Krishna Murti: Wanita Bercadar dan Pria Bercelana Di Atas Mata Kaki Bukan Berarti Teroris
"Jangan label orang karena penampilan. Dan jangan juga menyembunyikan kejahatan dengan penampilan..," tulisnya.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
mira_mumtaza: Setuju bgt pak!
taufiq_hidayat_ab: Hormat kami pak,. Setuju dengan Bapak,. Terorisme bukan ajaran islam,.
ithanhdiarsa: Salut pak dengan postingannya. Penyejuk suasana seperti saat sekarang. Terimakasih pak @krishnamurti_91 . Barakallah.
dicky_mulyadi: Statement paling cerdas, berimbang dan Adil dari seorang polisi... hormar saya untuk bapak @krishnamurti_91
Pelaku Bom Bunuh Diri Satu Keluarga
Pelaku Bom Bunuh Diri Ternyata Satu Keluarga
Polisi akhirnya dengan cepat bisa mengetahui dan mengungkap pelaku serangan bom di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Serangan bom ke gereja di Surabaya tersebut ternuata dilakan oleh satu keluarga.
Hal itu disampaikan langsung ole Kapolri Jenderal Pol Tito Karnivian.
Menurut Tito, ledakan bom di Surabaya dilakukan satu keluarga, yakni keluarga Dita Supriyanto yang berasal dari Rungkut, Kota Surabaya.
"Alhamulliah, identifiksi sudah diketahui. Pelaku satu keluarga yang melakukan serangan ke tiga gereja," ujarnya, saat mendampingi Presiden Joko Widodo di RS Bhayangkara Polda Jatim, Minggu (13/5/2018) petang.
Baca: Jenazah Gogon Diterbangkan ke Solo untuk Dimakamkan di Kampung Halamannya Siang Ini
Tito menuturkan, Dita menyerang Gereja GPPS Jalan Arjuno.
Dia naik mobil Avanza dan menabrakan ke gereja dan langsung terjadi ledakan bom di dalam mobil.
"Ledakan di gereja jalan Arjuno yang paling besar," jelas Tito.
Selanjutnya, istrinya Puji Kuswati dan dua anaknya meledakkan bom di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jl Diponegoro.
Baca: Update Data Korban Bom di Surabaya dan Sidoarjo, 25 Tewas dan 57 Luka
Dia datang ke gereja dengan jalan kaki bersama dua anak perempuannya, yakni Fadilah Sari (12) dan Pemela Riskika (9).
Puji bersama dua anak perempuan masuk ke gereja dengan membawa bom bunuh diri. Bom ditaruh di pinggang.
"Cirinya sangat khas, korban rusak perutnya saja. Ibu meninggal, tapi juga ada korban masyarakat," beber Tito.
(TribunnewsBogor.com/Vivi Febrianti)