Tubuh Suaminya Dimakamkan Tanpa Kepala dan Tangan, Keluarga: Pak Jokowi Tolong Kami
Mardiah, istri korban saat ini harus menghidupi sendiri kelima anaknya setelah sang suami ditemukan tewas dengan tubuh dimutilasi.
Penulis: Damanhuri | Editor: Yudhi Maulana Aditama
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Aparat kepolisian hingga saat ini belum berhasil menemukan bagian kepala dan tangan Karoman (40) yang ditemukan tewas dimutilasi.
Pencarian bagian tubuh Karoman yang masih hilang hingga hari ke-27 belum membuahkan hasil.
Pihak keluarga pun terpaksa membawa pulang jasad Karoman yang tidak utuh tanpa kepala dan tangan dari ruang forensik Rumah Sakit Bhayangkara, Palembang untuk dimakamkan, Selasa (2/7/2019).
Pria yang kesehariannya sebagai nelayan itu ditemukan tewas termutilasi di Simpang Bingung Kecamatan Sungai Pinang, Tanjung Raja Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Kamis (6/6/2019).
Ayah dengan 5 orang anak yang masih kecil-kecil itu ditemukan dengan bagian tubuh termutilasi.
Bahkan, bagian tangan dan kepalanya hilang dan hingga saat ini belum ditemukan.
Keluarga Ambil jenazah di rumah sakit
Pihak keluarga terpaksa mengambil jenazah korban di ruang forensik Rumah Sakit Bhayangkara, Palembang untuk dimakamkan, Selasa (2/7/2019).
Sebab, keluarga merasa kasihan dengan jenazah korban yang sudah hampir satu bulan belum dimakamkan lantaran menunggu bagian tubuh lainnya yang masih hilang.
• Kronologi Pembunuhan Anak di Bogor,Centong & Ember Jadi Saksi Bisu Kematian Gadis Kecil di Bak Mandi

istri almarhum Karoman yakni Mardiana memilih menunggu dirumah saat jenazah suaminya dijemput oleh keluarganya dari rumah sakit.
Namun, dua anak laki-laki Mardiah ikut menjemput jenazah ayahnya tersebut.
• Pengakuan Prada DP yang Mutilasi Kekasihnya Ditangkap saat Sembunyi di Padepokan, Motifnya Terungkap'
• Fakta Baru Wanita Dimutilasi di Malang, Dibunuh Tak Bisa Layani Sugeng Karena Sedang Sakit
"Istrinya menunggu di rumah, susah kalau mau datang langsung ke sini. Anaknya kan masih kecil-kecil," ujar paman korban, Saripuddin (52) Selasa (2/7/2019) dikutip TribunnewsBogor.com dari Tribun Sumsel.
Dimakamkan Tanpa tangan dan Kepala
Pihak keluarga terpaksa memakamkan jenazah Karoman tanpa bagian kepala dan tangan.
Sebab, bagian tubuh tersebut hingga saat ini belum ditemukan.
Pihak keluarga baru mengambil jenazah Karoman karena berharap anggota tubuh korban lainnya dapat ditemukan pihak kepolisian.
Namun sampai 27 hari polisi belum menemukan kepala dan tangan, sehingga keluarga menguburkan jenazah Karoman dalam kondisi tak utuh.
"Kasihan jenazahnya lama di sini, makanya setelah berdiskusi bersama, kami sekeluarga putuskan untuk membawanya pulang," imbuh Saripuddin.

