Catatan Sejarah Gempa di Lombok, Sebabkan 2.000 Rumah Rusak Bahkan Ada yang Disertai Tsunami

Sepanjang catatan, gempa di Lombok sudah terjadi sebanyak 9 kali, dan yang terbesar yakni gempa bermagnitudo 7 pada Minggu (5/8/2018).

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Ardhi Sanjaya
Twitter/Sutopo Purwo Nugroho
Tim SAR sedang mengevakuasi jamaah masjid di Lombok Utara yang masih tertimbun reruntuhan masjid menggunakan alat berat, Senin (6/8/2018). 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Hingga siang tadi, gempa di Lombok dengan magnitudo 7 tercatat telah menewaskan 91 korban jiwa dan 202 di antaranya mengalami luka-luka.

Lokasi gempa di Lombok kali ini berada di 8,37 lintang selatan dan 116,48 bujur timur.

Gempa ini juga masih berkaitan dengan gempa di Lombok minggu lalu.

Menurut Badan Meteorologi dan Geosifika, gempa bumi kali ini semoat diberi berstatus peringatan dini tsunami, namun kemudian akhirnya dicabut beberapa saat setelahnya.

Gempa di Lombok ini dirasakan hingga Bali, Banyuwangi, bahkan jember.

Kepala Humas Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dampak gempa paling parah ditemukan di Lombok Utara.

"82 orang meninggal akibat gempa bumi hingga 6/8/2018 pukul 02.30 WIB. Di Lombok Utara sebanyak 65 orang meninggal dunia," tulisnya di Twitter.

Sutopo kemudian menambahkan bahwa korban jiwa bertambah menjadi 91 orang dan korban luka-luka sebanyak 202 orang.

Sementara di Mataram, Nusa Tenggara Barat ada sekitar 2.400 rumah dinyatakan mengalami kerusakan.

Penyebab gempa

Dalam sepekan ini, tercatat sudah terjadi dua gempa besar di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Menurut Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) Danny Hilman, terjadinya dua gempa besar itu diperkirakan bersumber dari satu bidang sesar yang sama.

Ada Sandal Jepit di Masjid Roboh di Lombok Timur, Pemiliknya Masih Tertimbun Usai Shalat Isya

Masjid di Lombok Utara Rata dengan Tanah, BNPB Sebut Masih Ada Korban Tertimpa di Bawah Bangunan

"Itu satu sumber. Satu bidang sesar. Mungkin sebelahan," kata Danny Hilman, saat dihubungi Antara, Jakarta, Senin (6/8/2018).

Menurut dia, gempa bermagnitudo 7 pada Minggu (5/8/2018) terjadi karena ada satu bidang patahan dengan kemiringan 30 derajat bergerak dua hingga 3 meter.

Lokasi sesar atau patahan itu sekitar 1 kilometer dari lepas pantai di Lombok Utara.

"Itu yang menyebabkan gempa," katanya.

Menurutnya menambahkan, gempa di Lombok yang terjadi sepekan lalu merupakan gempa pembuka.

Sementara gempa pada Minggu (5/8/2018) sebagai gempa utama.

"Gempa sepekan lalu bisa dibilang gempa pembuka, ini (kemarin), gempa utamanya. Itu satu sumber. Lombok Utara," imbuhnya.

Pada gempa berkekuatan 6,4 magnitudo pada Minggu (29/7/2018) itu, tercatat sebanyak 16 orang meninggal dunia.

Selang sepekan, Lombok kembali diguncang gempa bermagnitudo 7 pada Minggu (5/8/2018).

Catatan sejarah gempa di Lombok

Rupanya, gempa di Lombok dengan kekuatan besar ini bukan merupakan yang pertama terjadi di NTB.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, di wilayah Lombok sudah 8 kali diguncang gempa berkekuatan besar.

Namun, sejauh ini, gempa bermagnitudo 7 ini memang merupakan yang terbesar sepanjang sejarahnya.

Dituliskan pula bahwa gempa yang kerap melanda Lombok ini dikarenakan daerah tersebut berada di kawasan seismik aktif.

15 Tahun Disimpan di Celah Batu, Penculikan Hasni Terungkap karena Kakaknya Keceplosan

Begini Kondisi Celah Batu Tempat Hasni Disekap Dukun 15 Tahun, Ada Gundukan Tanah Mirip Kuburan

Berdasarkan catatan sejarah, Pulau Lombok sudah sering diguncang gempa besar yang merusak bahkan 2.000 ribu rumah warga saat itu.

Berikut ini catatan sejarah gempa di Lombok berdasarkan data dari BMKG:

1. Gempa dan tsunami Labuantereng, Lombok 25 Juli 1856

2. Gempa Lombok 10 April 1978 M=6,7 (banyak rumah rusak)

3. Gempa Lombok 21 Mei 1979 M=5,7 (banyak rumah rusak)

4. Gempa Lombok 20 Oktober 1979 M=6,0 (banyak rumah rusak)

5. Gempa Lombok 30 Mei 1979 M= 6,1 (banyak rumah rusak dan 37 orang meninggal)

6. Gempa Lombok 1 Januari 2000 M= 6,1 (2.000 rumah rusak)

7. Gempa Lombok 22 Juni 2013 M=5,4 (banyak rumah rusak)

8. Gempa Lombok 29 Juli 2018 M=6,4 (banyak rumah rusak dan 16 meninggal dunia)

9. Gempa di Lombok 5 Agustus 2018 M=7 (banyak rumah rusak, laporan sementara dalam sehari ditemukan 91 korban jiwa dan 202 meninggal dunia)

Lombok rawan gempa

Lombok berpotensi diguncang gempa karena terletak di antara 2 pembangkit gempa dari selatan dan utara.

Ada Sandal Jepit di Masjid Roboh di Lombok Utara, Pemiliknya Masih Tertimbun Usai Shalat Isya

Dari Tahun 2000, 7 Gempa dengan Magnitudo di Atas 7 Pernah Guncang Indonesia, Terbesar Tsunami Aceh

Dari selatan terdapat zona subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Pulau Lombok, sedangkan dari utara terdapat struktur geologi Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrusting).

"Sesar naik ini jalurnya memanjang dari laut Bali ke timur hingga Laut Flores. Sehingga tidak heran jika Lombok memang rawan gempa karena jalur Sesar naik Flores ini sangat dekat dengan Pulau Lombok," ujar Daryono Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG melalui siaran resminya.

Daryono melanjutkan, jika kita memerhatikan peta aktivitas kegempaan atau seismisitas Pulau Lombok, tampak seluruh Pulau Lombok memiliki banyak sebaran titik episenter.

Itu artinya, ada banyak aktivitas gempa di wilayah tersebut.

Meskipun kedalaman hiposenternya dan magnitudonya bervariasi, namun tampak jelas wilayah lombok adalah wilayah aktif gempa yang bersumber dari subduksi lempeng, Sesar Naik Flores dan sesar lokal di Pulau Lombok dan sekitarnya.

Dari sebaran seismitas ini pun cukup menjadi dasar untuk mengatakan bahwa Lombok memang rawan gempa.

Kondisi alam semacam ini merupakan sesuatu yang harus diterima, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah konsekuensi yang harus dihadapi sebagai penduduk yang tinggal dan menumpang di batas pertemuan lempeng tektonik.

"Jalan keluarnya, kita harus terus meningkatkan kapasitas dalam memahami ilmu gempa bumi, cara selamat menghadapi gempa dan bagaimana memitigasi gempa bumi, agar kita selamat dan dapat hidup harmoni dengan alam," ujarnya. (TribunnewsBogor.com/Vivi Febrianti)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved