Gempa di Lombok
Mengapa Orang Bali Teriak 'Idup Idup Idup' Saat Gempa ? Ternyata Berasal Dari Kisah Ini
Suatu hari, ketika ibunya pergi ke hutan, anak lelakinya naik ke lumbung dan menemukan telur besar lalu telur itu dimasak.
Dan saat terjadi gempa maka orang Bali akan berteriak idup idup idup sambil membunyikan kentongan untuk memberitahu bahwa sang adik masih hidup di atas.
• Kondisi Hasni Setelah Dirukiah, 15 Tahun Diam Di Celah Batu Kini Makan di Kantin Polres Tolitoli
Namun faktanya, menurut Staf Pusat Kajian Lontar Unud, Putu Eka Guna Yasa hal itu merupakan tradisi lisan yang diteruskan secara turun-temurun.
"Itu tradisi lisan. Tidak ada mengenai hal itu dalam lontar," kata Guna ketika dihubungi Senin (6/8/2018) siang.
Ada dua makna yang terkandung dalam teriakan idup idup sambil memukul kentongan tersebut.
Pertama berfungsi untuk mempercepat sosialisasi keadaan yang kacau, maupun panik dan memberi tahu atau memberi tanda kepada orang lain bahwa sedang terjadi gempase hingga bisa melakukan proses penyelamatan diri.
"Yang kedua membalikkan kesadaran, agar keadaan yang kacau atau huru hara menjadi damai atau santai dengan sugesti yang positif," katanya.
Perilaku Hewan, Anjing Hingga Cacing Bisa Jadi Pertanda Gempa Bumi?
Cerita tentang hewan yang berubah perilaku ketika bencana akan datang cukup umum di Indonesia.
• Buat Video Siaran Langsung Saat Salat, Imam dan Jamaah Musala Ini Tak Panik Saat gempa di Lombok
Mulai dari hewan yang turun gunung, cacing yang keluar dari tanah, atau hewan ternak yang gelisah sering diartikan sebagai salah satu tanda gempa bumi.
Namun, benarkah perilaku hewan-hewan ini bisa dijadikan patokan sebagai tanda akan terjadinya gempa bumi?
Sebenarnya berbagai penelitian telah mencoba menggali ke dalam statistik di balik perilaku hewan yang tak biasa sebelum terjadinya gempa.
Sebagian bisa memikirkan mekanisme yang mungkin pada dua hal ini.
Kini, sebuah penelitian terbaru mencoba menganalisis kembali data dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Peneliti yang berasal dari GFZ German Research Centre for Geosciences ini menghubungkan pengamatan pada hewan peliharaan dan ternak dengan skala dan lokasi gempa.
"Banyak makalah kajian tentang potensi hewan sebagai prekusor (pertanda) gempa, tetapi sejauh pengetahuan kami, ini adalah pertama kalinya pendekatan statistik digunakan untuk mengevaluasi data," ungkap Heiko Woith, penulis utama penelitian ini dikutip dari Science Alert, Kamis (19/04/2018).
• Tak Terungkapnya Gua Tempat Hasni Disekap 15 Tahun, Dukun Sebar Cerita Mistis Untuk Menakut-nakuti