Rencananya, jenazah Karoman akan dimakamkan di lokasi tidak jauh dari rumah almarhum.
Tepatnya di Kecamatan Sungai Pinang, Tanjung Raja Ogan Ilir.
"Iya, rencananya hari ini akan langsung kami makamkan di dekat rumahnya," ujar Saripuddin.
• Keinginan Belikan Ponsel Untuk Anak Tidak Kesampaian, Karoman Malah Jadi Korban Mutilasi
• Kisah Asmara Sugeng, Pelaku Mutilasi di Malang, Punya 3 Istri Sampai Cinta Terlarang ke Adik Sendiri
Minta Keadilan ke Jokowi
Keluarga almarhum Karoman meminta keadilan pada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar pelaku pembunuh dan yang memutilasi korban segera ditangkap, Selasa (2/7/2019).
Sembari menangis dan menadahkan kedua tangannya, Ida (42 tahun) yang merupakan bibi Karoman berucap, meminta agar presiden Jokowi mengambil tindakan agar kasus mengerikan ini segera terungkap.
"Minta tolong sama pak presiden Jokowi, tolong kami ini. Tolong ungkapkan siapa pelakunya."
"Sampai sekarang juga belum dapat tangan dan kepalanya,"ujar Ida yang tak kuasa menahan tangisnya saat ditemui di depan instalasi forensik rumah sakit Bhayangkara.
Dengan suara terisak menangis, Ida menuturkan sampai kapanpun pihak keluarganya akan terus mencari keadilan hingga pelaku dan bagian tubuh Karoman yang termutilasi segera ditemukan.
"Kalau tidak terungkap kami ingin menuntut keadilan. Kemanapun kami ingin menuntut keadilan biar pelakunya cepat tertangkap,"tegasnya.
Kata Ida, hingga keinginan tersebut tercapai, pihak keluarga tidak akan bisa merasa tenang.
Apalagi dengan kondisi lima anak Karoman yang masih kecil namun ayahnya sudah meninggal karena menjadi korban pembunuhan, pihak keluarga memikirkan masa depan anak-anak malang itu.
"Kondisi anaknya paling kecil umurnya baru 2,5 tahun, paling besar baru mau masuk SMP. Bagaimana kedepannya, mereka masih kecil tapi sudah tidak punya ayah,"ujar Ida.
• Kisah Asmara Sugeng, Pelaku Mutilasi di Malang, Punya 3 Istri Sampai Cinta Terlarang ke Adik Sendiri
• Ada Hal Aneh di Tempat Tidur Sugeng, Pelaku Mutilasi di Malang, Warga Juga Beberkan Cerita Seram
Kondisi Istri korban
Kondisi istri dan anak Karoman sudah dalam keadaan yang lebih baik.
"Istrinya sudah lumayan tenang sekarang, dia sudah bisa menerima kenyataan saat ini," ucapnya.
Jenazah Karoman akan dibawa pihak keluarga ke Dusun Pinang Kabupaten Ogan Ilir untuk dimakamkan.
Karoman meninggalkan 5 anak yang masih kecil, yakni Agus Triadi (15 tahun), Ahmad Komar (11 tahun), Fitrianti (9 tahun), Nurul Usna (5 tahun) dan Miftahul Jannah (2 tahun).
"Suami saya kepala rumah tangga, kami selalu berusaha cari duit Rp 50 ribu sehari untuk menghidupi kelima anak kami," ucap Mardiah, istri almarhum Karoman kepada Tribun Sumsel kemarin.
Hukum Mati Pelaku
Mardiah, istri korban saat ini harus menghidupi sendiri kelima anaknya setelah sang suami ditemukan tewas dengan tubuh dimutilasi.
Rumah Karoman berbentuk panggung berukuran kecil dan terletak tepat di tepi sungai. Di sungai itulah setiap malam Karoman mencari ikan menggunakan perahu. Karoman mencari ikan dengan cara menombak ikan menggunakan tombak bambu.
Dalam semalam, biasanya Karoman mendapat 2 kilogram ikan yang langsung dijual ke pasar atau langsung ke warga oleh Mardiah pada pagi harinya.
“Dari hasil penjualan ikan biasanya mendapat uang Rp 50.000 hingga Rp 80.000, yang langsung dibelikan beras untuk makan sehari-hari. Suaminya saya tidak ada pekerjaan lain selain mencari ikan itu,” kata Mardiah dikutip dari Kompas.com
Mardiah masih terlihat syok dengan kejadian yang menimpa suaminya. Mardiah heran ada orang yang tega berbuat begitu kejam pada suaminya. Padahal, menurut Mardiah, suaminya itu tidak punya musuh.
“Suami saya itu tidak punya musuh, setiap malam pekerjaan mencari ikan, saya heran ada yang begitu kejam pada suami saya,” ujar dia.

Mardiah berharap pelaku yang masih belum terungkap identitasnya segera tertangkap dan diberi hukuman setimpal.
“Saya minta pelaku dihukum mati jika tertangkap,” kata dia.
Sementara itu, pada Jumat sore, Kapolres Ogan Ilir AKBP Gazali Ahmad mengunjungi rumah Karoman dan memberikan bantuan sembako serta sejumlah uang untuk membantu biaya hidup Mardiah beserta kelima anaknya.
“Kami turut berduka, semoga keluarga tabah,” kata dia.
Dikenal pekerja keras
Di antara keluarga Karoman dikenal sebagai sosok yang lugu namun pekerja keras.
Sehari-hari Karoman bekerja sebagai nelayan dan berusaha mencukupi kebutuhan istri dan lima orang anaknya dari hasil mencari ikan di sungai.
"Malam lebaran masih nyari ikan di sungai. Maaf ngomong alasannya apa, kalau tidak karena mereka butuh biaya," ucap Rudi.
"Dia (Karoman) itu ke pasar saja tidak pernah. Jadi yang jual hasil tangkapannya, ya anak dan istri dia."
"Kerja malam cari ikan, siang pulang untuk tidur, malamnya pergi lagi. Setiap hari seperti itu," dia menambahkan.
Rusdi mengaku sangat prihatin akan kejadian nahas yang dialami sepupunya tersebut.
"Dari dia (Karoman) kecil, saya tahu benar. Bagaimana perjuangannya untuk hidup, cari uang."
"Bahkan saat sudah punya istri dan anak seperti sekarang."
"Kalau saya boleh ngomong, malang nasib anak itu, kasihan saya," kata dia dengan mata berkaca-kaca.(*)
(Tribun Sumsel/Kompas.com)