Pilpres 2019
Tes Ngaji Jokowi-Prabowo Dianggap Tak Perlu, Gus Nadir :Kealiman Pemimpin Itu dengan Bertindak Adil
Menurut Gus Nadir, masyarakat Indonesia lebih cenderung mengharapkan pemimpin yang bisa mengadministrasikan keadilan sosial
Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Ardhi Sanjaya
"Pada 3 Maret 893 M, Khalifah al-Mu’tadidh jadi imam shalat Idul Adha.
Tapi ada yg aneh. Imam Thabari & Imam Suyuthi melaporkan bhw al-Mu’tadhid mengucapkan takbir 6 kali pada rakaat pertama, dan hanya sekali takbir di rakaat kedua.
Dan tidak terdengar dia menyampaikan khutbah." kata Gus Nadir.
"Khalifah al-Muqtadir mengangkat Ali bin Abi Syekhah sebagai ulama kerajaan.
Imam Suyuthi mengabarkan bagaimana saat naik khutbah, Ali menyampaikan khutbah dengan membaca teks, dan itupun dia salah membaca ayat sehingga sangat fatal perbedaan artinya." tambah Gus Nadir.
Dengan contoh tersebut, Gus Nadir berujar bahwa mestinya politisasi agama segera dihentikan..
Menurut Gus Nadir, kealiman seorang pemimpin itu dengan bertindak adil.
"Contoh masa lalu itu menyadarkan kita utk stop politisasi agama.
Kealiman pemimpin itu dg bertindak adil.
Kefasihan pemimpin itu dg menyejahterakan rakyatnya.
Tahajud pemimpin itu dg tdk bisa tidur mikirin rakyatnya yg kelaparan.
Sedekahnya pemimpin itu dg berantas korupsi," tutup Gus Nadir.
Diketahui bersama, tes ngaji Jokowi-Prabowo rencananya akan digelar di Masjid Raya BariBaiturrahman Banda Aceh pada tanggal 15 Januari 2019 mendatang
Ikatan Dai Aceh akan segera menyurasti Jokowi dan Prabowo terkait rencana tes ngaji.
Dalam waktu dekat bahkan Ikatan Dai Aceh akan segera membentuk panitia pelaksana dan tim uji kemampuan baca Al Quran.
Nantinya hasil tes membaca Alquran tidak mempengaruhi keputusan KPU/KIP.