Lion Air JT610 Jatuh
Curiga Human Error Penyebab Jatuhnya Lion Air JT610, Hotman Paris Undang Pengacara Amerika
Hotman Paris serius menangani masalah jatuhnya Lion Air JT610 dan akan menggandeng pengacara dari Chicago, Amerika Serikat.
Penulis: Uyun | Editor: Ardhi Sanjaya
Curiga Human Error Penyebab Jatuhnya Lion Air JT610, Hotman Paris Undang Pengacara Amerika Besok
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Pengacara kondang Hotman Paris masih yakin kalau kecelakaan jatuhnya pesawat Lion Air JT610 ini karena adanya human error atau kesalahan manusia.
Karena keyakinannya itulah, Hotman Paris serius menanganinya dan akan menggandeng pengacara dari Chicago, Amerika Serikat.
Tak hanya itu, Hotman Paris juga ingin membantu para korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610.
Sebelumnya, Hotman Paris mencium dugaan human error penyebab pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT610 rute Jakarta-Pangkalpinang jatuh pada Senin (29/10/2018).
Di video unggahannya, kecurigaan Hotman Paris berdasar pada kesaksian seorang penumpang Lion Air JT610 tujuan Denpasar-Jakarta.
"Salah satu teknik untuk meneliti kecelakaan Lion adalah, pada hari sebelumnya dia berangkat dari bali landing sudah malam katanya sudah bermasalah tapi subuh sudah berangkat lagi, kapan waktunya dilakukan perbaikan atau penelitian ?" ujar Hotman Paris.
Untuk mengantisipasi keluarga korban Lion Air JT610 yang akan melakukan gugatan, Hotman Paris pun meminta agar pengacara dari Amerika segera datang ke Jakarta.
"Yang kedua para pengacara ambulance chaser dari Amerika sudah waktunya datang untuk menghubungi keluarga korban untuk kemungkinan gugat perusahaan Boeing
Ambulance chaser para pengacara dari Amerika datang segera ke Jakarta," tutup Hotman Paris.
Kini, Hotman Paris pun melaksanakan janji tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Hotman Paris di laman Instagram pribadinya, @hotmanparisofficial, Rabu (28/11/2018).
• Curiga Lion Air JT610 Jatuh karena Human Error-Hotman Paris :Pengacara Amerika Sudah Waktunya Datang
• Hotman Paris Dukung Keluarga Korban Lion Air Tuntut Ganti Rugi: Percuma Murah Jika Nyawa Melayang
Dalam surat tersebut, tertulis bahwa pengacara dari Chicago itu akan dartang ke Kopi Johny pada esok hari.
Pengacara asal Amerika yang diundang Hotman Paris itu akan datang ke kedai Kopi Johny, Kamis (29/11/2018) pagi sekira pukul 07.00 WIB.
Dalam lampiran surat tersebut, hanmya dituliskan bahwa kedatangan pengacara tersebut untuk membicarakan terkait jatuhya pesawat Lion Air JT610.

Sebelum Hotman Paris mengumumkan undangan tersebut, terlebih dahulu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah mengungkap penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT610.
Dalam konferensi pers yang dilakukan KNKT, dibeberkan beberapa fakta-fakta yang terjadi sebelum kecelakaan hingga detik-detik jatuhnya pesawat di Tanjung Karawang.
• KNKT Ungkap Hasil Investigasi Jatuhnya Lion Air,Pilot Pasrah Tak Bisa Pertahankan Ketinggian Pesawat
• KNKT Sebut Pesawat Lion Air Alami 6 Kerusakan, Pilot Mengeluh Kendali Terasa Berat Saat Penerbangan
Penjelasan KNKT penyebab pesawat Lion Air JT610 Jatuh
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Kapten Nur Cahyo Utomo mengungkapkan temuan adanya enam masalah pada pesawat Lion Air PK-LKP terungkap dari buku perawatan pesawat.
"Dari data perawatan pesawat sejak tanggal 26 Oktober, tercatat ada enam gangguan atau masalah yang ada di pesawat. Yaitu terkati air speed dan altitude flight terjadi tiga kali di sebelah kiri. Speed trim fail dan mach trim terjadi dua kali. Dan indicatetd air speed dan altitude desagree terjadi 1 kali, yaitu yang terjadi pada penerbangan Denpasar menuju Jakarta," katanya dalam siaran langsung Breaking News Kompas TV, Rabu (28/11/2018).

