Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Waspada, Dispenser Bisa Jadi Tempat Berkembang Nyamuk

Tempat minum burung di dalam kandang, katanya, bisa menjadi sarang nyamuk untuk berkembang biak.

Penulis: Sachril Agustin Berutu | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Kompas.com/Shutterstock
Virus yang dibawa nyamuk bisa menyebabkan berbagai penyakit. 

Oleh karenanya, PSN harus digalakkan.

Sebab di Kota Bogor sendiri, katanya, memiliki target 95 persen bebas jentik nyamuk.

Namun dalam realisasinya, baru tercapai 92,07 persen.

"Upaya harus dilakukan. Tempat penampungan sampah harus tertutup. Gerakan Menguras, Menutup, Mengubur (3M) juga dilakukan. Kalau bangunan bersih tapi lingkungannya tidak bersih, hal ini bisa menjadi percuma karena menjadi potensi nyamuk untuk berkembang biak," ungkapnya.

Gejala DBD

Kepala Seksi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular dan Surveilance (P3MS) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor Sari Chandrawati mengatakan, gejala DBD tidak seperti dulu.

"Sebenarnya gejala DBD saat ini sudah tidak klasik seperti dulu. Harus selalu ditandai dengan panas, bintik-bintik. Sekarang tidak seperti itu. Badan hangat saja bisa diagnosa DBD. Jadi yang terpenting segera mencari pertolongan dan banyak minum," jelasnya.

Sari mengungkapkan, masyarakat tidak boleh menunda-nunda rasa sakit yang dialami, meski kecil sekalipun.

"Apabila merasa gejala tidak enak badan misalnya pusing, demam, nyeri ulu hati, sering buang air, harus segera berobat dan banyak minum air mineral," jelasnya.

Berdasarkan data Dinkes Kota Bogor pada 2018, ada 727 kasus DBD di Kota Bogor, di mana sebanyak 55,4 persen atau 403 kasus, di derita anak-anak di usia 5 - 14 tahun.

Orangtua perlu memperhatikan anaknya.

Dijelaskan Sari, orangtua harus sigap karena terkadang, anak-anak menyepelekan sakitnya atau malas untuk berobat atau minum air.

"Anak mimisan, lalu berpikir besok saja karena sudah malam. Tidak boleh. Jangan di tunda, harus segera di bawa ke puskesmas atau rumah sakit," ungkapnya.

Dari Dinkes Kota Bogor pun, diungkapkan Sari, akan lebih menggalakkan PSN di sekolah-sekolah pada 2019 ini.

"Dari data Dinkes 2018 kan 55,4 persennya itu kasus DBD menyerang anak-anak di usia 5 - 14 tahun, yang berarti anak TK, SD, dan SMP. Kami akan lebih fokus menggalakkan PSN di sekolah-sekolah agar mereka paham tentang bahaya DBD. Cara mudah mengurangi dan meminimalisir terjadinya DBD dengan PSN," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved