Nisfu Syaban Sebentar Lagi, Yuk Bayar Utang Puasa Ramadhan yang Bocor, Ini Niat Puasa Qadha!
Jika kamu masih memiliki 'hutang' puasa di Ramadhan tahun lalu, hendaknya segera membayarkannya sebanyak hari puasa yang ditinggalkan lewat puasa Qadh
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Hukum Qadha puasa Ramadhan sudah masuk nisfu Syaban, bolehkah?
Saat ini kita sedang berada di bulan Syaban dan sebentar lagi nisfu syaban atau pertengahan bulan Syaban, yang akan jatuh pada tanggal 21 April 2019.
Oleh karena itu, maka dalam waktu 2 minggu lagi umat muslim akan kembali melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
Pada pelaksanaan puasa Ramadhan selama satu bulan, tak jarang ada yang berhalangan untuk melaksanakan ibadah puasa dalam kurun waktu tertentu khususnya para perempuan.
Jika kamu yang masih memiliki 'hutang' puasa di Ramadhan lalu hendaknya segera membayarkannya sebanyak hari puasa yang ditinggalkan lewat puasa Qadha.
Lalu bolehkah membayar puasa Qadha Ramadhan ketika sudah memasuki nisfu Syaban?
• Malam Nisfu Syaban 20-21 April 2019 : Ini Niat Shalat Malam dan Puasa Nisfu Syaban
• Bacaan Doa Malam Nisfu Syaban - Niat Solat Malam Nisfu Syaban
• Bacaan Niat Puasa dan Doa Nisfu Syaban: Ini Amalan Sunah Dikerjakan di Malam Nisfu Syaban
Adapun terkait puasa setelah memasuki nisfu Syaban atau pertengahan bulan Syaban, sebagian ulama memiliki pendapat yang berbeda seperti dilansir Banjarmasin.co.id dari laman nahdlatul ulama atau nu.online yang tayang pada 1 Mei 2018.
Sebagian ulama mengharamkan puasa pada pertengahan bulan Syaban hingga Ramadhan tiba.

Mereka mendasarkan pada antara lain hadits riwayat Abu Dawud berikut ini:
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إذا انتصف شعبان فلا تصوموا
Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ‘Bila hari memasuki pertengahan bulan Syaban, maka janganlah kalian berpuasa,’” HR Abu Dawud.
Sementara ulama yang membolehkan puasa pada pertengahan bulan Syaban juga bersandar pada hadits riwayat Ummu Salamah dan Ibnu Umar RA yang ditahqiq oleh At-Thahawi.
Perbedaan pendapat dan argumentasi masing-masing ulama ini diangkat oleh Ibnu Rusyd sebagai berikut:
وأما صيام النصف الآخر من شعبان فإن قوما كرهوه وقوما أجازوه. فمن كرهوه فلما روي من أنه عليه الصلاة والسلام قال: لا صوم بعد النصف من شعبان حتى رمضان. ومن أجازه فلما روي عن أم سلمة قالت: ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم صام شهرين متتابعين إلا شعبان ورمضان، ولما روي عن ابن عمر قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرن شعبان برمضان. وهذه الآثار خرجها الطحاوي
Artinya, “Adapun mengenai puasa di paruh kedua bulan Sya’ban, para ulama berbeda pendapat. Sekelompok menyatakan, makruh. Sementara sebagian lainnya, boleh. Mereka yang menyatakan ‘makruh’ mendasarkan pernyataannya pada hadits Rasulullah SAW, ‘Tidak ada puasa setelah pertengahan Sya’ban hingga masuk Ramadhan.’
• Pujian Arab Saudi Atas Kepemimpinan Indonesia di Kawasan dan Dunia
• Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman Sebut Jokowi Pemimpin yang Maju
Sementara ulama yang membolehkan berdasar pada hadits yang diriwayatkan Ummu Salamah RA dan Ibnu Umar RA.
Menurut Salamah, ‘Aku belum pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali puasa Sya’ban dan Ramadhan.’
Ibnu Umar RA menyatakan, Rasulullah SAW menyambung puasa Syaban dengan puasa Ramadhan. Hadits ini ditakhrij oleh At-Thahawi,” (Lihat Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid fi Nihayatil Muqtashid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2013 M/1434 H], cetakan kelima, halaman 287).
Terkait utang puasa, disarankan sebaiknya diqadha sesegera mungkin meskipun setelah pertengahan bulan Syaban.

Wajibkah Qadha Puasa Dilaksanakan Secara Berurutan?
Qadha puasa Ramadhan, wajib dilaksanakan sebanyak hari yang telah ditinggalkan, sebagaimana termaktub dalam Al-Baqarah ayat 184. Dan tidak ada ketentuan lain mengenai tata cara Qadha' selain dalam ayat tersebut.
Adapun mengenai wajib tidaknya atau Qadha puasa dilakukan secara berurutan, ada dua pendapat.
Pendapat pertama, menyatakan bahwa jika hari puasa yang ditinggalkannya berurutan, maka Qadha harus dilaksanakan secara berurutan pula, lantaran Qadha' merupakan pengganti puasa yang telah ditinggalkan, sehingga wajib dilakukan secara sepadan.
Pendapat kedua, menyatakan bahwa pelaksanaan Qadha puasa tidak harus dilakukan secara berurutan, lantaran tidak ada satupun dalil yang menyatakan Qadha puasa harus berurutan.
Sementara Al-Baqarah ayat 184 hanya menegaskan bahwa qadhapuasa, wajib dilaksanakan sebanyak jumlah hari yang telah ditinggalkan.
Selain itu, pendapat ini didukung oleh pernyataan dari sebuah hadits yang sharih jelas dan tegas.
Sabda Rasulullah SAW:
قَضَاءُ رَمَضَانَ إنْ شَاءَ فَرَّقَ وَإنْ شَاءَ تَابَعَ
"Qadha (puasa) Ramadhan itu, jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya terpisah. Dan jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya berurutan. " (HR. Daruquthni, dari Ibnu 'Umar)
• Fakta-fakta Rose Hanbury, Sahabat Kate Middleton yang Diduga Jadi Selingkuhan Pangeran William
• Pesan Terakhir Lismini Setelah Dibakar Hidup-hidup oleh Menantunya Sendiri : Penjarakan Dia !
Dari kedua pendapat tersebut di atas, NU lebih cendong kepada pendapat terakhir, lantaran didukung oleh hadits yang sharih.
Sementara pendapat pertama hanya berdasarkan logika yang bertentangan dengan nash hadits yang sharih, sebagaimana tersebut di atas.
Dengan demikian, Qadha puasa tidak wajib dilakukan secara berurutan. Namun dapat dilakukan dengan leluasa, kapan saja dikehendaki. Boleh secara berurutan, boleh juga secara terpisah.
Berikut niat puasa Qadha Ramadhan.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءٍ فَرْضَ رَمَضَانً ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu Shouma Ghodin 'an qadaa'in fardho ramadhoona lillahi ta'alaa
Artinya :
"Saya niat puasa esok hari karena mengganti fardhu Ramadhan karena Allah Ta'ala".
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Bolehkah Qadha Puasa Ramadhan Sesudah Masuk Bulan Sya'ban? Ini Penjelasannya,
Penulis: Noor Masrida
Editor: Restudia