Pilpres 2019

Budiman Sudjatmiko : Syarat Gentelmen Prabowo Gugur Sejak Awal Tepat Ketika Rekan Saya Belum Kembali

Sejumlah kesalahan, kata Mardani Ali Sera sudah dilakukan, namun Jokowi belum pernah sekalipun melontarkan kata maaf.

Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Vivi Febrianti
Youtube Mata Najwa
Budiman Sudjatmiko dan Ferdinand Hutahaean 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Debat sengit tersaji ketika Mata Najwa membahas soal rekam jejak kepemimpinan dari capres-cawapres di Pilpres 2019.

Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Mardani Ali Sera merunut pada sikap Prabowo Subianto yang langsung meminta maaf ketika tahu bahwa Ratna Sarumpaet berbohong.

Mardani Ali Sera lantas membandingkannya dengan sikap Jokowi selama menjadi sebagai Presiden Indonesia.

Sejumlah kesalahan, kata Mardani Ali Sera sudah dilakukan, namun Jokowi belum pernah sekalipun melontarkan kata maaf.

"saya malah melihat kepemimpinan menunjukkan kualitas kepemimpinan Prabowo itu gentelmen bisa mengaku salah. tapi kalau kita melihat banyak kesalahan dan ada banyak tapi tidak ada satupun pernyataan maaf, ini kualitas kepemimpinan luar biasa," kata Mardani Ali Sera.

Politisi PDI-P Budiman Sudjatmiko kemudian mengulas soal kasus lama dari Prabowo.

Budiman Sudjatmiko berniat untuk mematahkan asumsi Mardani Ali Sera dengan mengulas kasus lama Prabowo Subinato soal tudingan penculikan aktivis.

"rekam jejak soal gentelmen dan fairnes ketika anak buahnya sebagian diadili karena melakukan penculikan terhadap rekan saya, apakah Prabowo bersama mereka di balik jeruji penjara atau pergi ke jordania,

dan bagaimana hasil kode etik perwira memutuskan seperti apa, ada keputusannya, tapi kenapa beliau tidak menemani anak buahnya yang baru saja dipenjara dan dipecat

artinya syarat pemimpin gentelemn gugur sejak awal tepat ketika di depan mata kita semua rekan-rekan saya belum kembali sampai saatt ini," papar Budiman Sudjatmiko.

Politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean memotong penjelasan dari Budiman Sudjatmiko.

Menurut Ferdinand Hutahaean selama ini pemikiran dari timses Jokowi-Ma'ruf Amin berniat untuk memenjarakan Prabowo.

Dahnil Anzar Singgung Pembatalan Kenaikan Harga BBM

Rekam Medis Ratna Sarumpaet Jadi Barang Bukti Bagi Polisi

"Pantaslah rupanya bernapsu ingin memenjarakan Prabowo, pantas melaporkan polisi karena dipikirannya masih harus memenjarakan Prabowo.

malang sekali nasib kalia kalau masih berpikirnya begitu," kata Ferdinand Hutahaean.

Menurut Ferdinand Hutahaean, dalam kasus tersebut semestinya melihat bahwa meraka merupakan prajurit yang melaksanakan tugas.

"kali ini kita harus melihat mereka itu prajurit yang harus menjalani tugas," kata Ferdinand Hutahaean.

Soal ini Budiman Sudjatmiko setuju, namun dirinya masih mempertanyakan mengapa Prabowo tak mendampingi prajuritnya saat menjalani hukuman.

"Prajurit tidak pernah salah saya sepakat, tapi komandan yang harus selalu bersalah, tapi kenapa komandannya tidak menanggung itu," kata Budiman Sudjatmiko.

"Prabowo sudah menebusnya dengan diberhatikan oleh dewan kehormatan perwira," kata Ferdinand Hutahaean.

Kesal Dibohongi Ratna Sarumpaet, Amien Rais : Sekarang Sudah Jadi Sampah Politik, Kasihan

Maruf Amin Ngotot Ingin Kampanye di Pesantren Meski Dilarang KPU: Lho, Kan Saya Orang Pesantren

Sindir Kubu Prabowo, Guntur Romli: Tertipu Ratna Sarumpaet Juga Terbohongi Emak-emak di Pasar

"kesalahan itu ada skalanya tidak bisa smeua dipenjara," lanjut Ferdinand Hutahaean.

Soal ini Guntur Romli mengatakan bahwa rekam jejak dari Prabowo sudah berakhir karena kasus hoaks Ratna Sarumpaet.

"rekam jejak kepemimpinann Prabowo sudah jatuh sejak kasus Ratna Sarumpaet, lemah luar biasa kebohongan berjamaah yang dilakukan tim prabowo.

ketua timses menyebarkan hoaks, sudah selesai rekam jejaknya," kata Guntur Romli.

Simak video selanjutnya di bawah ini :

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved