20 Tahun Reformasi
Kisah Soeharto Ditolak 14 Menteri Untuk Bentuk Kabinet Reformasi Sehari Sebelum Lengser
Mereka bahkan secara implisit meminta Soeharto untuk mundur. Rencana Soeharto untuk membuat Kabinet Reformasi pun pupus.
Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie memiliki kisah sendiri mengenai penolakan 14 menteri itu.
Kisah itu ditulisnya dalam buku Detik-detik yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006) Pada sore itu, dia mendapat laporan mengenai rencana penolakan 14 menteri untuk masuk Kabinet Reformasi dari Ginandjar Kartasasmita.
Respons Habibie saat itu, "Apakah Anda sudah bicarakan dengan Bapak Presiden?"
Ketika itu Ginandjar mengaku belum membicarakannya dengan Soeharto.
Namun, mereka sudah melaporkannya secara tertulis dan menyerahkannya kepada Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut, anak sulung Soeharto yang juga menjabat Menteri Sosial.
Baca: Innalillahi, Menantu Hatta Rajasa Meninggal Dunia, Postingan Terakhirnya Soal Pilihan Hidup
Kepada Habibie, Ginandjar mengatakan bahwa 14 menteri ini hanya tidak mau bergabung Komite Reformasi atau Kabinet Reformasi hasil reshuffle.
Namun, mereka masih melaksanakan tugas sebagai menteri hingga Kabinet Pembangunan VII dibubarkan.
Setelah mendengar laporan Ginandjar, sebuah kabar mengejutkan kemudian didengar Habibie.
Sekitar pukul 17.45 WIB, dia mendapat telepon dari Menkeu Fuad Bawazier.
Baca: Video Detik-detik Anggota Polres Gowa Ditabrak Oknum TNI, Bertahan Di Kaca Depan Mobil
Fuad yang tidak ikut menandatangani "Deklarasi Bappenas" itu mengonfirmasi kabar mengejutkan yang dia dapat: Habibie berniat mundur sebagai wapres.
Mendapat pertanyaan itu, Habibie langsung menjawab. "Isu tersebut tidak benar.
Presiden yang sedang menghadapi permasalahan multikompleks tidak mungkin saya tinggalkan. Saya bukan pengecut," demikian jawaban Habibie kepada Fuad Bawazier.
Soeharto terpukul
Kompas menulis bahwa laporan tertulis 14 menteri itu baru diterima Soeharto sekitar pukul 20.00 WIB.
Soeharto menerimanya dari tangan ajudan, Kolonel Sumardjono.