Awalnya, sebelum penerbangan dari Denpasar Bali, pesawat mengalami gangguan dan sudah dilakukan perbaikan dengan melakukan penggantian angle of attactk sensor dan sudah dilakukan tes.
Lalu, saat penerbangan dilakukan, pesawat mengalami masalah dan berlangsung sampai akhir penerbangan hingga mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.
"Saat ketinggian 400 kaki, kapten melihat di primary flight display ada warning yang tertulis indicated airspeed disagree, yang berarti adanya perbedaan penunjukan kecepatan antara instrumen kiri dan kanan," terangnya.
Lantas, pilot melakukan kroscek kemudian membandingkan dengan standby instrumen hingga kemudian menemukan adanya masalah di sebelah kiri pesawat.

"Setelah 3 kali kapten melihat pergerakan ini, kopilot mengeluh kendalinya berat. Kapten memutuskan mematikan stabilizer trim cut out. Ini adalah mematikan motor secara manual menggunakan tangan. Kemudian kapten menyampaikan atau kepada ATC (air traffic controller) bahwa mereka dalam kondisi kegagalan instrumen atau tak normal dan minta untuk tak berbelok dulu dan mengikuti arah landasan," ucapnya.
Pesawat Lion Air pun berhasil mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, lalu setelah itu pilot menginformasikan kepada engineer mengenai masalah indicated airspeed dan altitude iesagree.
Pilot juga melaporkan kepada saffety management maskapai terkait adanya penerbangan yang mengalamai masalah.
Setelah itu, petugas engineer melakukan pembersihan di pintu data modul sebelah kiri serta menangani kerusakan yang dikeluhkan pilot.
"Setelah dilakukan operational test di darat, pesawat dinyatakan baik," ungkapnya.
• Jasa Raharja Telah Berikan Santunan Kepada 103 Ahli Waris Korban Lion Air di Tanjung Karawang
Lalu, Saat hari kejadian pada Senin 29 Oktober 2018, pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten pukul 06.23 WIB.
Dalam flight data recorder (FDR), terungkap ada perbedaan Angle of Attack (AoA) pada bagian kiri pesawat dengan yang kanan.
"Artinya yang kiri lebih tinggi 20 derajat dari yang yang kanan. Perbedaan ini terjadi sampai FDR merekam data," katanya dalama konferensi pers KNKT yang ditayangkan di Kompas TV, Selasa (28/11/2018).

Lanjutnya, saat penerbangan, copilot sempat bertanya kepada Air traffic controller (ATC) mengenai ketinggian pesawat yang ada di radar.
Saat itu copilot mendapat jawaban 900 kaki,lalu tak lama kemudian pilot menyamakan keceapatan.
Pesawat juga sempat mengalami beberapa kali naik turun saat berada di atas.
"Pilot sampaikan merekam mengalami masalah dengan kendali. Setelah flap di sayap dinaikan, FDR merekam adanya perferakan secara otomatis menuju ke bawah atau aircraft nose down. Terekam juga pergerakan aircraft nose up," ujarnya.
Pilot juga menyampaikan kepada ATC bahwa ketinggian pesawat tak bisa dipertahankan karena instrumen di pesawat menunjukkan angka yang berbeda-beda.
Pilot meminta ATC untuk menutup ketinggian 3000 kaki di atas dan 3000 kaki di bawah pesawat untuk menghindari kemungkinan tabrakan di udara.