Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Tsunami di Banten dan Lampung

Ifan Seventeen Luapkan Kekecewaan Pada BMKG : Kalau Ada Peringatan, Aku Sih Bulshit !

Wawancara dilakukan dengan Ifan Seventeen yang masih di rumah duka almarhum istrinya, di Ponorogo.

Editor: Ardhi Sanjaya
kolase instagram @ifanseventeen/istimewa
Ifan Seventeen dan sang istri, serta kejadian tsunami di Banten 

Ifan Seventen Sebut Peringatan BMKG Tentang Tsunami Bulshit! Begini Penjelasannya

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Duka mendalam masih dirasakan vokalis Band Seventeen, Ifan Seventeen.

Kendati ditinggal seluruh personel Seventeen, termasuk istrinya Dylan Sahara, Ifan Seventeen tetap berusaha tegar.

Wawnacara itu kemudian diunggah akun tvOneNews di Youtube dengan judul Dialog: Suasana Duka Ifan Seventeen Pasca Tsunami Selat Sunda.

Wawancara dilakukan dengan Ifan Seventeen yang masih di rumah duka almarhum istrinya, di Ponorogo.

“Ya, kalau dibilang terima ikhlas, ya ikhlas. Ya sudah. Tapi kadang logika ku kaya berkata, its happen too fast. Rasanya tuh kayak masih ada. Istriku masih ada. Kalau ke depan, kadang masih suka nungguin di depan pintu,” kata Ifan Seventeen.

Ia juga mengaku masih suka ingin menelpon Herman Seventeen.

“Kadang aku masih suka mau telepon Herman. Tapi eh, iya ya. Kaya-kayak gitu,” katanya.

Ia mengatakan, tsunami benar-benar mengagetkannya karena tidak pernah mengalami selama ini.

“Yang pasti otak saya coba menjelaskan apa yang terjadi. Memori ku sendiri dan semua anak-anak Seventeen, termasuk kru. Gak pernah manggung kena tsunami. Kru ku berusaha bernafas, karena dia gak sadar itu di dalam air,” kenang Ifan Seventeen.

Ia sempat berpikir apa yang dialaminya sebuah mimpi.

“Pikirklu pertama ini adalah mimpi. Kedua kiamat. Wah kiamat nih. Karena gak pernah alami,” ujarnya.

Saat tergulung gelombang tsunami, Ifan Seventeen berusaha menyelamatkan diri.

“Aku lepaskan diri dari kabel dan besi. Sampai kemudian muncul dari dalam air. Orang teriak tsunami-tsunami. Otak ku langsung oh ini tsunami,” kenangnya.

“Badan langsung teseret ke tengah laut. Mikirin istri juga, ada kembaranku, ada anaknya. Ada keluarganya. Mikir juga ini udah jauh dari daratan. Kegulung-gulung. Udah campur aduk banget,” imbuhnya.

“Katanya itu terjadi 15 sampai 20 menit. Tapi rasanya emang cepat banget. Mungkin, bisa jadi 5-10 menit. Cuman karena aku berusha menyelamatkan diri di dalam air, kaki di atas kepala di bawah. Kegulung, emang cepat banget,” paparnya.

Ia pun mengaku masih ingat terakhir kalinya bersama istri, Dylan Sahara.

“Ya banyak sih. Sebelum kejadian istri sempat nyamperin ke belakang panggung. Lunch bareng, makan siang, tidur,” katanya.

Ia juga ingat ucapan terakhir istrinya sebelum tsunami.

“Istriku bilang, kamu sayang gak, kamu kangen gak, kamu cinta gak. Tiba-tiba dia minta pangku. Aku kan bingung karena gak tahu. Udah dinikahi kok masih tanya. Ya aku marahin lah,” kenangnya.

“Yang bikin jarang, aku udah mau manggung tiba-tiba dia nyamperin, itu jarang banget,” katanya.

Sebelum tampil, tidak ada tanda-tanda alam, bahwa akan terjadi tsunami.

“Sebelum manggung, aman banget situasi. Aku sama keponakan setengah 3, masih main-main. Dari panggung ke pantai deket banget yah. 3-4 meter, deket banget. Di ubin itu, ternyata untuk view anak Krakatau,” katanya.

“Bani, Herman, itu Anak Krakatau tuh kelihatan. Kita sangat fokus melihat laut. Kita sangat fokus melihat Anak Kratatau. Melihat angin dan itu gak ada pertanda,” tutur Ifan Seventeen.

Saat ditanya apa rencananya ke depan untuk memulai manata kehidupan, Ifan Seventen tak langsung menjawab.

“Ini pertanyaan cukup susah. Belum tahu ke depen kaya apa. Sekarang aku berusaha mencoba recovery dulu. Mungkin setelah recovery nanti,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Ifan Seventeen juga menyampaikan, apa yang menjadi penasarannya selama ini.

“Ada yang masih penasaran di aku gitu yah. Ini terkait BMKG. Kebetulan sebelum tayangan ini kan aku lihat tayangan BMKG tuh. Jadi aku inget,” tegas Ifan Seventeen.

“Setelah kejadian, Ade Zigo itu, ngirimin video upload kalo itu tsunami. Kembaranku juga bikin instastory tsunami karena dihandphone. Berarti bencana tsunaminya sudah terjadi, jelas itu,” katanya.

“Tapi mengapa BMKG mengeluarkan pemberitahuan, kalau itu hanya ombak pasang. Ini maksud aku, ini hal-hal yang harus aku sampaikan ke publik yah,” papar Ifan Seventeen.

“Karena beberapa kali, aku berteriak. Maksudnya gini, aku mencoba menyampaikan kebeneran soal tenaga kerja asing sampai persekusi ulama, alhamdulillah TV One selalau mendukungku gitu,” ujarnya.

“Jadi kali inipun aku pengen ngomong gitu. Buat apa ada BMKG kalau pemberitahuan setelah bencana aja dia salah. Buat apa gitu. Ngapain gitu,” kata Ifan Seventen kesal.

Ia pun tak bermaksud untuk mencari kambing hitam.

“Jadi gini, aku gak mencari kambing hitam yah atau kesedihanku, enggak lah. Kita cukup dewasalah. Aku juga gak menyalahkan atas musibah yang becana,” imbuhnya.

“Cuman maksudku begini loh. BMKG itukan badan yang dibangun untuk memperingati masyarakat terhadap tanda-tanda adanya bencana. Kalau informasinya sudah dikeluarkan setelah ada bencana, ah ini kan brarti useless,” paparnya.

“Tapi kalau informasinya ternyata setelah terjadinya bencana pun salah, aku juga gak ngerti lagi mau ngomong apa gitu,” tegas Ifan Seventeen.

“Maksudku gini, apa yang kusampaikan ini senggak-enggaknya mungkin berguna buat masyarakat Indonesia. Buat yang lain. Jadi aku gak pengen juga saudara-saudaraku yang lain mengalami apa yang aku rasain sekarang gitu,” paparnya.

 

“Seventeen itu manggung, itu acara BUMN. Whic izz itu badan milik negara. Masa PLNnya sendiri aja gak dapat peringatan. Apapun itu. Jadi kalau dia (BMKG) bilang ada peringatan bla bla bla, kalau aku sih bulshit,” tegas Ifan Seventeen menutup sesi wawancaranya.

Simak video wawancara Ifan Seventeen dengan presenter TV ONe berikut ini:

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Ifan Seventen Sebut Peringatan BMKG Tentang Tsunami Bulshit! Begini Penjelasannya,

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved