Tanggapi Puisi Cak Nun, Politikus Demokrat: Memperkenalkan Calonnya dengan Mendustakan Kenyataannya

Ia bahkan menyindir bahwa kini, calon pemimpin lebih banyak ditampilkan lewat pencitraan sedemikian rupa di muka publik.

Penulis: Uyun | Editor: Vivi Febrianti
kolase Tribunnews
Ferdinand Hutahaean dan Cak Nun atau Emha Ainun Najib 

“Pemimpin yang seperti itu akhirnya pasti jatuh dan hancur”, kata Kakak.

“Belum tentu”, kata Bapak, “Jangan lupa bahwa kalau para botoh mampu mengangkat berhala ke kursi singgasana, berarti mereka juga menguasai seluruh perangkat dan modalnya untuk bikin apa saja semau mereka di Negara itu. Juga selalu sangat banyak orang dan kelompok yang mencari keuntungan darinya, bahkan menggantungkan hidupnya. Sehingga mereka membela boneka itu mati-matian. Mereka selalu mengumumkan betapa baik dan hebatnya pemimpin yang mereka mendapatkan keuntungan darinya, sampai-sampai akhirnya mereka yakin sendiri bahwa ia benar-benar baik dan hebat. Uang, kekuasaan dan media, sanggup mengumumkan sorga sebagai neraka, dan meyakinkan neraka adalah sorga”

Yogya 1 Agustus 2017.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved