Halau Pelaku Bom, Bocah Kelas 2 SMP Ini Jadi Juru Parkir di Gereja Gantikan Mendiang Kakeknya
Sang nenek, Sumijah, menceritakan kalau Daniel melakukan pekerjaan itu karena melanjutkan tugas kakeknya semasa hidup dulu.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Tragedi bom bunuh diri yang terjadi di beberapa tempat belakangan ini jadi perhatian publik.
Sebab, kejadian ini melibatkan wanita dan anak-anak yang turut jadi korban.
Bukan saja anak-anak yang dililit pipa peledak, tapi juga anak-anak yang mencoba menghalangi pelaku namun ikut jadi korban.
Satu di antaranya yakni Daniel Agung Putra Kusuma, siswa kelas 2 SMP yang kini masih berusia 15 tahun.
Remaja yang lahir pada tanggal 31 Desember 2003 itu melakukan aksi heroik di Gereja Pante Kosta, Jalan Arjuna Suroboyo.
Baca: Ibunya Jadi Korban Bom Gereja Surabaya, Kurnianto: Kami Sudah Memaafkan Pelaku . . .
Baca: Bersikap Aneh Saat Belanja, Ternyata Istri Terduga Teroris Juga Diancam Cerai Jika Tak Pakai Ini
Daniel sendiri dikabarkan sebagai seorang Pelajar SMP yang bekerja sebagai juru parkir ketika ada kegiatan di gereja tersebut.
Sang nenek, Sumijah, menceritakan kalau Daniel melakukan pekerjaan itu karena melanjutkan tugas kakeknya semasa hidup dulu.
Pagi itu, Daniel seperti biasa sedang menjadi juru parkir gereja untuk menjaga kendaraan jemaah yang datang untuk beribadah.

"Iya setiap Minggu pagi, terus kakeknya kan dipanggil Tuhan, jadi dia yang jaga, menggantikan kakeknya," kata sang nenek.
Sumijah juga menceritakan, kalau dirinya sedang tidak ada di Surabaya saat kejadian berlangsung.
Tapi sang ayah, Budi, saat itu sedang berada di lokasi yang sama dengan Daniel, yakni di Gereja Pante Kosta, namun posisinya di belakang gereja, sementara Daniel di depan gerbang gereja.
Baca: Baru Dilamar Kekasih, Martha Tewas Saat Sibuk Tolong Korban Ledakan Pertama Di Gereja Surabaya
Baca: Terpopuler - Foto Wajah Terduga Teroris yang Serang Mapolda Riau Hingga Tubuh Tergeletak
"Daniel posisinya menghalau mobil yang bawa bom itu, mobilnya kan nabrak pagar gereja kencang sekali, akhirnya kena anakku sama temannya itu, lalu terdengar suara ledakan, kami cari-cari Daniel tapi tidak ketemu," cerita ayahnya.
Ia juga mengaku melihat ambulans datang untuk mengevakuasi korban, namun ia tak tahu di mana posisi anaknya, dan mobil mana yang membawa anaknya itu.
Bahkan, dirinya terus mencari sang anak sampai dua hari, namun tak juga menemukan hasilnya.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk ke RS Bhayangkara, lalu beberapa waktu setelahnya diminta membawa foto dan dicek DNA.
"Katanya ada DNA yang cocok dengan saya, akhirnya saya ke sana menunggu anak saya sampai malam," katanya.
Ia juga masih mengingat detik-detik saat ledakan keras itu terdengar di depan gereja, dan langsung berlarian melihat kondisi banyak korban berjatuhan.

Baca: Ibunda Menangis di Ruang Jenazah, Begini Detik-Detik Evan dan Nathan Terkena Bom Bunuh Diri
Baca: Tunggu Revisi Undang-undang Anti Terorisme, Koopsusgab TNI Bakal Kembali Diaktifkan
"Kita langsung lari ke depan, nolongin Pak Gery yang luka-luka itu Pak satpamnya, ada ibu-ibu, semua telanjang bulat semua kan kencang sekali, kita tolong semua itu kasian," jelas Budi.
Dalam kondisi seperti itu, ia langsung terfokus pada anaknya, dan langsung mencari tapi tak kunjung ketemu.
Ia hanya mendengar kabar kalau anaknya ternyata tewas di tempat dengan kondisi mengenaskan.
Tak hanya itu, rupanya, Daniel juga merupakan anak piatu yang ditinggal ibundanya saat masih usia 2 tahun.
Sumijah juga menceritakan keseharian Daniel merupakan anak yang baik, taat, penurut, jadi teladan di sekolah dan gereja.
"Nggak pernah bikin ulah, nggak pernah macem-macem, anak penurut, bisa gaul dengan siapa saja," ujarnya sambil terisak.
Tak lama kemudian terdengar suara isak tangis dari dalam kamar, rupanya itu adala Novi, kakak Daniel yang tampak sangat terpukul dengan kepergian adiknya.
Baca: Terduga Teroris Kembali Ditangkap Densus 88 di Malang
Baca: Dibalik Kode 86 Yang Akrab Didengar, Ternyata Artinya Beda Banget Lho !
Kemudian Sumijah menghampirinya untuk memberikan kekuatan.
"Novi kan sayang adek, harus kuat, kalau Novi kuat Eyang Uti kuat, kalau Novi ndak kuat gimana, siapa yang nemani Uti? Uti temannya tinggal Uti," ujarnya lalu memeluk sang cucu.
"Tuhan itu sangat mengasihi kita dan Daniel, Daniel jadi pahlawan, menyelamatkan orang banyak. Apapun yang terjadi kita harus kuat, minta Tuhan kuatkan, semua itu kehendaknya, kita tidak bisa berbuat apa-apa, Tuhan itu selalu baik," ujarnya sambil menangis bersama sang cucu.
Tak hanya Sumijan dan Novi, Najwa juga bahkan tampak meneteskan air mata melihat kesedihan tersebut.
Tonton videonya di sini :