Langka dan Hampir Punah, Bunga Bangkai Raflesia 'Kesepian' di Kebun Raya Bogor
Sofi menjelaskan bahwa penelitian terhadap raflesia dilakukan karena rafflesia hanya bisa hidup dihabitat aslinya.
Penulis: Lingga Arvian Nugroho | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH - Seluruh jenis Raflesia saat ini sudah masuk ke dalam tumbuhan yang dilindungi.
Aturan itu sesuai dalam aturan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tahun 2018",
Peneliti Rafflesia, Sofi Mursidawati mengatakan bahwa dirinya sudah melakukan penelitian terhadap raflesia sejak 2004 lalu.
Sofi menjelaskan bahwa penelitian terhadap raflesia dilakukan karena rafflesia hanya bisa hidup dihabitat aslinya.
"Kalau dulu masih rafflesia arnoldi saja yang menjadi langka, tetapi 10 tahun terakhir itu sudah ditemukan 13 raflesia yang ada di Indonesia sehingga peraturan ini memasukan semua jenis raflesia sebagai tumbuhan yang langka dan dilindungi kenapa raflesia, jadi raflesia ini diketahui 100 persen bergantung pada habitatnya jadi kalau ada yang bertanya bu hutannya semakin kritis sementara banyak spesies yang belum ditemukan itu juga yang terjadi pada kasus raflesia," katanya di Gedung Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor, Senin (25/2/2019.
Sofi juga menyebutkan bahwa raflesia di Kebun Raya Bogor 'kesepian'.
Hal itu dikarenakan hingga saat ini pihaknya belum pernah bisa mengawinkan Rafflesia jantan dan betina.
Kondisi itu dikarenakan jantan dan betina sangat jarang bisa mekar bersamaan.
Padahal waktu mekar hanya dalam kisaran lima sampai tujuh hari.

"Jadi satu satu tumbuhnya, belum buat Rafflesia berbuah dalam kondisi eks itu jadi masih di luar habitat, keberhasilan itu belum 100 persen setiap berbunga dia kesepian," ujarnya.
Sofi menjelaskan meski dirinya baru saja melakukan penelitian pada tahun 2004 lalu, namun penelitian terhadap raflesia sudah dilakukan para peneliti sejak tahun 1950.
"Sampai hari ini tidak berhenti kalaupun ada kekososngan diantaranya itu ada karena kelangkaan raflesia secara biologis nah pada tahun 2015 Kebun Raya Bogor bekerja sama dengan kehutanan dan universitas mengadakan simporsium nasional," ujarnya.
Sofi menjelaskan rafflesia saat ini paling banyak di Indonesia dan ukurannya besar-besar.
Selain itu jika sufah mekar baunya pun busuk, itulah menyebabkan rafflesia tidak bisa dimanipulasi.