Gempa di Donggala

Terpisah Dari Orang Tua Kandung, Banyak yang Berniat Adopsi 84 Anak Korban Gempa Palu

Selain memberikan bantuan, sebagian dari warga juga berebut ingin mengadopsi anak-anak tersebut.

Penulis: Damanhuri | Editor: Ardhi Sanjaya
Twitter @cherryltanzil
Anak kecil digendong Mensos usai ditemukan di saluran air pasca Gempa 

“Kami belum tahu pasti soal berhasil selamatkah kedua orang tua anak-anak ini. Tapi kan situasi di sana, mereka bisa saja terpisah saat bencana terjadi. Termasuk juga saat hendak naik pesawat ke sini, diutamakan anak-anak dan korban luka. Nah, bisa saja mereka terpisah saat proses evakuasi. Jelas 84 anak ini ada keluarganya, entah tante atau pamannya,” katanya.

Fitriana menuturkan, antusiasme warga Kota Makassar terhadap korban bencana Sulteng sangat besar.

Setiap hari dia mendapat kunjungan hingga ribuan orang yang datang membesuk dan membawa bantuan.

“Kalau bantuan dari warga Kota Makassar sangat banyak, bisa lihat sendiri orang yang datang. Bahkan, kami kasih antrian mereka saat membesuk. Mulai dari pagi hingga tengah malam, silih berganti orang datang membesuk dan membawa bantuan,” tandasnya.

Fitriana mengaku belum bisa menentukan langkah selanjutnya yang akan dilakukan yayasan terhadap anak korban bencana Sulteng.

Sebab, saat ini dirinya fokus merawat dan menghilangkan trauma pada anak akan bencana yang telah dialaminya.

“Jelas kami rawat dulu sambil menghilangkan traumanya. Kami juga langsung diikutkan dalam proses belajar di sekolah ini. Jika ada pun anak SMP atau SMA, kami akan carikan sekolah. Kami juga tidak tahu, apakah pengungsi ini akan menetap di Kota Makassar atau kah akan kembali ke Sulteng,” tambahnya.

Sementara itu, Kapolsek Camba, AKP Alamsyah rela menjadikan rumahnya di Komplek Haji Banca II Batangase, Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan sebagai tempat penampungan korban gempa Palu, Sulawesi tengah, Jumat (5/10/2018).

Melansir Tribun Timur, saat ini, pria berpangkat balok tiga di pundaknya itu menampung tujuh pengungsi di rumahnya.

Empat korban di antaranya masih anak usia kelas empat SD.

Alamsyah mengatakan, korban merupakan kerabat dan keluarganya tersebut sempat kebingungan di Palu saat akan pulang ke Maros.

Padahal, tetangga korban memiliki mobil, namun tidak memiliki bensin.

Kapolsek Camba, AKP Alamsyah
Kapolsek Camba, AKP Alamsyah (ansar/tribun-timur.com)

Hal tersebut membuat korban menghubungi Alamsyah melalui ponsel dan menyampaikan keinginananya untuk mengungsi ke Maros.

Namun masalahnya, kendaraan tetanggannya tidak memiliki persediaan bensin yang cukup. Hal tersebut membuat Alamsyah mengirim puluhan liter bensin melalui rekannya yang menuju ke Palu.

"Di rumah ada tujuh korban yang mengungsi. Mereka naik mobil. Kebetulan ada tetangganya mau ke Gowa dan punya mobil. Tapi tidak ada bensinnya. Makanya saya kirim bensin ke Palu," katanya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved