahun Temani Si Raja Dangdut
Baca: Dibunuh Secara Sadis Oleh Napi Teroris, Kain Kafan Pembungkus Polisi Tidak Boleh Dibuka
Kerusuhan terjadi di Rutan cabang Salemba, Mako Brimob, Kepala Dua, Depok, sejak Selasa (8/5/2018) malam.
Meski sempat ada perlawanan, sebanyak 155 tahanan di rutan cabang Salemba yang ada dalam Mako Brimob akhirnya menyerahkan diri pada Kamis pagi.
Mereka langsung dipindahkan ke Lapas Pasir Putih, Nusakambangan.
Lima polisi yang disandera gugur dan seorang napi teroris tewas atas insiden ini.
Namun, seorang sandera terakhir yakni Bripka Iwan Sarjana bisa dibebaskan dalam kondisi selamat pada Kamis dini hari.
Iwan mengalami luka-luka dan langsung dirawat di RS Polri Kramat Jati.