Andi Arief Terjerat Narkoba
Kiprah Politik Andi Arief: Diculik di Era Soeharto, Makin Moncer di Era SBY, Kini Terjerat Narkoba
Politisi Andi Arief ditangkap karena terjerat narkoba pada Minggu (3/3/2019) malam
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Wasekjen Demokrat, Andi Arief terjerat kasus Narkoba.
Dia ditangkap anggota polisi diduga karena mengonsumsi Narkoba jenis sabu.
Politisi Andi Arief ditangkap di Hotel Peninsula, Jakarta Barat pada Minggu(3/3/2019) malam.
Andi Arief dikenal publik menekuni dunia politik sejak tingkat bawah.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut karier politik pria kelahiran Bandar Lampung, Lampung, 20 November 1970 itu.
Andi Arief mengawali karier politik sebagai aktivis prodemokrasi pada era 1990-an.
Andi Arief bergabung di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang berafiliasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang dahulu beraliran sosialis.
• Kubu Jokowi-Maruf Amin: Andi Arief yang Konsumsi Narkoba, Ko Pak Jokowi yang Disalahkan
• Andi Arief Terjerat Narkoba, Putra Jokowi: Ngapain Beli Narkoba Kalau 25 Ribu Bisa Buat Kamu Bahagia
Mereka menentang kekuasaan di Era Soeharto yang dinilai sewenang-wenang dan korup. Di SMID, Andi Arief sempat menjabat sebagai ketua, yakni pada 1996.
Andi Arief dan kawan-kawan pun dinilai mengancam Orde Baru.
Pada 1998, ketika gerakan Reformasi bergelora, Andi Arief beserta sejumlah aktivis sempat menjadi korban penculikan dua bulan sebelum jatuhnya Soeharto.
Namun, ia adalah salah satu yang dilepaskan.
Sempat tidak termonitor aktivitas politiknya pasca-Reformasi, nama Andi Arief muncul kembali di publik pada 2004 menjelang pemilihan umum.
Andi Arief menempatkan diri sebagai salah satu pimpinan organisasi relawan yang menyokong elektabilitas kandidat pemilu, Susilo Bambang Yudhoyono.
Pilihan politik Andi Arief kala itu sempat diprotes kalangan aktivis mengingat latar belakang SBY berasal dari militer dan memiliki kaitan dengan sejumlah kasus HAM masa lalu.
• TKN Ungkap Permintaan Jokowi Blusukan ke Gang Sempit, Tak Hanya Selfie dan Nongkrong
• Gara-Gara Saling Menyalip di Jalan, Mantan Anggota TNI Tewas Ditikam
Setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan SBY-Jusuf Kalla sebagai pemenang Pemilu 2004, karier Politik Andi Arief semakin moncer di era SBY.
Secara bertahap, ia diberikan sejumlah posisi, antara lain dari Komisaris PT Pos Indonesia hingga staf khusus presiden.
Kariernya di politik juga demikian pesat. Ia sampai dipercaya menjabat sebagai Wakil Sekjen Partai Demokrat hingga saat ini.
Dalam dinamika Pemilu 2019 ini, Andi Arief beberapa kali menyita perhatian publik. Ia kerap kali melontarkan pernyataan bernuansa sensasi sekaligus mengundang kontroversi di media sosial.
Contohnya, ketika Prabowo Subianto mengumumkan calon wakil presiden pendampingnya di Pilpres 2019, tepatnya Rabu (8/8/2018), Andi Arief mengatakan, Partai Demokrat terancam batal berkoalisi dengan Partai Gerindra dan kawan-kawan.
Sebab, Prabowo dinilai mengakomodasi politik transaksional dalam hal menentukan cawapres sehingga kesepakatan politik dengan Demokrat yang sebelumnya sudah menjadi komitmen terancam tidak jadi dilaksanakan.
Saking kesalnya, Andi Arief menyebut Prabowo sebagai jenderal yang lebih mementingkan uang.
Bahkan, ia mengaku partainya menolak kedatangan Prabowo ke kediaman SBY pada Rabu malam.
"Padahal, untuk menang bukan berdasarkan politik transaksional, tapi dilihat siapa calon yang harus menang. Itu yang membuat saya menyebutnya jadi jenderal kardus. Jenderal kardus itu jenderal yang enggak mau mikir, artinya uang adalah segalanya," kata Andi di akun Twitter-nya.
• Bima Arya Hari Ini Menerima Piagam Penghargaan Apresiasi Penanggulangan Bencana.
• Andi Arief Terjerat Narkoba, Tuai Polemik Soal Jenderal Kardus dan Pernah Jadi Korban Penculikan
Cuitan kontroversial itu berbuntut panjang. Kasus itu sampai diusut Bawaslu dan hingga saat ini belum dinyatakan dihentikan pengusutannya.
Cuitan kontroversial lain dari Andi ialah mengenai surat suara dari China di Terminal Tanjung Priok.
Pada Rabu (2/1/2019), ia menulis di akun Twitter-nya, "Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yg sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya karena ini kabar sudah beredar," tulis Andi Arief di Twitter.
Andi Arief kemudian menghapus cuitan itu. Belakangan, KPU, Bawaslu, dan Bea Cukai turun tangan mengecek cuitan Andi Arief dan sudah dinyatakan bahwa kabar yang diungkapkan Andi Arief itu hanyalah hoaks.
Kini, penangkapan Andi Arief lantaran kasus Narkoba membuka babak baru bagi kariernya ke depan.
(Tribunnews)