Pilpres 2019
Bawa Bukti Video, Prabowo-Sandi Dilaporkan Aktivis PSI ke Bawaslu, Ini Penyebabnya
Prabowo-Sandi dan sejumlah politisi di Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi diduga melanggar peraturan kampanye.
Penulis: Damanhuri | Editor: Ardhi Sanjaya
Ketua Umum Partai Gerindra itu sempat mengucapkan janjinya.
Ia mengatakan, jika terpilih pada Pilpres 2019, dirinya dan Sandiaga akan mencanangkan Gerakan Emas sampai ke desa-desa.
"Kalau Insya Allah nanti Prabowo Sandi terpilih saya berjanji di depan rakyat Indonesia, saya akan melaksanakan gerakan ini sampai ke seluruh desa," ujar Prabowo.
Adapun 'Gerakan Emas' ini merupakan rangkaian dari 'Revolusi Putih' yang menjadi salah satu program pasangan Prabowo-Sandiaga.
'Revolusi Putih' sendiri adalah gerakan memberikan susu kepada masyarakat.
Hal itu dilakukan dalam rangka mencerdaskan masyarakat Indonesia.
Seperti dikutip dari laman partaigerindra.or.id, Revolusi Putih adalah gagasan Prabowo dan Partai Gerindra untuk membangun karakter bangsa yang sehat dan kuat.
Namun, diksi 'revolusi' ini tak disukai kalangan muda. Tim Prabowo-Sandiaga lantas memikirkan nama pengganti yang kemudian muncul usulan 'Gerakan Emas'.
Intinya, 'Gerakan Emas' memiliki prinsip yang sama dengan 'Revolusi Putih'.
Bedanya, ada beberapa tambahan pemberian makanan yang mengandung protein selain susu.
Gerakan "Generasi Emas" atau Generasi Emak-Emak dan Anak Minum Susu yang ditawarkan pasangan Calon (Paslon) nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno rupanya mempunyai mimpi besar.
Arie Mufti, anggota dari sistem ekonomi ala Sandi (Sandinomics) dalam diskusi bertajuk "Generasi Emas" di Jakarta, Rabu (23/10/2018) mengatakan gerakan Emas tersebut bertujuan untuk perbaikan gizi sehingga menurunkan angka stunting dan mencerdaskan masyarakat melalui penyebaran susu bagi ibu dan anak.
Maka dari itu, Arie mengemukakan, generasi milenial yang menjadi target edukasi Prabowo-Sandi dalam menyebarluaskan program ini diharapkan mampu melawan masalah stunting yang ada di Tanah Air.
"Masih banyak anak-anak kita yang tertinggal. Secara ekonomi, ini adalah distorsi karena mengancam bonus demografi Indonesia," kata Arie mengutip Kompas.com.
Ia berharap, program tersebut mampu meningkatkan produktivitas anak muda dan tidak menghambat bonus demografi tahun 2020 dan generasi masa depan.