Bom Surabaya dan Sidoarjo Libatkan Anak, Ini Panduan Kemendikbud Ajarkan Anak Bahaya Terorisme
Apalagi, ketiga kejadian bom yang terjadi di Sidoarjo dan Surabaya ini melibatkan anak-anak untuk ikut serta.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Indonesia sedang dihebohkan dengan pemberitaan teror bom yang terjadi.
Teror bom tak sekali terjadi di Indonesia.
Ada beberapa insiden teror bom yang sudah terjadi seperti bom Bali, bom JW Marriott, bom Kedubes Australia, Jakarta, dan beberapa lainnya.
Baca: Firman Halim, Anak Dita Supriyanto Bomber Gereja Surabaya Di Mata Guru dan Teman Dia Hanya Korban
Baru-baru ini, teror bom terjadi di Kota Surabaya, menyerang tiga gereja pada Minggu (13/5/2018) pagi.
Tiga gereja tersebut antara lain Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan GPPS Arjuno.
Aksi teror tersebut menelan sejumlah korban meninggal dan luka-luka.
Malam harinya, bom kembali meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, pukul 20.30 WIB.
Belum reda kesedihan warga Surabaya karena teror bom yang datang dalam waktu yang bersamaan, kini muncul teror baru.
Kali ini sebuah bom meledak di Mapolrestabes Surabaya.
Baca: Ngubek Kampung, Bima Arya Panen Singkong dan Perah Susu Sapi
Ramainya pembicaraan tentang teror bom tak luput dari perhatian anak-anak.
Apalagi, ketiga kejadian bom yang terjadi di Sidoarjo dan Surabaya ini melibatkan anak-anak untuk ikut serta.
Peran guru dan orangtua sangatlah penting untuk memberikan arahan sikap kepada anak-anak.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia memberikan panduan kepada para guru untuk memberikan penjelasan kepada para siswa, lewat akun Instagram resmi.
Dirangkum dari posting-annya, berikut beberapa tips panduan menjelaskan tentang kejahatan terorisme pada anak.
Baca: Perahu Terbalik, Seorang Pemancing Dikabarkan Hilang Dilaut
1. Waktu bicara
Guru menjadi tempat siswa untuk mencari informasi dan pemahaman tentang apa yang terjadi.
Maka sediakan waktu bicara kepada para siswa tentang kejahatan terorisme.
2. Jangan bertele-tele
Saat memberikan penjelasan kepada para siswa, bahas secara singkat apa yang terjadi.
Jelaskan fakta-fakta yang sudah terverifikasi dan jangan menjelaskan tentang rumor, isu, dan spekulasi.
Baca: Ngubek Kampung, Bima Arya Panen Singkong dan Perah Susu Sapi
3. Berikan siswa untuk berekspresi
Usai memberikan penjelasan, alangkah lebih baiknya untuk memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan perasaannya tentang tragedi atau kejahatan yang terjadi.
Nyatakan dalam kelas rasa duka cita terhadap para korban dan keluarganya.
4. Arahkan kemarahan pada sasaran yang tepat
Arahkan rasa kemarahan pada sasaran yang tepat, yaitu pada pelaku kejahatan.
Bukan pada identitas golongan tertentu yang didasarkan pada prasangka.
Baca: Cak Imin Sebut Aksi Bom Bunuh Diri di Surabaya Bentuk Penghinaan Kepada NU
5. Kembali ke rutinitas normal
Terorisme akan sukses apabila mereka berhasil mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan kehidupan kebangsaan.
Maka ajaklah siswa untuk kembali pada rutinitas normal.
6. Ajak siswa berpikir positif
Ajaklah siswa untuk berpikiran positif.
Ingatkan bahwa negara kita telah melewati banyak tragedi dan masalah dengan tegar, gotong royong, semangat persatuan, dan saling menjaga.
Baca: Agar Orangtua Tenang, Masa Libur Anak Sekolah di Surabaya Akan Diperpanjang
7. Diskusi dan apresiasi kerja polisi
Ajak siswa berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, TNI, dan petugas kesehatan, yang melindungi, melayani, dan membantu di masa tragedi.
Diskusikanlah lebih banyak tentang sisi kesigapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror.
Baca: Kejar Target Peremajaan Kelapa Sawit, PT RPN Sebut Masih Ada Kendala di Level Administratif
Selain panduan di atas, Kemendikbud juga memberikan himbauan kepada masyarakat luas, agar:
1. Tidak membagikan foto-foto atau video kerusakan dan korban
Foto dan video yang mengerikan adalah salah satu wujud teror dan provokasi.
Menyebarkan foto dan video seperti itu merupakan tujuan dari teroris.
Kita tidak mau menjadi alat dari tujuan teroris.
2. Tidak membagikan informasi/kabar yang tidak jelas sumbernya
Bisa jadi yang kita sebar adalah hoax dan merupakan strategi memperbesar dampak teror melalui media sosial.
