Tsunami di Banten dan Lampung

Cerita Mahasiswa IPB Jadi Relawan Saat Tsunami, Evakuasi Korban Dari Malam Hingga Subuh

Saat itu Ia yang sedang berasa di Anyer bersama pengurus BEM KM tak menyangka jika gelombang besar itu adalah tsunami.

Penulis: Lingga Arvian Nugroho | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Kompas.com
Warga melintas di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang rusak akibat tsunami Selat Sunda di Kampung Nelayan, Labuan, Pandeglang, Banten, Selasa (25/12/2018). BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) melaporkan hingga Selasa (25/12) pagi jumlah korban meninggal dunia akibat tsunami Selat Sunda mencapai 481 orang, 1.216 orang luka, dan 67 orang lainya dinyatakan masih hilang. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/aww.(MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS) 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR - Tak pernah terbayangkan sebelumnya bagi Surya, mahasiswa Departemen Manajemen Hutan angkatan 2014 bersama pengurus BEM KM IPB saat menyaksikan peristiwa tsunami di Pantai Anyer pada Sabtu (22/12/20180.

Saat itu Ia yang sedang berasa di Anyer bersama pengurus BEM KM tak menyangka jika gelombang besar itu adalah tsunami.

Karena usai kejadian Ia mendapat informasi bahwa peristiwa itu adalah gelombang pasang bulan purnama.

"Awalnya itu kami belum tahu kalau itu tsunami, kami hanya tahu kalau itu gelombang besar gitu, jadi saat itu kami respon cepat, lari kita jauhi bibir pantai alhamdulillah airnya itu tidak sampai tengah. Terus kami bersama warga naik ke atas bukit nah kita sementara cari tempat aman disitu kita jalan itu dari sekitar 21.30 WIB sampai 23.30 WIB, kemudian kami dapat info kalau kejadian tadi karena bulan purnama, pasang bulan purnama," katanya Jumat (28/12/2018).

Setelah itu mereka ditawari untuk berlindung di rumah warga.

Sesampainya di rumah warga yang berada disisi jalan, mahasiswa IPB itu melihat banyak mobil berlalu lalang.

Ketika itu mereka juga melihat seorang ibu terpaksa diturunkan karena mobil yang dipakai evakuasi sudah terlalu penuh.

"Nah sampai dibawah yang perempuan di dalam istirahat yang lelaki berjaga, pas lagi dibawah  kita melihat banyak mobil itu lalu lalang ada yang menyelamatkan diri dan ada juga sebagian yang membawa jenazah, setelah itu ada warga yang turun ditempat kami itu, dari mobil dia turun karena tidak muatnya kendaraan  yang dipakai," katanya.

Surya,  pengurus BEM KM IPB yang ikut membantu mengevakuasi korban tsunami di Banten
Surya, pengurus BEM KM IPB yang ikut membantu mengevakuasi korban tsunami di Banten (Istimewa)

Kemudian para mahasiswa IPB dan warga pun membantu ibu tersebut dan mendengarkan cerita tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Ibu itu pun cerita bahwa terjadi tsunami dan masih banyak korban yang belum mendapat pertolongan.

"Ibu itu penuh lumpur tangannya patah langsung dari situ dibersihkan diamankan dulu dengan kondisi masih ketakutan dan tangannya kesakitan. Nah setelah itu kami langsung konsolidasi, setelah  kami dapat kabar dari ibu tadi kalau di sana di lokasi bencana masih banyak korban teriak minta tolong tapi sudah tidak ada lagi orang kemudian masih banyak yang hanyut ketarik ke laut akhirnya kami kondolidasi anak anak BEM konsolidasi, ayo kita harus turun karena melihat kondisi masih seperi itu petugas masih minim baru PMI dan warga setempat," ujarnya.

Kemudian ia dan rekan-rekan bersama warga menuju lokasi yang terkena dampak tsunami.

Mereka pun menyisir pantai ikut mengevakuasi korban ke tempat yang aman.

"Jadi prosesnya menyisir pantai, jenazahnya diangkut dikumpulkan di satu titik bangunan yang masih utuh waktu itu saung saung gitu, Kemudian kita naikan ke mobil warga dan mobil PMI," katanya.

Setelah itu sekitar pukul 04.00 WIB pagi hari mereka bersama warga dan korban selamat pun kembali ke pengungsian di Labuan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved